STRATEGIC ASSESSMENT. Invasi balik Ukraina terhadap wilayah Rusia terus berlanjut. Militer Kyiv pada hari Minggu mengumumkan telah menghancurkan jembatan kunci kedua di wilayah Kursk. Tujuan penghancuran jembatan tersebut untuk mengganggu rute pasokan Moskow saat invasi balik Kyiv yang belum pernah terjadi sebelumnya di tanah Rusia terus berlangsung selama minggu kedua. Sementara itu, Rusia meningkatkan tekanan di Ukraina timur, dengan mengeklaim telah merebut desa lain hanya beberapa kilometer dari pusat logistik Pokrovsk yang dikuasai Ukraina.
“Minus satu jembatan lagi,” kata Kepala Angkatan Udara Ukraina Mykola Oleshchuk di Telegram, dengan menerbitkan video udara ledakan yang menghancurkan jembatan di dekat kota Zvannoye, Rusia. “Penerbangan Angkatan Udara terus merampas kemampuan logistik musuh dengan serangan udara presisi,” lanjut dia, seperti dikutip AFP.
Tidak jelas kapan Ukraina menghancurkan jembatan kedua Kursk tersebut. Oleshchuk tidak menyebutkan tanggalnya dan blogger militer Rusia membagikan foto-foto kehancuran dari apa yang tampak seperti jembatan yang sama yang bertanggal Sabtu (17/8/2024). Kyiv mengirim pasukan dan kendaraan lapis baja melintasi perbatasan pada 6 Agustus, dalam serangan terbesarnya di wilayah Rusia sejak Kremlin melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Ukraina mengumumkan telah menghancurkan jembatan kunci pertama di Glushkovo, Kursk. serangan terhadap kedua jembatan, yang terletak di sungai Seym yang berkelok-kelok melalui Kursk, telah membuat Rusia memiliki pilihan terbatas untuk menyeberangi sungai di daerah tersebut, menurut blogger militer Rusia.
Moskow mengatakan penghancuran salah satu jembatan telah menghambat upaya evakuasi. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pengarahan bahwa mereka sedang melawan pasukan Ukraina di dekat beberapa desa.
Lebih dari 120.000 orang telah meninggalkan wilayah tersebut sejak pertempuran dimulai, menurut otoritas Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada hari Minggu bahwa pasukannya telah merebut Svyrydonivka, pemukiman garis depan lain sekitar 15 kilometer (sembilan mil) dari Pokrovsk. Pokrovsk terletak di persimpangan jalan utama yang memasok pasukan Ukraina dan kota-kota di seluruh garis depan timur dan telah lama menjadi target tentara Rusia.
Pasukan Rusia telah bergerak maju perlahan menuju Pokrovsk selama berbulan-bulan, merebut serangkaian desa kecil saat mereka berusaha mencapai pinggiran kota. Kepala administrasi militer Pokrovsk, Sergiy Dobryak, memperingatkan awal minggu ini bahwa Rusia berada sedikit lebih dari 10 kilometer dari pinggiran kota dan mendesak penduduk yang tersisa untuk mengungsi. Pasukan Ukraina sebelumnya pada hari Minggu mengumumkan bahwa mereka telah menggagalkan serangan rudal Rusia di Ibu Kota Ukraina; Kyiv, di mana sirene serangan udara berbunyi sebelum fajar.
Tidak ada kerusakan atau korban yang dilaporkan dari serangan tersebut, yang menurut pemerintah kemungkinan melibatkan rudal balistik Korea Utara jenis KN-23. Puing-puing Berjatuhan di Rostov, Rusia Sementara itu, pesawat nirawak Ukraina menyerang fasilitas penyimpanan minyak di wilayah Rostov, Rusia selatan memicu kebakaran besar. Itu disampaikan gubernur setempat, Vasily Golubev. Video yang dipublikasikan di media sosial menunjukkan asap hitam pekat dan semburan api yang keluar dari lokasi kebakaran, yang menurut gubernur berada di kota Proletarsk.
“Di tenggara wilayah Rostov, pertahanan udara menangkis serangan pesawat nirawak. Akibat puing-puing yang berjatuhan di wilayah fasilitas penyimpanan industri di Proletarsk, kebakaran bahan bakar diesel terjadi,” kata Gubernur Golubev di Telegram. Menurutnya, tidak ada yang terluka dan upaya pemadaman kebakaran dilanjutkan tak lama setelah itu. Seorang sumber di badan intelijen Ukraina mengatakan instalasi tersebut merupakan bagian dari “kompleks industri militer” Rusia.
