STRATEGIC ASSESSMENT. Bakal calon wakil presiden dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Uno merespons menguatnya Menkopolhukam Mahfud Md. dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam bursa cawapres Ganjar Pranowo. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut mengatakan semua tokoh yang muncul adalah putra dan putri terbaik bangsa.
Sebelumnya, PPP melalui Rapimnas VI 16-17 Juni 2023, Sekjen PPP Arwani Thomafi mengatakan hasil Sandiaga Uno ditunjuk sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu Nasional dan mengusungnya sebagai cawapres pendamping Ganjar Pranowo.
Sandi mengatakan dari awal bergabung, PPP mendorongnya untuk fokus pada pengabdian. Salah satunya soal ekonomi hijau. Ekonomi hijau, kata dia, adalah bagian yang bakal dikerjakan karena dinilai penting bagi anak muda.
Selain itu, ekonomi hijau menurut Sandi cocok dengan perjuangan PPP yang banyak diajarkan partainya, seperti menanam pohon dan menjaga kedaulatan pangan. Ia juga menyebut dalam demokrasi bukan hanya untuk menang dalam pemilu namun memberikan pelayanan kepada rakyat.
“Demokrasi kita bukan menang-menangan, tapi demokrasi yang mencari keberkahan,” kata Sandi.
Sebelumnya, Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memiliki ceruk suara di Jawa Timur.
“Pak Mahfud dan Mbak Khofifah itu dari Jatim kan. Jadi memang mempunyai ceruk suara masing-masing,” ujar dia di sela-sela Rapat Kerja Nasional atau Rakernas IV di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta.
Hal itu, kata dia, tak hanya menjadi pertimbangan partainya dalam memilih bacawapres, tetapi juga partai-partai lain. “Itu juga jadi pertimbangan dan tentu saja capres-capres yang ada mempertimbangkan hal tersebut, termasuk PDIP,” kata dia.
Meski begitu, Puan mengatakan semua kandidat masih memiliki kesempatan yang untuk menjadi bacawapres Ganjar. “Nama-nama yang sekarang beredar menjadi bacawapresnya Mas Ganjar, semua punya kesempatan sama,” kata dia.
Semua nama-nama kandidat bacawapres Ganjar, kata dia, memilki kelebihan-kelebihan tertentu yang akan saling melengkapi dengan Ganjar.
Puan mengatakan konstelasi Pilpres dan Pileg 2024 masih bisa menghangat ataupun mendingin.
PDIP, kata Puan, memiliki tantangan untuk membuktikan prediksi lembaga-lembaga survei benar adanya. “Itu satu hal yang menjadi tantangan bagaimana kami PDIP membuktikan inshaallah bahwa betul kami bisa dan siap menjadi pemenang tahun 2024 yang diprediksi lembaga survei yang menyatakan hal tersebut,” kata dia.
Ketika ditanya kapan pihaknya akan mengumumkan bacawapres Ganjar, Puan meminta publik menunggu saja. “Ya tunggu sampai tanggal 19–25 Oktober yang akan datang,” kata dia.
Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Jazilul Fawaid, mengatakan dukungan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Anies-Cak Imin), di Jawa timur naik.
“Alhamdulillah Jawa Timur trennya naik signifikan, yang lainnya malah mandek dan bahkan cenderung turun,” kata Jazilul kepada Tempo, melalui pesan WhatsApp, Ahad, 1 Oktober 2023. Dia tak menyebut berapa persen dukungan yang diperoleh Anies-Cak Iimin (AMIN), seperti diklaim lebih tinggi dari calon presiden lain.
