STRATEGIC ASSESSMENT. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan sanksi kepada fans yang melakukan rasisme kepada tiga pemai PSM Makassar di media sosial usai menahan imbang Persija Jakarta 1-1 di pekan pertama Liga 1 musim 2023-2024. Suporter ataupun fans sepakbola yang rasis dilarang masuk stadion. Erick mengatakan ini sebagai efek jera agar tidak ada lagi kasus serupa terjadi dikemudian hari.
“Pasti akan nyesel kalau tidak bisa masuk stadion,” ucap Erick Thohir usai meninjau Kawasan ekonomi Khusus (KEK) Sanur di Kota Denpasar, Bali. Bukan kali ini saja Erick menghukum suporter sepakbola yang “nakal”. “Kemarin yang Argentina, (suporter) yang lari itu gak boleh nonton timnas setahun,” ungkapnya.
Karena itu, mantan pemilik Inter Milan ini meminta kepada suporter agar menghentikan tindakan diskriminasi, baik ke sesama suporter maupun terhadap para pemain. “Saya sangat kecewa, kok bangsa kita yang menganut pancasila NKRI saling meledek sesama bangsanya. Warna kulit kita ada yang putih ada yang hitam. Agamanya ada Hindu, Budha, Muslim, Kristen, Katolik,” ucapnya.
“Rambutnya ada yang kriting ada yang lurus, ada yang botak. Kita ini satu bangsa, sepakbola ini untuk membangun nasionalisme,” kata Erick. Kasus rasis ini juga menjadi perhatian Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI). Bahkan, menawarkan bantuan untuk menempuh jalur hukum,
APPI telah berkomunikasi dengan 3 (tiga) Pemain PSM Makassar yakni Yuran Fernandez, Yance Sayuri, dan Erwin Gutawa terkait perundungan dan rasisme yang terjadi/menimpa mereka.
Para Pemain sepakat untuk melanjutkan kasus ke ranah hukum. Dalam hal ini APPI akan memberikan bantuan dan pendampingan hukum kepada para Pemain. “Hari ini APPI telah berkomunikasi secara daring dengan 3 (tiga) Pemain PSM Makassar, dan ketiganya berkeinginan melanjutkan prosesnya ke ranah hukum. Kami akan memberikan pendampingan bantuan hukum,” M Hardika Aji, CEO APPI.
Saat ini APPI juga telah mengidentifikasi akun-akun yang melakukan penghinaan rasisme. APPI juga meminta kepada PSSI dan PT LIB untuk lebih serius dan menunjukkan komitmen yang kuat terhadap kasus perundungan dan rasisme yang terjadi/menimpa Pemain baik di dalam maupun di luar lapangan. “PSSI dan PT LIB harus berani dan bertindak tegas dalam rangka memberikan perlindungan kepada para pemain jika mereka menjadi korban rasisme. Bila perlu PSSI dan PT LIB menghentikan dulu sementara kompetisi sampe kasus rasisme ini tidak terjadi lagi menimpa Pemain,” ucapya.
“Setiap orang tidak bisa memilih dilahirkan dari suku atau ras mana, penghinaan terhadapnya berarti juga merupakan penghinaan terhadap Tuhan,” Jannes H Silitonga, APPI Head Legal.
Sebelumnya, ramai kasus rasis yang dialami tiga pemain PSM Makassar melalui akun media sosial. Tiga pemain PSM Makassar menjadi korban bullying dan rasisme, adalah Yuran Fernandez, Yance Sayuri, dan Erwin Gutawa.
Akun ofisial PSM Makassar mendapat komentar negatif setelah mengunggah foto pertandingan PSM Makassar melawan Persija, Senin (3/7/2023), di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) yang berakhir imbang 1-1.
Dari sekian banyak komentar, satu yang mencuri perhatian yaitu yang dilontarkan oleh pemilik akun @ikai.1111
“Geli gue lihat si bibir moyong @erwin05gutawa, Si Monyet @yuranfernandes dan @yansayuri, mental lo mental tempe bos. Kaptennya monyong bibirnya, Taktiknya kyk tele, klub ga Pernah Menang dari Tahun 2017 Sama Persija jadi gitu mainnya,” tulis akun @ikai.1111.