Proletarsk berjarak sekitar 250 kilometer dari perbatasan Ukraina dan sekitar 350 kilometer dari wilayah pertempuran yang dikuasai Kyiv di garis depan Ukraina timur. Kyiv telah berulang kali menargetkan fasilitas minyak dan gas di Rusia sejak konflik dimulai, sekitar ratusan kilometer dari perbatasannya, dalam apa yang disebutnya sebagai pembalasan yang “adil” atas serangan terhadap infrastruktur energinya. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memuji pasukannya karena menyerang fasilitas minyak di Rusia, dengan mengatakan serangan itu akan membantu mengakhiri konflik dengan “adil”.
Di tempat lain, otoritas Ukraina di wilayah Donetsk mengatakan empat warga sipil tewas dan banyak lainnya terluka akibat serangan udara Rusia. Lebih jauh ke selatan di wilayah Kherson yang dikuasai Ukraina, serangan pesawat nirawak terhadap sebuah mobil melukai lima orang, kata penyelidik setempat di Telegram.
Seorang pakar Rusia mengatakan bahwa, dalam perang Ukraina, Moskow pada dasarnya telah berperang melawan NATO. Dia lantas mendesak Moskow untuk menyerang Amerika Serikat (AS) dan Inggris dengan senjata nuklir. Stanislav Krapivnik adalah pakar Moskow berkewarganegaraan ganda AS-Rusia. Dia merupakan mantan perwira Angkatan Darat Amerika yan membelot ke Rusia pada tahun 1990-an. Menurutnya, Rusia perlu menyerang New York dan London dengan senjata nuklir. Dia berulang kali menyebut AS sebagai musuh Rusia, menuduhnya ingin menghancurkan rakyat Rusia saat tampil di program media Rusia yang dipandu oleh Roman Guz.
Julia Davis, pendiri kelompok pengawas Russian Media Monitor, membagikan klip wawancara Krapivnik di X, di mana pakar Moskow itu berulang kali melontarkan makian kasar kepada Amerika. “Mereka bukan manusia, mereka adalah binatang,” katanya.
Invasi militer Rusia ke Ukraina sejak Februari 2022 telah menciptakan konflik militer terbesar dan krisis pengungsi terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II. AS, Inggris Raya, dan anggota NATO lainnya telah memberikan bantuan militer dan dukungan diplomatik kepada Ukraina. “Rusia sudah berperang dengan NATO. Beri mereka pilihan atau terus maju dan serang,” ujarnya, yang dilansir Newsweek.
Pada 6 Agustus, pasukan Ukraina melancarkan invasi balik ke wilayah Kursk, Rusia, berhasil menekan wilayah Kursk dan Belgorod selama dua minggu terakhir—menandai serangan terbesar Kyiv di tanah Rusia sejak Perang Dunia II. Daerah tersebut merupakan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Kursk, yang merupakan produsen listrik utama bagi Rusia. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh pasukan Ukraina tengah mempersiapkan diri untuk menyerang fasilitas tersebut.
Para pejabat Ukraina membantah tuduhan tersebut kepada Reuters, dan menganggapnya sebagai propaganda “gila”. Namun, Krapivnik menegaskan kembali gagasan tersebut dan berkata: “Ini adalah serangan dengan bahan nuklir, yang mencoba menyebabkan ledakan nuklir pada reaktor di wilayah Rusia.”
Untuk meringkas pernyataan Krapivnik, Guz bertanya, “Pada dasarnya, harus ada ancaman langsung, langsung dari Presiden [Vladimir Putin], bahwa jika sesuatu terjadi, rudal nuklir akan terbang ke Washington dan London. Apakah saya memahaminya dengan benar?”
Perang Rusia-Ukraina telah meningkatkan ketakutan global akan potensi konflik nuklir, menyusul meningkatnya ketegangan selama berbulan-bulan dan ancaman berulang dari Rusia untuk menggunakan senjata nuklir terhadap AS dan negara-negara NATO. Putin sebelumnya telah menyetujui latihan senjata nuklir taktis, dan pada awal Agustus, Rusia maju ke tahap ketiga.