Menurut dia, angka dukungan lebih tinggi dari pasangan lain itu berdasarkan survei internal PKB. Berbeda dengan pengakuan Jazilul, sejumlah lembaga survei menghitung pasangan Anies-Cak Imin masih di posisi ketiga dari calon presiden Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Survei Saiful Mujani Research and Consulting menjelaskan posisi calon presiden dan wakil presiden. Hasil simulasi SMRC tentang pasangan Anies-Cak Imin berada di angka 12 persen, Ganjar-Mahfud MD 45 persen, Prabowo-Erick Thohir 28 persen. Dan seperti dikutip Tempo pada 28 September lalu, 14 persen menyatakan belum tahu akan memilih pasangan mana.
Jazilul menuturkan, bakal menggerakkan seluruh tim relawan, tim pemenang, serta kader PKB supaya bekerja meraup suara kepada pasangan Anies-Cak Imin. “Kami siapkan semua jajaran PKB turun mengetuk pintu dan hati warga Jatim,” ucap dia.
Jazilul mengatakan hasil survei itu justru menjadi pelecut semangat kerja barisan Anies-Cak Imin. Dikonfirmsi perihal dukungan Anies-Cak Imin menurun karena belum maksimal bersosialisasi di pesantren di Jawa Timur, Jazilul bertutur itu akan terus dilakukan.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengaku bingung karena dianggap sombong ketika menyebut Presiden Joko Widodo atau Jokowi sebagai petugas partai.
Sebutan sebagai petugas partai terrcantum dalam AD/ART PDIP. “Itu adalah AD/ART kita. Saya pun petugas partai, ditugasi oleh Kongres Partai, dipilih oleh kalian untuk bertanggung jawab sebagai ketua umum,” kata dia. Jabatan ketua umum partai, kata dia, tidak mungkin dipegang oleh orang lain di luar kader. “Enggak mungkin orang lain tiba-tiba bisa jadi ketua umum. Karena terus siapa yang mau milih? Dan itu melanggar ADA RT,” ujar dia.
Megawati tak memungkiri presiden dipilih oleh rakyat. Namun, kata dia, hal itu tidak mungkin terjadi tanpa adanya partai politik. Calon-calon presiden lain, menurut dia, juga ditugaskan oleh partai masing-masing untuk maju dalam Pilpres 2024.
Megawati menambahkan, dia merasa tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan hal itu.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menyatakan PPP, Perindo, dan PSI tak lolos ke parlemen. Berdasarkan hasil survei itu elektabilitas ketiga partai politik berada di bawah ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yakni sebesar empat persen.
Dari hasil survei terbaru Indikator kategori partai papan bawah, ada PPP yang menduduki posisi kesembilan dengan 2,4 persen. Lalu disusul Perindo dengan 1,9 persen dan PSI dengan 0,8 persen. Menyusul Partai Hanura dan Partai Garuda sama-sama meraih 0,3 persen, Partai Gelora 0,2 persen, PBB dan Partai Buruh meraih 0,1 persen.
Kemudian Partai Ummat dan PKN berada di posisi paling buncit dengan 0 persen.
Survei Indikator Politik melibatkan 1.200 responden di seluruh provinsi Indonesia. Namun, survei ini melakukan over-sampel di 10 Provinsi yakni Sumatera Utara. DKI Jakarta. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten masing-masing menjadi 400 responden.
Sementara itu, di Sumatera Selatan dan Lampung ada penambahan masing-masing menjadi 350 responden, Jambi dan Bangka Belitung masing-masing menjadi 300 responden. Dengan demikian, total sampel sebanyak 4.090 responden.
Survei ini digelar dengan wawancara tatap muka sepanjang 25 Agustus-3 September 2023. Margin of error +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pada Agustus lalu, hasil Litbang Kompang juga menyatakan ketiga partai itu tak lolos parlemen.
Menurut catatan Litbang Kompas, perolehan elektabilitas PPP sebesar 1,6 persen dan Perindo 3,4 persen.
Selain itu, Hanura, PSI, Garuda, Gelora, Partai Ummat, PBB, dan Partai Buruh diprediksi hanya memperoleh suara di bawah satu persen.
