STRATEGIC ASSESSMENT. Pasangan calon (paslon) nomor urut 1 menggelar kampanye di Jakarta International Stadium, paslon urut 2 menggelar di Gelora Bung Karno, sementara paslon urut 3 menggelar kampanye di Jawa Tengah.
Ada yang menjadi perhatian kembali di salah satu paslon saat kampanye, yakni paslon nomor urut 1, Anies-Muhaimin. Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar, mengawali kampanye dengan sholawat.
Namun, dalam sholawatnya itu ia merubah beberapa lirik. Liriknya pun mengandung sindiran kepada paslon lain. “Rakyat sepakat untuk perubahan, pemilu bukan pergantian dari bapak ke anak. Terlibatlah paman, konstitusi hancur berantakan,” sholawat Cak Imin yang liriknya diganti berupa sindiran.
“Suara anda jangan mau dibeli. Itu menguntungkan oligarki. Marilah kita tegakkan demokrasi. Indonesia bukan milik dinasti,” lanjutnya menambahkan.
Cuplikan video saat Cak Imin sholawatan menjadi viral dan mengundang reaksi warganet. Dalam unggahan potongan video oleh akun TikTok @anakkoreah, menyayangkan aksi Cak Imin yang bersholawat dengan mengganti lirik untuk menyindir paslon lain.
Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Thomas Trikasih Lembong alias Tom Lembong mengaku menyesal pernah menjadi bagian dari pemerintahan sebelumnya. Dalam hal ini, ia menyesal karena pada kala itu strategi yang dijalankannya dalam membenahi ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya berhasil.
Tom Lembong sendiri punya rekam jejak sebagai menteri di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tepatnya di Kabinet Kerja 2014-2019. Ia pernah menduduki posisi Menteri Perdagangan (Mendag) dari 12 Agustus 2015 hingga 27 Juli 2016 dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak 27 Juli 2016 hingga 23 Oktober 2019.
“Semakin mendalami data-data ekonomi, saya ini benar-benar sedih banget. Sedih banget, prihatin banget. Dan saya punya rasa sesal, nyesel yang lumayan besar karena saya pernah menjadi bagian dari pemerintah,” kata Tom Lembong, dalam diskusi “Pemuda Harsa: Bangga Bicara” di On3 Senayan, GBK, Jakarta.
Menurutnya, salah satu bentuk kegagalan yang dimaksud ialah Pemerintah RI tidak dapat mengatasi kondisi di mana dalam 10 tahun terakhir jumlah kelas menengah di Indonesia tidak mengalami perkembangan signifikan.
Lebih lanjut, ia pun memaparkan data yang menurutnya lebih akurat dan representatif dengan realita dibandingkan hanya sekadar data pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam Produk Domestik Bruto (PDB). Ia pun memaparkan tentang data penjualan sepeda motor.
Tom Lembong mengatakan, pada 2013 lalu terjadi puncak penjualan sepeda motor hingga tembus 7,9 juta unit terjual. Namun dari tahun ke tahun, angka itu mengalami penurunan, apalagi karena terbentur pandemi. Akan tetapi hingga saat ini penjualan motor hanya di kisaran 5 juta unit per tahun.
Bentuk grafik yang sama juga terlihat dari pertumbuhan pembelian mobil dan barang elektronik, di mana jumlahnya terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurutnya, kondisi ini bisa terjadi karena ketimpangan.
Tom Lembong mengatakan, aliran investasi berfokus ke industri seperti pertambangan hingga perkebunan. Akan tetapi, berdasarkan penilaiannya, hanya sekitar 20% masuk ke Indonesia dan bisa dinikmati masyarakat. Oleh karena itu, menurutnya sudah waktunya pemerintah untuk turut mendorong perkembangan sektor jasa.
Eks Aktivis 98 di Jogja menyuarakan kekecewaan dengan para aktivis maupun mantan aktivis yang kini merapat di barisan pemerintah. Terlebih, saat ini ada yang bergabung ke kubu yang dianggap mencederai demokrasi. Alih-alih konsisten berjuang, tapi akhirnya tergiur untuk berseberangan dengan ideologi.
Hal ini diungkapkan oleh mantan aktivis 98 dan juga koordinator aksi UGM kala itu, Titok Hariyanto. Dia melihat tidak sedikit aktivis yang tergiur tawaran kekuasaan. Alhasil melupakan idealis dalam memperjuangkan demokrasi.
“Ya itu pilihan teman-teman ya, artinya ada yang sekarang ini berada di sana sekarang berada di sini. Ada yang bahkan tidak menjadi bagian dari calon yang berkontestasi, tapi sebenarnya itu juga mengecewakan bagi teman-teman yang masih berjuang,” jelasnya ditemui di sela-sela Aksi Jalan Mundur Kemunduran Demokrasi di kawasan Malioboro.
