STRATEGIC ASSESSMENT. Dari barang bukti yang disita oleh Densus 88 karyawan PT. KAI yang ditangkap berafiliasi ke ISIS. Karena merencanakan aksi teror menunjukkan radikalisasi dalam diri seseorang hampir matang, lalu, siapa, jaringan mana yang melakukan radikalisasi di PT. KAI? Bagaimana prosesnya?
Juli 2019 saya menghadiri simposium Sosiologi Agama di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dari Bandung saya berangkat naik kereta api. Sampai di stasiun Tugu Yogya saya istirahat duduk di ruang tunggu dekat peron. Saya lihat ada stand banner Badan Wakaf Al-Quran (BWA). Saya tahu BWA berafiliasi ke HTI. Kok BWA bisa masuk stasiun bagian dalam dekat peron?
Bulan puasa (April) 2022 saya ke Yogya naik kereta dari Bandung. Saya lihat banner BWA masih ada di lokasi tempat saya lihat pertama kali.
Juli lalu saya berangkat naik kereta dari Solo ke Jakarta. Saya lihat di area bisnis sebelum masuk pintu check in ada stand boots BWA. Oh, ternyata BWA bisa masuk stasiun Solo Balapan juga.
Sepertinya ada orang dalam PT. KAI di Yogya dan Solo yang terkoneksi dengan BWA atau pengurus BWA. Kemungkinan yang paling longgar adalah, bahwa orang KAI tersebut sebagai pewakaf (donatur).
Sudah menjadi SOP di HTI, setiap program kegiatan dan acara ditindaklanjuti dengan pembinaan umum (tatsqif jama’i) bagi peserta sebagai pintu pemula sebelum mengikuti pembinaan khusus (tatsqif murakkazah) untuk menjadi anggota HTI.
Langkah pertama setelah program kegiatan dan acara, no kontak/ no WA peserta dikumpulkan lalu dibuat grup yang adminnya panitia kegiatan.
Pada kasus BWA ada grup WA/Telegram para pewakaf (donatur). Dalam grup tersebut admin atau anggota grup dari HTI aktif membagikan informasi acara dan kegiatan serta konten (artikel, meme dan video, link) yang berafiliasi dengan HTI.
Setelah grup WA/Telegram berjalan beberapa bulan admin akan menawarkan kepada anggota grup yang aktif, antusias dan semangat untuk mengikuti pengajian umum secara offline dan online. Offline dalam bentuk halaqah tatap muka. Sedangkan online berupa halaqah via zoom meeting.
Tujuan akhir dari pembinaan umum adalah membangun kesadaran politik peserta, mengenalkan ideologi islam (versi HTI), dan mengenalkan HTI sebagai parpol internasional yang ingin menegakkan khilafah.
Dalam konteks PT. KAI, mungkin saja ada karyawan yang semula hanya menjadi pewakaf (donatur), kemudian tertarik untuk mengikuti pembinaan umum.
Di akhir tahap pembinaan umum semua peserta ditawarkan untuk mengikuti tahap pembinaan selanjutnya atau tidak. Secara normatif pada umumnya peserta menerima pandangan HTI tentang pentingnya kesadaran politik Islam dan ideologi sebagai agama sekaligus ideologi, akan tetapi tidak semua setuju dengan HTI.
Yang tidak setuju dengan HTI, namun sudah teradikalisasi waktu ikut pembinaan umum akan mencari tempat aktualisasi ideologi ke kelompok lain. Ke JI, ISIS, NII atau ke PKS yang dianggap lebih moderat, atau menjadi lone wolf.
Realitas ini menunjukkan peran Hizbut Tahrir dalam terorisme dengan meradikalkan orang awam oleh Zeyno Baran (Nixon Center) disebut conveyor belt (penghantar) teroris. Teori ini berlaku pada kondisi damai. Dalam situasi konflik Hizbut Tahrir bermutasi menjadi kelompok teror seperti yang saya tulis pada tesis saya.