Wacana duet Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto di Pilpres 2024 dinilai semakin sulit terwujud usai sentilan keras dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Dalam pidatonya saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-IV PDIP, pada Minggu (1/10), Mega mengaku bingung dan hanya bisa melongo di rumah ketika mendengar isu tersebut. Sebab, sebagai Ketua Umum PDIP, dirinya malah tidak pernah tahu asal-usul wacana itu.
Mega juga mengaku heran dengan orang yang menyebarkan wacana itu dan seolah mencocok-cocokkan Ganjar dan Prabowo. Ia pun menyindir kadernya yang menginginkan duet tersebut.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menilai sindiran yang disampaikan Mega di hadapan kadernya itu makin memperkecil kans duet Prabowo-Ganjar dalam pilpres mendatang.
Ia menyebut pidato yang disampaikan Mega akhir pekan kemarin menegaskan bahwa PDIP sudah siap untuk bertanding. Termasuk jika harus berhadapan dengan Prabowo yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Agung menilai sindiran yang disampaikan Mega bukannya tanpa alasan. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri, elektabilitas Ganjar masih terus meningkat meskipun masih ada di bawah Prabowo jika berhadapan secara langsung.
Karena itu, ia menilai Mega saat ini tengah menimbang-nimbang dengan cermat cawapres untuk Ganjar. Sebab, pendamping Ganjar akan menjadi krusial dan berperan penting untuk meningkatkan perolehan suara Ganjar.
Agung mengatakan hal itu juga sejalan dengan pernyataan Mega yang menegaskan sudah mengantongi nama cawapres Ganjar. Selain itu, menurutnya Megawati juga percaya diri Ganjar dan pasangannya mampu menang dalam satu putaran.
“Di titik inilah ikhtiar politik, sementara ini, untuk dua pasang capres tertutup. Karena saat ini masih mengemuka 3 koalisi pilpres dengan 3 capres terkuat yakni Ganjar, Prabowo, dan Anies Baswedan,” jelasnya.
Senada, Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai peluang duet Prabowo dan Ganjar yang sempat mencuat ke publik akan redup sendirinya dengan adanya sindiran Megawati tersebut.
Menurut dia, isu yang beredar terkait duet pasangan tersebut hanya untuk memastikan atau melanjutkan program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Kita lihat bahwa wacana ini dengan munculnya sindiran dari Megawati juga akan hilang dalam wacana publik. Artinya secara peluang wacana duet sudah semakin mengecil,” tuturnya.
Arifki memandang satu-satunya faktor yang bisa membuat duet tersebut terwujud apabila perolehan elektabilitas Anies-Cak Imin mampu mengungguli elektabilitas Ganjar dan Prabowo. Dengan begitu, koalisi Ganjar dan Prabowo merasa tak mampu melawan Anies.
“Tapi sampai hari ini Anies masih belum menunjukkan track record yang cukup baik untuk bisa bertarung dalam kontestasi politik dan memenangkannya,” kata Arifki.
“Ini yang menurut saya menjadi kendala bagaimana duet dari Prabowo-Ganjar. Apalagi masing-masing partai sudah mendeklarasikan diri dengan mengusung Capresnya,” imbuhnya.
Selain itu, Agung mengatakan kemungkinan duet itu juga masih terhalang oleh ego masing-masing partai yang tetap berkukuh ingin mengisi posisi capres. Menurutnya, wacana Prabowo-Ganjar baru bisa terwujud jika salah satu pihak ada yang rendah hati melepas posisi capres.
“Kemungkinan keduanya duet terbuka saat Anies-Muhaimin menguat atau salah satu pihak baik PDIP ataupun Gerindra legowo menjadi cawapres,” pungkasnya.
Bakal cawapres untuk mendampingi Prabowo Subianto disebut sudah mengerucut ke 2 nama. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyebut kedua nama yang dimaksud kemungkinan Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Adi mengatakan Erick Thohir memang sudah lama dikaitkan untuk mendampingi Prabowo. Menurut Adi, ada sejumlah alasan mengapa Erick Thohir berpeluang besar berduet dengan Prabowo di Pilpres 2024.
