STRATEGIC ASSESSMENT. Allah SWT telah mengutus Rasulullah Muhammad saw. dengan membawa risalah-Nya untuk seluruh umat manusia. Di situ ada jaminan dari Allah SWT bahwa risalah Islam akan mendatangkan rahmat bagi seluruh umat manusia. Karena itu risalah Islam akan tetap relevan dan cocok untuk seluruh umat manusia dan untuk segala urusan mereka hingga Hari Kiamat. Allah SWT berfirman:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ﴾
Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (TQS al-Anbiya` [21]: 107).
Imam al-Baydhawi (w. 685 H) di dalam tafsir Anwâr at-Tanzîl wa Asrâru at-Ta`wîl atau Tafsîr al-Baydhâwî menjelaskan, “Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam, karena risalah yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad merupakan sebab untuk kebahagiaan mereka dan menjadi sebab untuk kebaikan kehidupan mereka di dunia dan akhirat mereka.”
Islam rahmatan lil ‘alamin bermakna bahwa syariahnya itu jalbu al-mashâlih wa dar’u al-mafâsid (mendatangkan kemaslahatan dan mencegah kemafsadatan).
Karena itu “menuduh” Islam sebagai penyebab konflik dan sumber masalah merupakan suatu bentuk kelancangan luar biasa terhadap Allah SWT dan Rasul saw. Hal itu tentu tidak terbayang akan muncul atau keluar dari seorang Mukmin.
Sumber Konflik yang Sebenarnya
Banyak sekali konflik di dunia dan banyak pula problem terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini. Faktor penyebab terbesarnya sesungguhnya adalah penerapan sistem sekularisme-kapitalisme. Islam sebagai ideologi dan sistem kehidupan—yang memang tidak diterapkan di dunia saat ini—tentu bukanlah penyebab semua konflik dan persoalan yang terjadi. Bahkan Islam tidak ada hubungannya sama sekali dengan semua persoalan dunia saat ini.
Perang Dunia (PD) I dan II, misalnya, sebagai konflik terbesar di dunia, bukan karena faktor Islam. Semua negara utama yang terlibat dalam PD I dan PD II, mayoritas penduduknya beragama Nasrani. Konflik Korut-Korsel, konflik Vietnam, konflik dan tragedi Balkan, konflik-konflik di Afrika, dll di antara sebabnya adalah ambisi dan kebijakan politik negara-negara besar yang mengadopsi ideologi sekularisme-kapitalisme dengan penjajahan sebagai metode bakunya. Begitu pun invasi Rusia terhadap Ukraina, konflik Korea, konflik Taiwan, dll, sebabnya masih sama. Konflik di negeri-negeri kaum Muslim, seperti konflik di Irak dulu, juga bukan disebabkan oleh Islam. Semua itu disebabkan oleh persaingan negara-negara besar dan ambisi negara besar, khususnya Amerika, untuk menguasai kekayaan alam di sana. Hal yang sama juga terjadi dalam kasus konflik di Suriah dan Yaman hingga saat ini. Sebabnya adalah persaingan negara-negara besar kapitalis, khususnya Amerika dan Inggris, untuk menanamkan pengaruh dan kontrol di negeri itu; juga akibat dukungan mereka kepada para penguasa zalim, otoriter dan tiran yang telah menyengsarakan rakyat di sana.
Berbagai problem yang dihadapi masyarakat di negeri ini juga bukan karena faktor agama, apalagi Islam. Kekayaan milik rakyat, misalnya, terkonsentrasi di tangan segelintir oligarki kapitalis. Krisis ekonomi terus terjadi secara siklik (berulang). Utang Pemerintah makin menggunung yang sampai akhir September 2022 telah mencapai Rp 7.420,47 triliun, (Cnnindonesia.com, 25/10/2022). Jutaan hektar lahan dan hutan dikuasai di tangan oligarki. Sebaliknya, jutaan rakyat tidak punya tanah. Harga-harga terus mengalami kenaikan. Demikian pula seabrek problem ekonomi lainnya. Semua ini tidak lain sebabnya adalah penerapan sistem ekonomi kapitalisme di negeri ini. Sama sekali bukan karena Islam.
Demikian pula nilai mata uang yang terus terkikis, yang berimplikasi pada makin turunnya nilai uang dan makin mahalnya barang, juga makin menipisnya nilai kekayaan masyarakat. Itu semua sebabnya adalah sistem moneter fiat money dan sistem ribawi, yang tidak lain merupakan bagian dari sistem sekularisme-kapitalisme.
Begitu pula banyaknya politisi yang abai dengan kemaslahatan rakyat. Mereka lebih mementingkan kepentingan sendiri dan kelompok. Maraknya korupsi dan manipulasi oleh para pejabat. Politisi dan penguasa yang obral janji, tetapi nihil ditepati. Perselingkuhan penguasa dan pejabat dengan para oligarki. Dominannya korporatokrasi. Banyaknya undang-undang dan peraturan yang menguntungkan oligarki dan para kapitalis dan sebaliknya meminggirkan kepentingan rakyat banyak. Demikian pula problem politik lainnya. Semua itu sebab mendasarnya adalah penerapan sistem politik sekuler demokrasi yang sarat modal.