Pada awal tahun ini, Bulletin of the Atomic Scientists, sebuah lembaga nirlaba yang dipimpin oleh para pemimpin risiko nuklir, sekali lagi menetapkan Jam Kiamat pada 90 detik menjelang tengah malam karena umat manusia terus menghadapi tingkat bahaya yang belum pernah terjadi sebelumnya. Rusia diperkirakan memiliki 5.580 hulu ledak nuklir, menurut laporan tahun 2024 oleh Federasi Ilmuwan Amerika, yang mengatakan AS memiliki 5.044.
Presiden Chehcnya Ramzan Akhmadovich Kadyrov kembali sesumbar siap membantu Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Terbaru, dia berencana mengerahkan Tesla Cybertruck bersenapan mesin ke medan tempur untuk memerangi pasukan Kyiv. Itu disampaikan dalam video yang dia unggah di Telegram. Dalam videonya, pemimpin berusia 47 tahun itu terlihat berada di belakang kemudi Tesla Cybertruck saat dia berkendara di Ibu Kota Chechnya, Grozny.
Pada Mei 2023, Kadyrov mengumumkan bahwa Pasukan Khusus Akhmat milik Chechnya siap perang melawan Ukraina di Bakhmut. Pasukan tersebut sebagian memang telah terlibat dalam perang membela pasukan Moskow hingga sekarang. Sekadar diketahui, Chechnya bukanlah negara merdeka, tetapi sebuah republik otonom dalam Federasi Rusia. Terletak di Kaukasus Utara, Chechnya memiliki status sebagai salah satu subjek federasi Rusia, yang berarti ia memiliki tingkat otonomi tertentu dalam hal administrasi dan kebijakan lokal.
Ramzan Akhmadovich Kadyrov lahir pada 5 Oktober 1976 di Tsentoroy, Chechnya, sebagai putra dari Akhmad Kadyrov, mantan Presiden Chechnya. Setelah kematian ayahnya pada tahun 2004 dalam sebuah serangan bom, Ramzan menggantikan posisi ayahnya dengan dukungan penuh dari pemerintah Rusia. Pada tahun 2007, dia dilantik sebagai Presiden Chechnya dan sejak saat itu, dia memegang kekuasaan yang signifikan di wilayah tersebut. Dia dikenal sebagai sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ramzan Kadyrov menikah dengan Medni Kadyrova, seorang ibu rumah tangga yang sering kali terlibat dalam kegiatan sosial dan amal di Chechnya. Kadyrov dan Medni memiliki lima anak; Akhmad Kadyrov, Emin Kadyrov, Khadija Kadyrova, Elina Kadyrova, dan Adam Kadyrov. Di bawah kepemimpinan Kadyrov, Chechnya telah mengalami pembangunan infrastruktur yang pesat, namun sering kali disertai dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang serius. Berbagai laporan kelompok HAM menyatakan pemerintahannya dikenal dengan tindakan keras terhadap lawan politik dan aktivitas ekstrem dalam menegakkan keamanan.
Dalam konteks konflik Ukraina, Kadyrov dan pasukannya yang dikenal sebagai Kadyrovtsy telah menunjukkan dukungan kuat terhadap Rusia. Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Kadyrov secara terbuka mendukung aksi militer Rusia dan mengeklaim bahwa pasukan Chechnya siap untuk bertempur di Ukraina. Dia bahkan menggambarkan dirinya sebagai pejuang utama untuk kepentingan Rusia.
Angkatan Bersenjata Federasi Rusia (VSRF) dikabarkan tengah mengalami krisis personel, seiring semakin gencarnya serangan militer Ukraina di Oblast (Provinsi) Kursk. Hampir dua pekan serangan lintas perbatasan dilancarkan pasukan Ukraina, tentara Rusia diyakini mengalami kekalahan yang cukup telak. Menurut laporan The New Voice of Ukraine, militer Rusia dilaporkan tengah menghadapi masalah kurangnya personel di garis pertempuran Kursk.
Pasukan Dirgantara Rusia (VKS) disebut telah menugaskan kembali personelnya untuk mempertahankan wilayah perbatasan. Yang mencengangkan adalah, komando Pasukan Dirgantara Rusia mengerahkan pasukan udara untuk bertugas sebagai unit infanteri. Pasukan Angkatan Udara Rusia (VVS) ini dikabarkan masuk dalam sejumlah unit, di antaranya adalah resimen senapan bermotor dengan peran serangan darat.