“Pertama karena faktor elektabilitas. Kedua karena Erick katanya dinilai dapat kode halus istana. Bahkan dalam beberapa kesempatan kedekatan Prabowo dan Erick plus Jokowi dikaitkan dengan restu Jokowi dengan duet keduanya,” kata Adi kepada wartawan.
Lantas bagaimana dengan peluang duet Prabowo-Khofifah? Adi menyebut bahwa Khofifah adalah jawaban dari kelemahan Prabowo saat kalah di dua edisi pilpres sebelumnya.
“Khofifah adalah jawaban kelemahan Prabowo selama ini yang kalah pilpres 2 kali. Di pilpres 2014 dan 2019, Prabowo lemah di Tatim dan kalangan NU. Untuk menutup itu semua Khofifah adalah jawabannnya,” ucap Adi.
Adi juga menyinggung terkait Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Menurutnya, Airlangga mau dikemanakan sebab Golkar sudah memberi dukungan terhadap Prabowo untuk Pilpres 2024. Apa Golkar bakal keluar dari koalisi pendukung Prabowo?
“Secara logika sederhana mestinya hengkang. Hanya ‘kekuatan besar’ yang bisa membuat Golkar terus berada di Prabowo meski Airlangga bukan cawapres,” imbuhnya.
Seperti diketahui, bakal capres Prabowo Subianto sampai saat ini belum menentukan bakal cawapresnya untuk Pilpres 2024. Namun demikian, sejauh ini cawapres sudah mengerucut ke 2 nama. Hal itu terungkap saat Prabowo bersilaturahmi dengan sejumlah ulama, gus, dan kiai NU Jatim di Surabaya, Jatim. Muhammad Abdurrahman Kautsar atau Gus Kautsar menyebutkan dalam pertemuan itu sempat dibahas dua nama cawapres yang paling kuat untuk mendampingi Prabowo.
Awak media menyebutkan secara lebih spesifik terkait nama cawapres Prabowo yang salah satunya adalah Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Gus Kautsar menyebut tidak ada spesifik nama.
Meski begitu, Gus Kautsar menyebut dalam kesempatan itu Prabowo menyampaikan salah satu cawapres yang dipertimbangkan yakni Khofifah Indar Parawansa. Namun, penunjukan Khofifah menunggu restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto angkat suara ihwal usulan agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggantikan Megawati Soekarnoputri sebagai ketua umum partai. Usulan itu disampaikan putra sulung Presiden RI pertama Sukarno, sekaligus kakak Megawati, Guntur Sukarno. Dalam opininya di Harian Kompas, Guntur menilai Jokowi perlu melanjutkan karir politiknya usai lengser sebagai Presiden. “Langkah Jokowi untuk menjadi Ketua Umum PDIP ini sangat dimungkinkan,” tulis Guntur.
Merespons hal itu, Hasto mengatakan partainya tetap menerima usulan Guntur sebagai sebuah masukan. Namun, dia menyebut partainya saat ini masih fokus pada pemenangan Pemilu dan Pilpres 2024.
“Ya, sebagai gagasan, tentu saja kami menerima sebagai masukan,” kata dia.
Hasto mengatakan proses pergantian atau suksesi kepemimpinan Ketua Umum PDIP baru akan dibahas setelah pemilu. Sementara forum pergantian ketua umum, akan dilakukan lewat Kongres keenam partai yang akan digelar pada 2025.
Dalam forum itu, kata Hasto, proses transisi pergantian ketua umum akan ditentukan oleh suara kader.
“Nah, di dalam kongres itu, kedaulatan berada di tangan anggota. Itu lembaga pengambil keputusan tertinggi, sehingga itulah yang nanti mekanisme yang berjalan di dalam partai,” kata dia.