Titok mengaku awalnya tak mempermasalahkan bergabungnya para aktivis ke lingkaran penguasa. Namun semakin menjadi saat semangat memperjuangkan kian luntur. Dia menjelaskan, alih-alih bersuara lantang saat ada ketidakadilan, kini malah turut menjadi bagian di dalamnya.
Dia mengapresiasi dengan munculnya gerakan-gerakan di lingkungan kampus. Dia meyakini keresahan ini bukanlah pesanan namun murni kepedulian. Sehingga tidak ada kata terlambat meski kritik muncul di pengujung pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Baginya, soal ini adalah murni kegelisahan dari kalangan akademisi. Dengan menangkap dinamika yang muncul di kalangan masyarakat. Hingga akhirnya berujung pada petisi, seruan aksi hingga seruan moral yang mengkritisi Presiden Jokowi.
Dia meminta pemerintah, khususnya Presiden Jokowi introspeksi. Puluhan aksi menjadi bukti bahwa ada yang salah dengan sistem pemerintahan saat ini. Terutama dalam memanfaatkan kekuasaan untuk menodai demokrasi dan konstitusi.
Respons pemerintah yang skeptis terhadap seruan akademisi menurutnya tidaklah bijak. Ini menjadi bukti bahwa keresahan masyarakat tidak terespons dengan baik. Di satu sisi juga menguatkan anggapan pemerintah berpihak dalam Pemilu 2024.
Guru Besar Universitas Trisakti Prof Dadan Umar Daihani mempertanyakan bagaimana mungkin Indonesia bisa melahirkan pemimpin yang baik dari proses yang tak benar.
Hal itu disampaikan Dadan saat menghadiri aksi demonstrasi “Trisakti Bergerak, Selamat Demokrasi Melawan Tirani Baru” di Tugu 12 Mei Trisakti, Jakarta Barat.
Dia mengungkapkan kehadirannya pada aksi demonstrasi ini melengkapi para guru besar yang sebelumnya sudah berbicara di berbagai universitas lainnya.
Pengajar di Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti ini kemudian menyinggung bagaimana reformasi saat ini menghadapi hambatan yang luar biasa.
Dadan mengungkapkan dalam proses pemilihan kepemimpinan jangan dilihat dari lamanya bekerja.
Kampanye yang digelar sejak pagi sampai siang hari tadi juga diwarnai ‘kecelakaan’ kecil. Ada sejumlah simpatisan yang tak kuat menahan cuaca panas di tengah kepadatan lokasi kampanye. Bahkan, beberapa kali Prabowo Subianto harus menghentikan pidatonya dan meminta panitia menyiram massa dengan air.
Ketiga paslon tampak berusaha memanfaatkan kesempatan terakhir ini dengan menjabarkan janji-janji yang akan dilakukan jika berhasil memenangkan Pilpres 2024.
Tak hanya itu, para paslon juga menyisipkan pernyataan-pernyataan yang disambut riuh oleh simpatisan. Seperti ajakan agar berani mencoblos dan memilihnya, mengawasi jalannya pencoblosan sampai perhitungan suara selesai, mengabaikan intimidasi, dan juga saling sindir mengenai profil masing-masing paslon.
Kampanye akbar hari ini pun menjadi sorotan media asing, Reuters.
Dalam artikel berjudul “Huge rallies in Indonesia as candidates finish election campaign” itu, Reuters menuturkan lautan warna biru muda memenuhi kompleks olahraga utama Jakarta ketika ratusan ribu pendukung Prabowo berkumpul.
Alfiatnan, 18 tahun, seorang siswa sekolah menengah, mengatakan dia akan memilih Prabowo karena ini menjadi kali ketiga Prabowo mengikuti pemilu.
“Saya rasa tidak ada salahnya memberikan kesempatan kepada seseorang yang sedang berusaha. Semangat optimisnya mempengaruhi saya untuk memilihnya,” ujar Alfiatnan dikutip dari Reuters.
Sementara itu, pendukung Anies memenuhi stadion JIS yang berkapasitas 82.000 penonton sambil melantunkan doa-doa. Ada pula yang bermalam untuk mendapatkan tempat bertemu mantan gubernur Jakarta itu.
“Saya sengaja datang ke sini kemarin karena kalau hari ini saya datang, saya khawatir saya tidak bisa masuk ke dalam,” kata Ida Zubaedah (50).
“Saya harus masuk ke dalam karena saya ingin melihat Anies,” imbuhnya.
