STRATEGIC ASSESSMENT. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. wafat berusia enam puluh tiga tahun. Abu Bakar wafat berusia enam puluh tiga tahun”.
Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. tinggal di Makkah selama tiga belas tahun sejak menerima wahyu, dan di Madinah selama sepuluh tahun. Beliau wafat pada usia enam puluh tiga tahun”.
Dari Abu Musa Al Asy’ariy, ia berkata : “Rasulullah Saw. menyebutkan beberapa namanya kepadaku seraya bersabda, _”Aku adalah Muhammad, aku adalah Ahmad, aku adalah Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabi Taubah, dan Nabi Rahmah”.
Dari Muhammad bin Jubair bin Muhth’im, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Sesungguhnya aku memiliki beberapa nama. Aku adalah Muhammad. Aku adalah Ahmad. Aku adalah Al Mahi, yang karena aku Allah menghancurkan kekufuran. Aku adalah Al Hasyir, dimana banyak orang dikumpulkan di bawah telapak kakiku. Aku adalah Al Aqib, dimana setelah beliau tidak ada seorang (Nabi) pun”. Sungguh Allah telah memberi beliau nama Rauf Rahim”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia bercerita, bahwa sesungguhnya dia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Apa saja yang aku larang dari kalian maka tinggalkanlah. Dan apa saja yang aku perintahkan kepada kalian maka lakukanlah sebatas kemampuan kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian adalah disebabkan pada sikap mereka yang banyak bertanya dan berselisih dengan nabi-nabinya”.
Dari Amir bin Sa’d r.a, dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya sebesar-besar dosa orang Islam terhadap orang Islam lainnya ialah orang yang bertanya tentang sesutau yang semula tidak diharamkan atas orang-orang Islam lalu diharamkan atas mereka disebabkan pertanyaannya”.
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata : “Ada seorang lelaki bertanya : “Wahai Rasulullah, siapkah bapakmu ?” Beliau bersabda, “Bapakmu adalah si polan”. Kemudian turunlah ayat : “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu.” Dan seterusnya.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : “Ada seseorang bertanya : “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak untuk diperlakukan dengan baik ?” Rasulullah Saw. menjawab, “Ibumu. Kemudian ibumu. Kemudian ibumu. Kemudian bapakmu. Kemudian orang yang terdekatmu dan seterusnya”.
Dari Abdullah bin Amr r.a, ia berkata : Ada seseorang datang kepada Nabi Saw. memohon izin kepada beliau agar diperkenankan untuk ikut berperang. Nabi Saw. bertanya : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup ?” Orang itu menjawab : “Masih”. Nabi Saw. bersabda, “Berbuat baiklah kepada mereka, baru berperanglah !”.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Sungguh celaka, sungguh celaka, dan sungguh celaka.” Ditanyakan : “Siapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Orang yang mendapati kedua orang tuannya, atau salah satunya, ketika sudah tua namun dia tidak bisa masuk sorga”.
Dari Abdullah bin Umar r.a, bahwasannya dia pernah bertemu dengan seorang laki-laki dusun di sebuah jalanan Makkah. Setelah mengucapkan salam, Abdullah lalu membawa laki-laki tersebut ikut naik keledai yang ditumpanginya. Bahkan Abdullah memberinya kain sorban yang sedang ia kenakan di kepalanya. Menyaksikan perbuatan itu, Abdullah bin Dinar berkata kepadanya : “Mudah-mudahan Allah membalas kebajikanmu itu. Sesuhgguhnya mereka itu adalah orang-orang dusun. Mereka sudah rela dengan yang sedikit”. Abdullah bin Umar berkata : “Sesungguhnya ayah laki-laki itu adalah kawan baik Umar bin Khaththab. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya kebajikan yang paling baik ialah sikap seseorang yang mau menyambung hubungan dengan kawan baik ayahnya”.
Dari Nawan bin Sam’an Al Anshari, ia berkata : “Aku bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai soal kebajikan dan dosa. Beliau bersabda, “Kebajikan adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah suatu yang merisaukan hatimu dimana kamu merasa tidak suka apabila hal itu sampai dilihat oleh orang lain”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Kekeluargaan itu digantung pada Arasy. Ia mengatakan : “Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya. Dan Barangsiapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya”.
Dari Jubair bin Muth’im, ia berkata : “Sesungguhnya bapaknya pernah bercerita kepadanya; bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak masuk sorga orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan”.
Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang suka rezekinya dimudahkan dan usianya dipanjangkan, maka hendaklah ia menyambung kekeluargaan (silaturrahmi)”.
Dari Anas bin Malik r.a, bahwasanya Rasulullah Saw. telah bersabda, “Janganlah kamu saling benci, saling dengki dan saling sinis. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari lamanya”.
Dari Abu Ayyub Al Anshari r.a bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda, “Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak mau menyapa) saudaranya lebih dari tiga malam. Keduanya bertemu saling memalingkan wajahnya. Yang terbaik diantara keduannya ialah yang mau memulai mengucapkan salam”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, “Jauhilah olehmu berburuk sangka, karena berburuk sangka adalah ucapan yang paling dusta. Jangnlah kamu mendengar-dengarkan kabar orang lain. Jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain. Janganlah kamu bersaing untuk menonopoli. Janganlah kamu saling dengki. Janganlah kamu saling sinis. Dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kamu berbicara dengan ucapan yang buruk, janganlah kamu sinis. Janganlah jamu mendengar-dengarkan kabar orang lain. Dan janganlah sebagian kamu menjual atas jualan sebagian yang lain. Jadilah kamu sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang pada bentuk dan harta bendamu. Tetapi Allah memandang pada hati dan amalan-amalan mu”.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Pada setiap hari Jum’at sebanyak dua kali, hari Senin dan hari Kamis, amal-amal akan dilaporkan. Maka Allah akan memberikan ampunan kepada setiap hamba yang beriman. Kecuali seorang hamba yang sedang terlibat permusuhan dengan saudaranya. Maka dikatakan : “Tangguhkanlah kedua orang itu sampai mereka mau kembali berdamai”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya para hari kiamat kelak Allah akan berfirman : _”Mana orang-orang yang saling mencintai karena kebesaran-Ku ? Pada hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku, dimana tidak ada naungan sama sekali kecuali naungan-Ku”,
Dari Tsauban, budak Rasulullah Saw., ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit, maka dia sedang dalam taman sorga sampai dia kembali”.
Dari Tsauban, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk saudaranya sesama muslim (yang sedang sakit), maka dia sedang dalam taman sorga sampai dia kembali”.
Dari Abdullah, ia berkata : “Aku menemui Rasulullah Saw. ketika beliau dalam keadaaan kurang sehat, aku elus beliau dengan tanganku. Aku katakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar dalam keadaaan kurang sehat”. Rasulullah Saw. bersabda, “Memang. Apa yang saya alami sekarang ini sama seperti yang dialami oleh dua orang diantara kamu”. Aku berkata : “Kalau begitu engkau beroleh dua pahala sekaligus”. Rasulullah Saw. bersabda, “Benar.” Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap muslim yang tengah ditimpa musibah sakit misalnya dan lainnya, maka Allah akan merontokkan kesalahan-kesalahan karena sakitnya itu, sebagaimana daun yang rontok dari pohonnya.”
Dari Aisyah r.a, bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap musibah yang menimpa seorang muslim, maka hal itu bisa menjadi penghapus dosanya, sampai pun hanya tertusuk duri”.
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a, sesungguhnya mereka pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap musibah yang menimpa seorang beriman berupa sakit tetap, kelelahan, sakit biasa, kesedihan bahkan sampai pada kebingungan yang tengah dia alami, maka hal itu merupakan penghapus kesalahan-kesalahannya”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : “Ketika turun ayat : “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya aku diberi pembalasan dengan kejahatan itu”. Orang Islam merasa sedih sekali. Tetapi kemudian Rasulullah Saw. bersabda, “Sederhanalah dan jangan terlalu berlebih-lebihan. Berusahalah melakukan yang benar, setiap musibah yang menimpa seorang muslim adalah suatu pelebur kesalahan, sampai pun hanya karena tertusuk duri”.
Dari Jabir bin Abdullah bahwasannya Rasulullah Saw. pada suatu hari Raya menemui Ummi Saib dan Ummi Musayyab. Rasulullah Saw. bertanya :”Kenapa kamu, wahai Ummi Saib atau Ummi Musayyab ? Kenapa kamu gemetar ?” Wanita itu menjawab, “Aku sedang demam. Sialan, mudah-mudahan Allah segera menghilangkannya”. Rasulullah Saw. bersabda, “Jangan kamu caci-maki penyakit demam, sesungguhnya ia bisa menghapus kesalahan-kesalahan manusia, sebagaimana seorang tukang besi yang menghilangkan kotoran besi”.