Sementara dalam opininya, Guntur menyebut Jokowi sebagai anak ideologis Bung Karno. Dia terutama mencermati sejumlah kebijakan hilirisasi Jokowi dalam geopolitik global yang dinilai telah melaksanakan prinsip-prinsip Bung Karno.
Misalnya, kata Guntur, Jokowi berani untuk melakukan hilirisasi bijih nikel. Kebijakan itu menuai kecaman dari sejumlah negara, seperti Amerika, Kanada, hingga Korea Selatan. Dengan usulan agar Jokowi menjadi Ketum, Guntur menilai Mega bisa menjadi Ketua Dewan Pembina.
“Dalam hal ini, jika nanti disetujui Megawati akan menjadi ketua dewan pembina, dapat saja kepada Megawati diberikan lagi hak prerogatif layaknya sebelumnya,” tulis Guntur.
Hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bakal calon presiden Ganjar Pranowo unggul di tiga wilayah di Pulau Jawa yakni Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur mengalahkan dua bakal capres lainnya seperti Anies Baswedan dan Prabowo Subianto.
Dalam skema tiga capres di wilayah Jawa Tengah-DIY misalnya, Ganjar unggul telak dengan elektabilitas sebesar 67,2 persen. Disusul oleh Prabowo dengan 20,6 persen dan Anies hanya mendapatkan 7,4 persen. Sementara tak menjawab 4,9 persen. Tak hanya di Jateng-DIY, Ganjar juga unggul di kawasan Jawa Timur dengan elektabilitas 46,7 persen. Kemudian disusul oleh Prabowo dengan 35,5 persen, dan Anies 15,1 persen.
“Tapi Jatim, lagi-lagi deklarasi Anies-Cak Imin kan tanggal 2 September, kita selesai di lapangan 3 September. Kita cek Jatim masih dikuasai Ganjar. Suara cukup signifikan,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudin Muhtadi.
Meski begitu, Burhanuddin mengatakan elektabilitas Prabowo unggul di Jawa Barat dan Banten ketimbang Anies dan Ganjar. Di Jabar, Prabowo tertinggi dengan raihan elektabilitas sebesar 45,7 persen. Kemudian disusul Anies dengan 25,4 persen dn Ganjar 24 persen.
“Di Jabar Pak Prabowo unggul signifikan. Sementara di Banten Pak Prabowo juga unggul. Tapi keunggulan tak signifikan melawan Anies. Ganjar tertinggal. Pak Prabowo dapat 38,6 persen, Anies 33,1 persen dan Ganjar 22,9 persen,” kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan Anies hanya unggul di DKI Jakarta bila berdasarkan pemilih di Pulau Jawa. Anies di Jakarta meraih 40 persen, Ganjar 29,9 persen dan Prabowo 23 persen. Sementara 7 persen tak menjawab.
“Pak Prabowo yang tertinggal di DKI,” kata dia. Burhanuddin mengatakan pemilih di Pulau Sumatera menempatkan Anies, Prabowo dan Ganjar bersaing ketat satu sama lain. Namun, Anies berada di posisi pertama dengan raihan 30,5 persen, menyusul Ganjar 29,5 persen dan Prabowo 29,4 persen.
Kemudian para pemilih di Bali dan Nusa Tenggara menempatkan Ganjar dengan elektabilitas tertinggi dengan raihan 54,4 persen. Kemudian disusul Prabowo mendapatkan 21,8 persen dan Anies dengan 8,8 persen.
Sementara di Kalimantan, elektabilitas Prabowo unggul tipis dari Ganjar. Prabowo mendapatkan 36,2 persen dan Ganjar mendapatkan 34,9 persen. Sementara Anies berada di posisi buncit dengan 16,2 persen.
“Di Sulawesi Pak Prabowo unggul 42,8 persen. Lalu Anies 28,8 persen dan Ganjar 18 persen. Di Maluku dan Papua, Ganjar unggul 30,3 persen, Prabowo 27,4 persen dan Anies 20,1 persen,” kata dia.
