
STRATEGIC ASSESSMENT. Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri direspons cukup positif oleh berbagai kalangan dan Presiden Prabowo akan dinilai mendapat “poin positif” karena berprinsip “tidak ada kawan dan lawan abadi dalam politik, kecuali kepentingan” walau rekam digital menunjukkan Megawati Soekarnoputri sering “ingkar janji politiknya” ke Prabowo seperti dalam Pilpres 2014 dan 2019.
Dari pertemuan ini kemungkinan muncul koalisi politik baru bahkan mennyusul adanya reshuffle kabinet untuk memberi “jatah politik” ke PDIP, apalagi sebelumnya Presiden kecewa dengan kualitas komunikasi politik beberapa pembantunya.
Melalui pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto diyakini banyak kalangan ingin mendapat hasil jangka panjang yaitu menjadi “pahlawan rekonsiliasi” mantan Presiden Megawati yang kurang akur dengan SBY maupun Jokowi, sedangkan tujuan jangka pendeknya Prabowo Subianto ingin memperkuat pengaruh politik dan support meluas dari koalisinya termasuk PDIP untuk all out mendukung program kerja pemerintahannya.
Sementara, kekhawatiran akan nasib demokrasi hanya akan disuarakan elemen kritis seperti BEM, NGO, akademisi, media massa dan tokoh post power syndrome dengan endurance politik yang terbatas dan pada akhirnya mudah “didekati/dirayu” oleh jajaran pemerintah.
Sedangkan dampak positif pertemuan Prabowo Subianto-Megawati Soekarnoputri antara lain terbangunnya koalisi politik baru yang permanen, mempersempit peluang oposisi, dukungan total koalisi terhadap Presiden dan program kerjanya, harmonisasi hubungan antara Presiden dengan mantan Presiden, bekerjasama mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) global dan regional, serta jika pemerintahan ini berhasil akan membuka jalan dan peluang besar bagi Prabowo Subianto untuk reelected pada Pilpres 2029.
Sedangkan, dampak negatif pertemuan Prabowo Subianto-Megawati Soekarnoputri yang paling mendasar dikhawatirkan banyak kalangan bahwa Indonesia berpotensi menjadi “draconian state” karena melemahnya oposisi.
Akan tetapi ini hanya analisa sementara penulis saja. Pembuktian bisa dilihat dalam kurun setahun dua tahun ke depan.
Penulis hanya berharap, pertemuan Presiden Prabowo dengan tokoh apa saja, baik tingkat nasional ataupun internasional harapannya membawa kebaikan bangsa, negara, dan seluruh anak bangsa. *
*) Amril Jambak, penulis peneliti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia