STRATEGIC ASSESSMENT. Pemerintah Bolivia mengambil sikap tegas atas serangan militer Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama tiga pekan terakhir. Pemerintah Bolivia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.
“Pemerintah telah memutuskan untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Israel sebagai penolakan dan kecaman atas serangan militer Israel yang agresif dan tidak proporsional yang dilakukan di Jalur Gaza,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Bolivia Freddy Mamani dalam konferensi pers seperti dilansir AFP.
Menteri Kepresidenan Bolivia, Maria Nela Prada, mengatakan negaranya juga mendesak Israel untuk mengakhiri serangan ke Jalur Gaza. Pemerintah Bolivia juga segera mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
“Kami menuntut diakhirinya serangan di Jalur Gaza yang sejauh ini telah menyebabkan kematian ribuan warga sipil dan pengungsian paksa warga Palestina,” katanya pada konferensi pers yang sama.
Bolivia tercatat sebagai negara pertama di Amerika Selatan yang memilih memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel pascaserangan Israel ke Palestina sejak 7 Oktober lalu. Serangan tersebut telah menewaskan ribuan orang hingga saat ini.
Sikap Bolivia ini sebelumnya pernah terjadi pada tahun 2009 silam. Di tahun tersebut pemerintah Bolivia juga memilih memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Hubungan kedua negara tersebut baru membaik sekitar tahun 2019.
Serangan militer Israel ke Palestina terus terjadi. Terbaru, militer Israel menyerang kamp pengungsian di Jabaila yang berada di jalur Gaza utara. 50 orang dilaporkan tewas dari serangan tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, pemboman Israel telah menewaskan lebih dari 8.500 orang. Sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Kelompok pemberontak Houthi di Yaman bersumpah akan terus melancarkan serangan terhadap Israel, jika perang terhadap Hamas di Gaza terus berlanjut. Kelompok yang didukung Iran itu mengatakan bahwa mereka telah menembakkan drone dan rudal balistik ke arah Israel dalam tiga operasi terpisah.
“Angkatan Bersenjata Yaman…mengkonfirmasi bahwa mereka akan terus melakukan serangan kualitatif dengan rudal dan drone sampai agresi Israel berhenti,” kata pernyataan militer Houthi yang disiarkan di TV Al-Masirah milik kelompok tersebut, sebagaimana dilansir kantor berita AFP.
Kelompok tersebut menyatakan pihaknya “meluncurkan sejumlah besar rudal balistik… dan sejumlah besar pesawat bersenjata (drone)” ke arah Israel pada hari Selasa (31/10), yang merupakan operasi ketiga sejak perang di Gaza meletus.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan bahwa “intrusi pesawat musuh” telah membunyikan sirene peringatan di Eilat, kota di resor Laut Merahnya. Militer Israel kemudian juga mengatakan bahwa mereka telah mencegat “rudal darat-ke-darat” yang ditembakkan ke wilayah Israel, yang berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara “Arrow'”.
“Semua ancaman udara dicegat di luar wilayah Israel,” kata militer Israel.
Abdelaziz bin Habtour, perdana menteri pemerintahan Houthi, pada hari Selasa mengatakan bahwa Houthi adalah “bagian dari poros perlawanan” terhadap Israel, yang mencakup kelompok-kelompok yang didukung Iran di Lebanon, Suriah dan Irak.
Houthi di Yaman bersumpah akan terus melancarkan serangan terhadap Israel, jika perang terhadap Hamas di Gaza terus berlanjut. Kelompok yang didukung Iran itu mengatakan bahwa mereka telah menembakkan drone dan rudal balistik ke arah Israel dalam tiga operasi terpisah.
“Angkatan Bersenjata Yaman…mengkonfirmasi bahwa mereka akan terus melakukan serangan kualitatif dengan rudal dan drone sampai agresi Israel berhenti,” kata pernyataan militer Houthi yang disiarkan di TV Al-Masirah milik kelompok tersebut, sebagaimana dilansir kantor berita AFP.
Kelompok tersebut menyatakan pihaknya “meluncurkan sejumlah besar rudal balistik… dan sejumlah besar pesawat bersenjata (drone)” ke arah Israel pada hari Selasa (31/10), yang merupakan operasi ketiga sejak perang di Gaza meletus.