STRATEGIC ASSESSMENT. Gedung Putih mengatakan pada Kamis, 8 Februari 2024, bahwa pihaknya tidak akan mendukung rencana Israel untuk melakukan operasi militer besar-besaran di Rafah.
Selain itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, juga telah menjelaskan dengan jelas kekhawatiran AS mengenai operasi tersebut.
Melansir dari ANews, pasukan Israel mengebom daerah di kota perbatasan selatan pada hari Kamis di mana lebih dari separuh penduduk Gaza berlindung.
“Setiap operasi militer besar-besaran di Rafah saat ini, dalam keadaan seperti ini, dengan lebih dari satu juta, mungkin lebih dari satu setengah juta warga Palestina yang mencari perlindungan dan telah mencari perlindungan di Rafah tanpa mempertimbangkan keselamatan mereka, adalah tindakan yang tidak pantas,” kata juru bicara Gedung Putih, John Kirby.
Sebelumnya, sebuah paket bantuan yang bertujuan memberikan US$17,6 miliar atau setara dengan Rp276,2 triliun kepada Israel juga terancam gagal disetujui Dewan Perwakilan Rakyat AS.
Negara ini telah menghadapi ancaman veto dari Gedung Putih, yang mendorong Kongres untuk mempertimbangkan bantuan Israel sebagai bagian dari paket keamanan tambahan yang lebih besar senilai US$118 miliar atau Rp1,8 kuadriliun, bersamaan dengan penolakan dari Partai Republik, yang menginginkan harga tersebut diimbangi dengan pemotongan belanja di negara lain.