Dari Jabir bin Abdullah bahwasannya Rasulullah Saw. telah bersabda, “Takutlah kamu akan perbuatan zalim, dikarenakan perbuatan zalim itu merupakan kegelapan-kegelapan di hari kiamat. Takutlah kamu akan sifat kikir, dikarenakan sifat kikir itulah yang pernah membinasakan orang-orang sebelum kamu. Sifat kikir itulah yang mendorong mereka untuk menumpahkan darah mereka dan menghalalkan hal-hal yang diharamkan terhadap mereka”.
Dari Salim, dari ayahnya bahwasannya Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya. Dia tidak boleh menganiaya dan menyusahkannya. Barangsiapa yang mau memenuhi hajat saudaranya, maka Allah pun akan berkenan memenuhi hajatnya. Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan salah satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan Barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya pada hari kiamat”.
Dari Jabir r.a, ia berkata : “Dua orang anak muda masing-masing dari kaum Muhajirin dan dari kaum Anshar sedang bertengkar. Seorang dari kaum Muhajirin berteriak : “Panggil orang-orang Muhajirin dan minta tolong kepada mereka !” Seorang dari kaum Anshar juga berteriak : “Panggil orang-orang Anshar dan minta tolong kepada mereka !”. Mendengar ribut-ribut itu Rasulullah Saw. keluar dan bersabda, “Ada apa dengan panggilan ala Jahiliyah ini ?” Mereka menjawab : “Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah. Hanya ada dua anak muda sedang bertengkar dimana salah satu dari keduanya berusaha memukul bagian-bagian tubuh peka yang lain”. Rasulullah Saw. bersabda, “Kamu tidak perlu menutup-nutupi persoalan. Hendaknya seseorang itu mau menolong saudaranya baik yang zalim maupun yang dizalimi. Terhadap yang zalim, hendaklah dia cegah kezalimannya. Sesungguhnya itu berarti telah menolongnya. Dan terhadap yang dizalimi, hendaknya ia membelanya”.
Dari Abu Musa, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan dimana sebagian menguatkan sebagian yang lainnya”.
Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling sayang dan saling cinta mereka, adalah seperti sebatang tubuh. Apabila ada salah satu anggotanya yang mengadu sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan demam dan begadang”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya dosa yang menimpa kedua orang yang saling mencaci-maki itu menjadi tanggungan yang memulai terlebih dahulu, selagi pihak yang dizalimi tidak berlaku kelewat batas”.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah Saw., beliau bersabda, “Tidaklah menjadi berkurang harta yang disedekahkan. Allah akan menambahi kemuliaan kepada seorang hamba yang mau memberikan maaf. Dan Allah akan mengangkat derajat orang yang mau rendah hati karena-Nya”.
Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Seseorang yang mau menutupi aib orang lain di dunia, maka pada hari kiamat nanti Allah akan menutupi aibnya”.
Dari Jarir r.a, ia berkata : “Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang terhalang bersikap lembut, maka berarti dia terhalang dari kebajikan”.
Dari Aisyah r.a, bahwasannya ada seorang lelaki minta permisi masuk kepada Nabi Saw. Beliau bersabda, “Persipakan dia masuk, dia itu adalah putera paling buruk sebuah keluarga, atau laki-laki paling buruk pada sebuah keluarga”. Begitu masuk laki-laki itu, Nabi Saw. menyambutnya dengan kata-kata yang lemah lembut. Aisyah lalu mengatakan : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau berkata dan bersikap seramah itu ?” Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, sesungguhnya orang yang kedudukannya paling buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak ialah, orang yang dijauhi atau ditinggalkan orang banyak karena mereka takut akan kejahatannya”.
Dari Aisyah r.a, istri Nabi Saw., bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha Lembut. Dia suka akan kelembutan. Allah akan memberikan balasan dari kelembutan yang tidak Dia berikan atas sikap keras dan kasar serta sikap-sikap lainnya”.
Dari Aisyah, istri Nabi Saw. dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Sesungguhnya berlaku lembut terhadap sesuatu apapun itu akan dianggap elok. Dan merenggut sesutau dengan kekerasan itu akan dianggap buruk”
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Tidak patut seorang yang berpredikat jujur menjadi tukang mengutuk”.