Di dalamnya juga, terdapat sejumlah prajurit yang berperan sebagai teknisi dan unit mekanis. Sementara itu, terdapat juga beberapa perwira Angkatan Udara Rusia yang dipanggil dari sejumlah pangkalan. Para perwira ini berasal dari Pangkalan Udara Ukrainka (Oblast Amur), Aleysk (Altai Krai), Slavgorod (Oblast Altai Krai), Belaya (Oblast Irkutsk) dan Engels-2 (Oblast Saratov). Para perwira ini sebelumnya bertugas sebagai pilot pesawat pembom strategis Tupolev Tu-22 Backfire dan Tu-95 Bear). Selain itu, terdapat pula personel dari pelabuhan antariksa dan staf depot khusus stasiun radar Voronezh.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky buka suara soal alasan Kyiv menyerang daerah perbatasan Rusia terutama Kursk selama beberapa pekan terakhir. Serangan ke sejumlah wilayah perbatasan Rusia ini tampak seperti invasi balasan setelah Moskow melancarkan agresi penuh ke Ukraina sejak Februari 2022 lalu hingga hari ini.
Zelensky mengatakan ‘invasi’ Ukraina di Kursk, yang telah dimulai sejak 6 Agustus lalu, dilancarkan untuk menciptakan zona penyangga (buffer zone) di wilayah perbatasan.
Menurutnya, pembentukan zona penyangga dapat membantu melumpuhkan serangan Rusia terhadap Ukraina.
“Sekarang menjadi tugas utama kami dalam operasi pertahanan secara keseluruhan untuk menghancurkan potensi perang Rusia sebanyak mungkin dan melakukan serangan balik maksimum. Ini termasuk menciptakan zona penyangga di wilayah agresor dalam operasi kami di wilayah Kursk,” kata Zelensky, seperti dikutip The Guardian.
Ini merupakan kali pertama Zelensky blak-blakan mengenai tujuan operasi Ukraina di Kursk. Sebelumnya, ia hanya menyebut serangan balik ini guna melindungi masyarakat Ukraina di wilayah Sumy yang terus diserang Rusia.
Provinsi Sumy berbatasan langsung dengan Provinsi Kursk. Wilayah Sumy ini dekat dengan Kota Sudzha, yang diklaim Zelensky telah dikuasai sepenuhnya oleh Ukraina pada Kamis (15/8) lalu.
Pada 6 Agustus, Ukraina meluncurkan ‘invasi’ balik ke wilayah Kursk, Rusia, menggunakan tank, artileri, dan drone. Panglima militer Ukraina, Oleksandr Syrskyii, mengatakan Kyiv telah menguasai sekitar 1.000 kilometer persegi Kursk dalam serangan tersebut.
Serangan Ukraina ini disebut-sebut membuat Rusia terkejut. Tak lama setelah serangan ini, Moskow langsung tergopoh-gopoh mengerahkan pasukannya ke Kursk.
Operasi berani Ukraina ini juga membuat wilayah Belgorod Rusia ketar-ketir. Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov meminta Rusia melindungi wilayah tersebut, seiring dengan serangan pesawat tak berawak Ukraina di beberapa desa di Belgorod serta di Kota Shebekino yang telah melukai sedikitnya enam orang.
Di saat Rusia berjanji mengerahkan pasukan untuk melindungi Belgorod, tentara Ukraina di sisi lain mendirikan kantor administratif di wilayah Kursk.
Panglima militer Ukraina Oleksandr Syrsky menyatakan “kantor komandan militer” telah didirikan guna menjaga ketertiban di wilayah-wilayah yang telah dikuasai Kyiv.
“Kantor komandan militer telah didirikan untuk menjaga hukum dan ketertiban serta memenuhi kebutuhan prioritas penduduk di wilayah yang dikuasai,” kata Syrsky kepada Presiden Volodymyr Zelensky dalam sebuah pertemuan.
Hingga kini, Ukraina dilaporkan terus merangsek masuk ke dalam wilayah Kursk. Kyiv mengklaim telah menghancurkan jembatan di Kota Glushkovo.
Ukraina juga mengklaim telah menyerang jembatan utama di wilayah Kursk. Serangan-serangan terhadap jembatan ini diduga untuk mengusik rute pasokan Moskow.