Anies menyemangati massa, mendesak mereka untuk melawan dengan hati nurani segala intimidasi sebelum atau pada hari pemungutan suara.
“Mendengar beberapa hari ke depan akan ada operasi, intimidasi, penggiringan opini sehingga dilakukan pemungutan suara satu putaran untuk calon tertentu, saya yakin masyarakat Indonesia akan menunjukkan bahwa merekalah yang menentukan masa depan mereka,” katanya, tanpa menyebut siapa yang dimaksud.
Menanggapi klaim Anies mengenai intimidasi yang diduga terjadi, calon wakil presiden Prabowo, Gibran Rakabuming Raka, dalam penampilan kampanyenya meminta saingannya untuk memberikan bukti.
Sementara itu di Solo, Ganjar mengendarai gerobak berisi hasil bumi yang ditarik lembu, menonjolkan gaya kemanusiaannya, menyapa ribuan pendukungnya yang menantang hujan.
Ganjar, mantan gubernur Jawa Tengah, meminta masyarakat untuk memilihnya agar menunjukkan “perlawanan sejati” terhadap penggunaan sumber daya negara selama kampanye, tanpa menyebutkan nama pesaingnya.
Sementara itu, Mahfud MD mengatakan demokrasi Indonesia sedang dalam krisis dan “menuju kegelapan” karena korupsi meningkat, hukum telah disalahgunakan dan konstitusi telah dimainkan.
Sementara itu, dari hasil dua jajak pendapat yang diawasi ketat pada hari Jumat dan Sabtu menunjukkan semakin besarnya kemungkinan Prabowo akan memenangkan lebih dari 50% suara, sehingga menghindari pemilihan putaran kedua antara dua kandidat teratas yang akan diadakan pada bulan Juni.
“Semua indikator yang dapat diandalkan menunjukkan, Insya Allah pemilu ini berlangsung satu putaran,” kata Prabowo kepada wartawan setelah rapat umum besar di Jakarta, dengan mengatakan bahwa jumlah peserta pemilu melebihi ekspektasinya.
Leboh lanjut, Reuters menyebut, Prabowo telah berupaya untuk mengubah reputasinya sebagai seorang nasionalis yang pemarah dan ditakuti oleh Suharto. Dia sekarang menampilkan citra yang lebih lembut sebagai kakek penyayang kucing dengan menampilkan jogetan.
Arya Fernandes dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional Indonesia mengatakan jumlah pemilih yang banyak sangat penting jika Prabowo ingin menang langsung minggu depan.
Jurnalis senior, Goenawan Mohamad menyindir Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai salah satu contoh betapa membuat partai politik sangat mahal dan dikuasai oligarki. Hal ini ia sampaikan dalam pembacaan Maklumat Komunitas Utan Kayu terhadap Presiden Joko Widodo berkaitan dengan tindakan Kepala Negara yang semakin nyata berpihak dan menggunakan kewenangannya untuk cawe-cawe dalam Pemilu 2024.
“Orang yang miskin tidak mungkin bikin partai. Kalau mau bikin partai harus jual diri seperti PSI. PSI kan kekurangan dana ya, itu kan harus jualan kan,” ujar Goenawan. “Kalau tersinggung, enggak apa-apa. Saya anggota PSI,” kata dia.
Adapun putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep mendadak didapuk sebagai Ketua Umum PSI 3 hari sejak bergabung sebagai kader partai tersebut meski Kaesang tak punya rekam jejak politik. PSI, yang mulanya mendeklarasikan kader PDI-P Ganjar Pranowo sebagai capres dukungan mereka pada Pemilu 2024 mendadak mengevaluasi dukungan itu dan putar haluan ke Prabowo Subianto. Sikap ini persis yang ditunjukkan Jokowi.
Goenawan menyinggung bahwa PSI saat ini bukanlah PSI seperti pada awal pembentukannya, ketika ia dan eks Menkopolhukam Mahfud MD serta pakar hukum Zainal Arifin Mochtar terlibat sebagai anggota tim independen dalam seleksi caleg PSI.
Goenawan yang merupakan mantan loyalis Jokowi itu mengatakan, apa yang terjadi pada PSI merupakan bentuk kemunduran dalam berpartai. “Sekarang saya tidak tahu PSI jadi apa, yang jelas jadi antek Prabowo,” kata Goenawan.
“Selama orang mau menjual dirinya sebagai pelacur, ya demokrasi pasti berat. Tapi saya tahu bahwa sebagian besar orang tidak mau. Kalau sekarang muncul dari universitas suara-suara memprotes yang belum pernah terjadi, itu suatu tanda bahwa kemerdekaan tidak pernah mati sendirian,” tutur dia.