Survei ini melibatkan 1.200 responden di seluruh provinsi Indonesia. Namun, survei ini melakukan over-sampel di 10 Provinsi yakni Sumatra Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten masing-masing menjadi 400 responden.
Sementara Sumatra Selatan dan Lampung masing-masing menjadi 350 responden, Jambi dan Bangka Belitung masing-masing menjadi 300 responden. Sehingga total sampel sebanyak 4.090 responden. Survei ini dilakukan dengan wawancara tatap muka sepanjang 25 Agustus-3 September 2023. Margin of error +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei Litbang Kompas 27 Juli-7 Agustus 2023 memotret dominasi Ganjar di Jawa. Elektabilitasnya mencapai 39,6 persen. Mengungguli Prabowo dengan 28,8 persen dan Anies 16,7 persen.
Menurut survei Litbang Kompas, elektabilitas Ganjar dominan di Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Sementara Prabowo punya pengaruh besar di Banten dan Jawa Barat. Anies berkuasa di DKI Jakarta.
Sementara itu, LSI Denny JA telah membuat simulasi pilpres pada survei 3-15 Juli 2023. Pasangan Prabowo-Gibran unggul di Jawa dengan elektabilitas 33,9 persen, disusul Ganjar-Sandiaga dengan 37 persen, dan Anies-AHY 15,7 persen.
Pemilu Presiden RI masih terus mendapatkan sorotan media asing. Terbaru, bukan terkait para calon presiden (capres) yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo tetapi terkait putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep.
Ia yang pekan lalu menduduki posisi Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masih menarik minat asing membahasnya. Setelah sebelumnya Reuters memberitakannya, kali ini majalah Time juga ikut menyoroti langkah ini.
Time menuliskan artikel khusus dengan judul “What It Means for Indonesia’s Democracy That the President’s Son Now Leads Another Party”. Bahwa didapuknya Kaesang menjadi ketua PSI setelah beberapa hari bergabung bisa dipandang sebagai sarana “dinasti” dalam politik Jokowi jelang 2024.
“Secara keseluruhan, menurut para ahli, hal ini mencerminkan tren penurunan demokrasi yang lebih luas di Indonesia,” tulis majalah yang berbasis di New York itu dikutip Selasa (3/10/2023).
“Kenaikan pesat tokoh politik baru ini, di PSI, sebuah partai kecil yang tidak terwakili di parlemen, dianggap oleh para pengamat sebagai langkah signifikan Presiden yang akan keluar untuk mengkonsolidasikan pengaruh politiknya menjelang pemilihan presiden berikutnya di negara itu pada bulan Februari. Di tengah ketegangan di dalam partainya sendiri,” tambah media itu lagi. Beberapa pengamat pun dimasukkan dalam artikel. Beberapa mengamini hal tersebut.
“Ini adalah sinyal paling jelas hingga saat ini… benar-benar ingin tetap relevan secara politik setelah tahun 2024,” komentar asisten profesor administrasi publik di Universitas Indonesia (UI), Wiens Juwono.
“Bagi mereka yang melihat PSI sebagai partai progresif, (penunjukan Kaesang sebagai ketua) benar-benar menunjukkan fakta bahwa PSI bukanlah partai yang progresif … Ini adalah jenis politik kesepakatan yang sama di mana mereka dapat melihat peluang untuk memanfaatkan popularitas Kaesang,” muat media itu lagi mengutip komentar dosen senior yang berspesialisasi dalam politik Indonesia di Universitas Murdoch Australia Ian Wilson.
“Saya tidak akan ragu untuk menyebut hal ini sebagai Orde Baru … Karena struktur kekuasaannya hampir sama, kecuali militer,” tulis media itu lagi mengutip narasumber lain peneliti tamu program Studi Indonesia di ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Made Supriatna.