
STRATEGIC ASSESSMENT. Telah terjadi krisis global dan runtuhnya imperium dengan menyoroti bahwa dunia sedang mengalami krisis struktural, terutama ditandai dengan kemunduran imperium global seperti Amerika Serikat. Mengacu pada teori Paul Kennedy tentang “imperial overstretch”, bahwa beban ekonomi dan sosial yang berat membuat imperium seperti AS menuju keruntuhan. Perang dagang dan kebijakan populis yang dilakukan oleh Donald Trump hanyalah reaksi atas krisis internal yang dalam, terutama ketimpangan sosial dan ekonomi.
Kebijakan ekonomi populis AS memicu polarisasi politik yang tajam di dalam negeri. Dalam sejarah global, konflik internal sering diselesaikan melalui perang luar negeri sebagai cara untuk mengalihkan isu domestik. Maka kemungkinan terjadinya konflik global seperti Perang Dunia III tidak bisa dikesampingkan, apalagi jika dikaitkan dengan perebutan sumber daya strategis seperti rare earth metals.
Indonesia sangat perlu untuk kembali pada ajaran Bung Karno yakni membangun posisi geopolitik yang independen dan strategis melalui kerja sama dengan berbagai kekuatan dunia, bukan tunduk pada satu blok kekuasaan. Dalam hal ini, Indonesia perlu intensif membangun hubungan dengan negara-negara seperti Rusia, Tiongkok, dan kekuatan alternatif lainnya, bukan hanya bergantung pada AS.
Hari ini kita bandingkan strategi kolonial Inggris di India dan Belanda di Indonesia. Bahwa kolonialisme Belanda yang finansialis dan ekstraktif menyebabkan Indonesia lemah secara industri dan kapital domestik. Oleh karena itu, gerakan nasional Indonesia harus fokus pada pembangunan industrialisasi nasional dan penguatan kelas menengah dan buruh.
Mahasiswa dan gerakan nasionalis harus kembali pada semangat persatuan nasional yang memihak rakyat kecil seperti buruh, petani, dan pelaku usaha kecil. Aksi politik bukan hanya keramaian simbolik, tapi harus berbasis gagasan dan strategi nyata, khususnya untuk menghadapi kapitalisme kroni dan pelemahan kedaulatan ekonomi bangsa.
Pemerintahan Jokowi perlu dikritik atas lemahnya transparansi, meningkatnya utang luar negeri, dan hubungan antara legislatif dan eksekutif yang tidak sehat. Terlihat jelas bahwa redistribusi kekayaan yang tidak adil hanya menguntungkan oligarki, bukan rakyat banyak.