Maraknya pergaulan bebas, berbagai kenakalan remaja, maraknya perceraian, KDRT, maraknya narkoba dan problem sosial pergaulan lainnya, jelas juga bukan karena Islam. Sebaliknya, semua itu terjadi karena kehidupan sosial pergaulan yang diatur dan dijalankan mengikuti sekularisme, hedonisme, liberalisme.
Dengan demikian seluruh konflik di dunia dan problem di masyarakat saat ini jelas bukan karena faktor Islam. Islam bahkan tidak ada hubungannya sama sekali dengan semua itu. Sebaliknya, semua konflik dan problem yang terjadi di seluruh dunia justru berpangkal pada penerapan ideologi sekularisme-kapitalisme.
Anehnya, justru hal itu tidak disinggung dalam berbagai forum global, termasuk dalam forum R20 lalu. Mereka malah menuding agama (Islam) sebagai sumber konflik dan sumber masalah. Tudingan bahwa agama (Islam) sebagai sumber konflik dan sumber masalah sebenarnya merupakan pandangan khas sekularisme. Sebabnya, sejak awal sekularisme menolak peran agama (Islam) di dalam kehidupan. Karena itu solusi yang ditawarkan oleh kaum sekuler seperti pluralisme agama, dialog antaragama, moderasi agama atau moderasi beragama dan yang lainnya merupakan solusi yang berasal dari sekularisme yang justru tidak menyentuh akar persoalan konflik dan problem yang terjadi. Solusi tersebut malah banyak menimbulkan masalah baru.
Akibat Berpaling dari Syariah-Nya
Allah SWT telah mengingatkan bahwa berbagai kerusakan dan problem di dunia terjadi karena penyimpangan terhadap syariah-Nya. Allah SWT berfirman:
﴿ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ﴾
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Artinya, semua kerusakan yang terjadi di dunia ini adalah karena ragam kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia. Kemaksiatan manusia ditunjukkan oleh sikap mereka yang berpaling dari syariah Allah SWT. Allah SWT berfirman:
﴿وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا﴾
Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).
Kehidupan yang sempit itu tercermin dalam banyak problem kehidupan, sebagaimana terjadi saat ini. Sebabnya jelas, karena manusia berpaling dari al-Quran (syariah-Nya).
Syariah Islam adalah Solusi Dinamis
Islam diturunkan oleh Allah SWT untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Islam mengatur akidah dan ibadah yang bersifat pribadi; termasuk mengatur akhlak, makanan, minuman, pakaian dsb.
Islam pun mengatur aspek muamalah. Misalnya, dalam aspek moneter, Islam menetapkan bahwa moneter harus berbasis emas dan perak.
Dalam aspek ekonomi, Islam menetapkan sejumlah aturan/hukum. Islam, misalnya, melarang riba. Islam pun mengatur jenis dan pengelolaan kepemilikan; misalnya mengatur tambang dengan deposit besar, sumber energi, fasilitas publik, dan milik umum lainnya dengan melarang individu atau sekelompok individu menguasai semua milik umum tersebut dan menyerahkan pengelolaannya kepada negara untuk kepentingan rakyat. Islam mengatur pertanahan. Islam mengatur hukum-hukum tentang pertanian, industri dan perdagangan. Islam pun menetapkan sejumlah hukum ekonomi lainnya.
Islam juga mengatur politik dan pemerintahan. Islam, misalnya, menetapkan bahwa kedaulatan (hak membuat hukum) ada di tangan Allah SWT; kekuasaan ada di tangan umat; penguasa adalah pelayan rakyat; rakyat wajib mengontrol penguasa; dsb. Islam pun menetapkan hukum pidana dan sanksinya baik hudûd, jinâyah, ta’zîr maupun mukhâlafât. Islam pun mengatur kehidupan dan pergaulan sosial.
Semua ketetapan syariah Islam itu tentu untuk mengatur kehidupan manusia dan mengatasi berbagai problem mereka.
Hukum-hukum syariah Islam itu ada yang bersifat umum dan global, atau mengandung ‘illat syar’iyyah, dan merupakan kaidah-kaidah. Dari nas-nas syariah itu dapat di- istinbâth sejumlah hukum untuk menjawab problem-problem baru yang muncul. Dengan begitu solusi yang dibawa oleh Islam untuk problem manusia itu bersifat dinamis. Dalam arti, semua problem yang dihadapi manusia di manapun dan kapan pun pasti dapat diselesaikan oleh syariah Islam.
Allah SWT menjamin semua persoalan manusia ada solusinya di dalam Islam. Sebabnya, Allah SWT telah menurunkan al-Quran sebagai penjelasan atas segala sesuatu (tibyân[an] li kulli syai`[in]) (lihat: QS an-Nahl [16]: 89).
Dengan demikian syariah Islam merupakan solusi dinamis dan terbaik untuk segala problem kehidupan manusia. Syariah Islam pastinya akan membawa rahmat, yakni mendatangkan kemaslahatan dan mencegah mafsadat, bagi manusia. Hanya saja, hal itu tidak akan menjadi riil dan faktual, kecuali jika syariah Islam diterapkan secara nyata dan secara kâffah. Ini menjadi tanggung jawab, tugas dan kewajiban kita semua. Alhasil, kita semua harus bergegas dan bersegera mewujudkan penerapan Islam dan syariahnya.
WalLâhu a’lam. []
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ﴾
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul jika Rasul menyeru kalian pada suatu yang memberikan kehidupan kepada kalian… (TQS al-Anfal [8]: 24). []