STRATEGIC ASSESSMENT. Umat Muslim di Indonesia, terutama warga Nahdlatul Ulama dan masyarakat santri di Jawa Timur, berduka. Musababnya, Pengasuh Pondok Pesantren Langitan, Tuban, KH Abdullah Munif Marzuqi, wafat pada Kamis, 20 Juli 2023. Proses pemakaman almarhum pada Jumat, 21 Juli 2023, diikuti ribuan santri dan masyarakat. Jalan nasional di Tuban pun bak lautan manusia.
Informasi wafatnya Kiai Abdullah tersebar secara luas, termasuk di jejaring Grup WhatsApp, beberapa saat setelah Kiai Abdullah mengembuskan napas terakhir. Video lautan manusia di jalan nasional Babat-Tuban yang mengiringi prosesi pemakaman almarhum juga viral di media sosial. Lokasi Pondok Pesantren Langitan berada tak jauh dari jalan nasional di Pantai Utara Tuban. Dalam video yang beredar terlihat ribuan santri dan masyarakat yang mengenakan busana ala santri dengan warna serba putih memenuhi seluruh badan jalan. Pengiring jenazah menyemut mengikuti keranda berpenutup kain hijau yang digotong oleh kerabat dan santri almarhum. Jenazah Kiai Abdullah awalnya disalatkan di Musala Agung Pondok Pesantren Langitan, sebelum dibawa ke tempat pemakaman.
“Kawulo saestu, wakil saking keluarga nyuwun dateng poro hadirin, nyuwun saksi dateng panjenengan sedoyo, almarhum Romo Kiai Abdullah Munif meniko tiang sae nopo tiang sae? (Saya wakil dari keluarga meminta kepada semua yang hadir, meminta saksi kepada kalian semua, almarhum Romo Kiai Abdullah Munif ini termasuk orang yang baik apa baik?),” kata Gus Zahid. Jenazah Kiai Abdullah kemudian diberangkatkan ke Tempat Pemakaman Umum di Desa Mandungan, Kecamatan Widang, Tuban. Personel Polri, TNI, Banser, dan petugas keamanan pesantren mengawal pemberangkatan jenazah. Sebab, puluhan ribu santri dan masyarakat yang mengiringi memadati ruas jalan nasional Babat-Tuban.
Prosesi pemakaman jenazah Kiai Abdullah berlangsung tertib. Sejumlah peziarah sempat hendak merangsek masuk area makam, namun tim keamanan sigap menghalau. “Makam beliau ditempatkan di sebelah barat makam KH Ahmad Marzuqi Zahid yang merupakan ayah kandung dari beliau,” ucap Gus Zahid.
Usai dimakamkan, pihak keluarga, santri dan masyarakat kemudian membacakan surat Yasin, tahlil dan doa yang dihadiahkan ke almarhum. Rencananya, pembacaan tahlil akan dilaksanakan setiap malam di Pondok Pesantren Langitan selama tujuh hari. Kepergian ulama kharismatik itu tentu membawa duka bagi masyarakat Muslim, terutama di Jawa Timur. Tak terkecuali Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah NU Jatim, KH Marzuki Mustamar. Di mata Kiai Marzuki, almarhum adalah putra dari figur terhormat. “Beliau ulama dan guru. Ayahnya, almarhum KH Ahmad Marzuqi Zahid adalah penyeru kepada Tuhan dan agama,” katanya.