STRATEGIC ASSESSMENT-Moscow. Utusan Kremlin untuk wilayah Crimea yang dianeksasi mengatakan Inggris berisiko dihancurkan karena keputusannya untuk memasok Ukraina dengan rudal jarak jauh Storm Shadow untuk membantu perjuangannya melawan Rusia. Perwakilan tetap Crimea di bawah presiden Rusia, Georgiy Muradov, mengatakan kepada kantor berita milik pemerintah Rusia RIA Novosti dalam sebuah wawancara bahwa Inggris dapat berubah menjadi wilayah yang hancur setelah mengirim senjata itu ke Ukraina.
“Pulau Inggris itu sendiri berisiko berubah menjadi wilayah yang hancur (setelah memberi Ukraina peluru uranium dan rudal jarak jauh) yang ditujukan ke Krimea Rusia,” kata Muradov seperti dilansir dari Newsweek, belum lama ini.
Pernyataan Muradov datang jelang serangan balasan Ukraina untuk merebut kembali wilayah pendudukannya yang sangat diantisipasi Rusia, termasuk Crimea, yang dianeksasi oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2014.
Pada musim panas 2022, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjanji untuk merebut kembali semenanjung Laut Hitam. Sebelumnya, pada hari Kamis, Inggris menjadi negara pertama yang memasok Ukraina dengan rudal jelajah jarak jauh.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah meminta sekutu Barat untuk rudal jarak jauh selama berbulan-bulan guna membantu negaranya bertahan dalam melawan Rusia. Kremlin telah memperingatkan bahwa menyediakan senjata yang mampu menyerang wilayah Rusia dapat menyebabkan eskalasi perang.
Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengatakan rudal jelajah adalah kesempatan terbaik Ukraina untuk mempertahankan diri dari kebrutalan Rusia yang berkelanjutan.
Muradov dikutip oleh RIA Novosti mengatakan bahwa Inggris berada di garis depan agresi langsung tanpa alasan terhadap Rusia. “Konflik ini tidak ada hubungannya dengan Inggris Raya. Saya ingin percaya bahwa tidak semua orang Inggris telah kehilangan naluri mempertahankan diri, yang, tampaknya, berusaha dirampas oleh orang asing yang memerintah Inggris,” kata Muradov.
Storm Shadow adalah rudal serang yang diluncurkan dari udara yang dikembangkan oleh Inggris dan Prancis dengan jarak tembak lebih dari 250 kilometer.