Aksi rasisme ini juga turut ditanggapi oleh bek PSM Erwin Gutawa. Pemain asal Kabupaten Bone itu meminta kepada Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) untuk menindak tegas pelaku rasisme.
“Ujung2nya minta maaf, dengan alasan hilaf atau dan lain2nya. padahal dia mengeluarkan kata2 kotor atau rasisme dengan keadaan sadar,” tulis Erwin Gutawa di Instastorynya.
Sementara, laga PSM Makassar vs Dewa United di laga lanjutan Liga 1 2023-2024, yang mana terjadi kerusuhan di Stadion Gelora BJ Habibie, Sabtu (8/7/2023), sore WIB. Melihat insiden tersebut, netizen di media sosial lantas menagih janji Erick Thohir yang bakal mengurangi poin klub yang suporternya terlibat kerusuhan.
Ya, kerusuhan terjadi dalam kekalahan PSM atas tim tamunya, yakni Dewa United dengan skor 1-2 di Gelora BJ Habibie. Menariknya, kerusuhan itu bukan antar suporter PSM vs Dewa United, sebab pendukung tim tamu tidak diperbolehkan hadir dalam laga tersebut.
Dapat dipastikan kerusuhan yang terjadi di tribun Gelora BJ Habibie itu merupakan antar pendukung PSM. Nahasnya, kerusuhan pun memakan korban luka-luka. Dalam video yang beredar di twitter dan tiktok terlihat ada beberapa korban dari kerusuhan di laga PSM vs Dewa United tersebut. Seperti dalam foto di akun twitter, @agakarebaa, terlihat ada satu korban kerusuhan yang terlihat berdarah. Sejauh ini, belum diketahui apa penyebab kerusuhan sesama suporter PSM di Stadion Gelora BJ Habibie tersebut. Namun, terlepas apapun penyebabnya, kerusuhan jelas tidak boleh terjadi.
Netizen pun dibuat geram dengan aksi para suporter di laga PSM vs Dewa United tersebut. Tak heran, banyak netizen yang meminta janji Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir yang pernah berjanji akan memberikan hukuman kepada klub yang suporternya membuat kerusuhan.
“Kalau ada masalah lagi, kami kurangi saja poinnya. Supaya apa? Klub dan suporter meras punya tanggung jawab yang sama. Kalau klub poinnya berkurang, kan rugi,” ucap Erick Thohir. “Saya sudah berbicara dengan PT Liga Indonesia Baru (LIB) dan Exco PSSI. Saya ingin mengusulkan pengurangan poin ke depan,” lanjut Erick Thohir.
Sedangkan, CEO Persebaya Surabaya, Azrul Ananda langsung meminta ketua umum PSSI, Erick Thohir untuk evaluasi kinerja wasit usai keputusan kontroversial Thoriq Alkatiri. Hal itu disampaikan oleh Azrul usai Persebaya Surabaya ditahan imbang dengan skor 1-1 oleh Barito Putera pada lanjutan pekan ke-2 Liga 1 2023/2024 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya.
Wasit Thoriq Alkatiri yang memimpin jalannya pertandingan mendapatkan sorotan. Wasit berlisensi FIFA itu beberapa kali dianggap membuat keputusan kontroversial sepanjang pertandingan.
Satu momen krusial yang menjadi sorotan tentu saja saat pemain belakang Barito Putera, Bagas Kaffa menarik Jersey pemain asing Persebaya Song Ui-Young di dalam kotak terlarang. Pelanggaran itu terjadi pada pertengahan babak kedua. Song yang terganggu akibat tarikan jersey itu akhirnya terjatuh, namun wasit enggan untuk memberikan hadiah penalti.
Melihat kepemimpinan wasit, Azrul mengaku langsung menghubungi Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Azrul Ananda meminta Erick Thohir untuk mengevaluasi kinerja wasit karena berkaca pada beberapa pertandingan yang sudah digelar pada awal musim ini. “Karena beberapa teman-teman di Liga 1 juga ada yang mengeluhkan masih ada kendala-kendala”
“Kita memahami ini (keputusan kontroversial wasit) akan menjadi potensi masalah-masalah dan masih akan ada momen-momen dimana kekecewaan kecurigaan terhadap wasit akan terjadi”
Untuk itu, Persebaya akan melayangkan surat protes secara resmi agar dilakukan evaluasi terhadap kinerja wasit. “Kita juga akan melayangkan surat untuk meminta dilakukan evaluasi”.
Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Umuh Muchtar, menyoroti kinerja wasit Aidil Azmi yang memimpin laga antara Arema FC kontra Persib Bandung dalam laga pekan kedua BRI Liga 1 2023/2024 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali.
Dalam pertandingan tersebut, Persib Bandung harus berbagi poin dengan Arema FC setelah berbalas gol hingga laga berakhir dengan skor imbang 3-3. Menariknya, dua dari tiga gol Arema FC tercipta dari titik putih. Namun, ternyata pertandingan yang berlangsung seru dan berbalas gol itu dinilai sedikit ternoda dengan kepemimpinan wasit. Komisaris Persib Bandung, Umuh Muchtar, mengaku tidak puas dengan performa wasit dalam laga tersebut.
“Sebenarnya dari awal bisa dilihat pertandingan terlihat enak. Arema FC bersemangat, apalagi Persib. Bahkan penguasaan bola dimenangkan oleh Persib,” ujar Umuh Muchtar. “Namun, saya tidak suka dan tidak puas dengan kinerja wasit,” lanjut Komisaris Persib Bandung itu.
Umuh Muchtar menyebut keputusan wasit Aidil Azmi sangat mencolok, di antaranya ketika bek Persib Bandung, Alberto Rodriguez, menjaga pergerakan penyerang Arema FC, Gustavo Almeida, di mana wasit langsung menunjuk titik putih dan menjadi gol buat Arema FC.
“Keputusan wasit itu cukup mengundang tanya, karena saat itu kontak yang dilakukan Alberto ke Gustavo sangat minim. Bahkan dalam tayangan ulang, Gustavo menjatuhkan diri,” ujar Umuh Muchtar.
“Karena itu, keputusan wasit Azmi ini menjadi perdebatan di kalangan bobotoh,” lanjutnya.
Selanjutnya kata Umuh, wasit Aidil Azmi tidak memberikan penalti bagi Persib pada akhir babak kedua, padahal terlihat jelas saat terjadi kemelut depan gawang Arema, bola tendangan keras Ciro Alves mengenai tangan Charlse Almeida.
“Dalam tayangan ulang terlihat jelas bola mengenai pemain Arema FC, tapi kenapa wasit tidak memberikan penalti kepada Persib? Ada apa ini?” tegas Umuh lagi.
“Wasit sangat mencolok sembarangan memberikan penalti, tapi Persib yang benar-benar murni harus dapat penalti, tidak ada yang berani memberikan keputusan penalti,” lanjut Umuh penuh kecewa. Pendiri PT PBB ini juga merasa heran dengan keputusan PSSI yang kembali memberikan kepercayaan kepada sosok Aidil Azmi sebagai wasit Liga 1. Padahal kata Umuh, track record Aidil Azmi sebagai wasit banyak masalah.
“Dia itu banyak masalah dari dulu. Lihat saja track record pada 2018. Dia bukan wasit bagus dan masih harus belajar. Saya harap PSSI tidak menggunakan wasit seperti itu lagi,” cetus Umuh Muchtar.
Menurut Umuh Muchtar, wasit Liga 1 itu digaji cukup besar, yakni Rp10 juta dalam satu pertandingan. Sedangkan, asisten wasit atau hakim garis Rp7,5 juta, sedang wasit cadangan sebesar Rp5 juta per pertandingan.
“Gaji itu sudah besar, sudah luar biasa. Sekali lagi, saya menyayangkan Komite Wasit PSSI masih memakai wasit seperti Azmi. Itu saangat merusak sepak bola Indonesia, pantas kalau bobotoh sangat marah,” tutur Umuh.
Dengan kejadian tersebut, Komisaris PT Persib Bandung Bermartabat yang sudah berusia 75 tahun ini berharap kepada Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, agar kompetisi BRI Liga 1 2023/2024 segera menggunakan VAR atau Video Asisstant Referee.
“Ya, menurut saya untuk orang seperti Pak Erick pasti mampu jika Liga 1 ini menggunakan VAR. Lebih baik gunakan VAR demi kebaikan semua, demi kebaikan sepak bola Indonesia, dan untuk selamanya,” tutur Umuh mengakhiri.