Dari Ibnu Shihab, bahwa Sahal bin Sa’ad al Anshari bercerita kepadanya : “Ada seorang laki-laki yang menengok kamar Rasulullah Saw. dari pintu, sedang Rasulullah Saw. memegang sebuah besi untuk menyisir rambutnya, lalu Rasulullah Saw. mengatakan kepadanya : “Kalau saya tahu, bahwa engkau melihat-lihat, niscaya saya tusuk mata engkau dengan ini. Sesungguhnya Allah menyuruh minta izin (masuk) karena melihat”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa yang mengintip di rumah orang dengan tidak izin yang punya rumah, maka sesungguhnya halal bagi mereka mencukil matanya”.
Dari Jarir bin Abdullah r.a, ia berkata : “Saya bertanya kepada Rasulullah Saw. dengan pandangan yang sekonyong-konyong (kepada perempuan yang bukan muhrim), lalu beliau menyuruh saya cepat mengalihkan pemandangan saya”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Orang yang berkendaraan mengucap salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan mengucap salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit mengucap salam kepada orang yang banyak”.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Hindarilah duduk-duduk di jalan !”. Para sahabat berkata : “Ya Rasulullah !, Terkadang kami terpaksa harus duduk untuk berbincang-bincang di jalan”. Rasulullah Saw. bersabda, “Kalau kalian memang harus duduk juga, maka berikanlah pada jalan itu haknya”. Para sahabat bertanya : “Apakah haknya ?” Rasulullah Saw. bersabda, “Memejamkan mata, menyingkirkan hal-hal yang merugikan, menjawab salam, amar ma’ruf dan nahi munkar”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim : menjawab salam, mendo’akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menengok orang sakit dan mengiringkan jenazah”.
Dari Anas r.a, bahwa para sahabat Nabi Saw. bertanya kepada Nabi Saw. : “Orang-orang ahli kitab mengucap salam kepada kami. Bagaimana kami harus menjawab salam mereka ?” Nabi Saw. bersabda, “Ucapkanlah : Wa’alaikum”.
Dari Abdullah bin Dinar bahwasannya beliau mendengar Ibnu Umar berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya orang Yahudi itu bila mengucap salam kepada kalian, mereka mengucap : “Assaamu’alaikum” (kematian tetap atas kalian). Karena itu ucapkanlah : “‘Alaika”.
Dari Ibnu Mas’ud r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda kepadaku : Izinmu menemuiku engakau dapatkan, jika tirai terangkat dan engkau mendengar bisikanku, sampai aku melarangmu”.
Dari Jabir r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Ingatlah, seorang lelaki tidak boleh menginap di rumah seorang wanita janda, kecuali ia adalah suaminya atau muhrimnya”.
Dari Uqbah bin Amir r.a, bahwa Rasulullah Saw. berdabda, “Hindarilah diri kalian dari masuk menemui wanita”. Seorang sahabat Anshar bertanya : “Ya Rasulullah, bagaimana kalau ipar ?” Rasulullah Saw. bersabda, “Ipar itu maut (lebih mengkhawatirkan)”.
Dari Anas bahwa Nabi Saw. sedang bersama salah seorang istri beliau. Ketika ada seorang lewat, beliau memanggilnya. Setelah orang itu datang, beliau bersabda, “Hai Fulan, Ini adalah istriku, Fulanah”. Orang itu buru-buru menyahut : Ya, Rasulullah ! Kepada siapa aku berprasangka ? Tidak, aku tidak akan berprasangka kepadamu !”. Rasulullah Saw. bersabda, “Setan itu berjalan pada jalan darah manusia (selalu melekat para manusia).”
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi Saw., beliau bersabda, “Seseorang tidak boleh membuat orang lain berdiri dari tempat duduknya, Kemudian ia sendiri duduk di tempat itu. Tetapi, longgarkan dan lapangkanlah (tempat itu) !”
Dari Salim, dari Ibnu Umar r.a bahwa Nabi Saw. bersabda, “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kalian membuat saudaranya berdiri, kemudian ia sendiri duduk di tempat yang semula diduduki saudaranya itu”. Adalah Ibnu Umar, bila ada seseorang berdiri dari tempat duduknya demi beliau, maka beliau tidak mau duduk di tempat itu”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia kembali lagi ke sana, maka dia lebih berhak duduk di tempat itu”.
Dari Abdullah r.a, ia berkata : bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila kalian ada tiga orang, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan seorang yang lainnya, sampai mereka bergabung dengan banyak orang, agar tidak membuatnya sedih (jengkel).”
Dari Aisyah istri Nabi Saw., bahwasannya ia berkata : Biasanya bila Rasulullah Saw. mengalami sakit, maka Jibril menjampinya dengan ucapan : “Bismillaahi yubriika wamin kulli daa-in yasyfiika wamin syarri haasidin idza hasada wa syarri kulli dzii ‘ainin” (Dengan menyebut Nama Allah, Dia memberkatimu dari segala penyakit, Dia menyembuhkanmu, begitu pula dari kejahatan pendengki ketika ia mendengki dan kejahatan yang punya mata).
Dari Abu Sa’id r.a, bahwa Malaikat Jibril As., datang kepada Nabi Saw., lalu berkata : “Hai Muhammad, apakah engkau sakit ?” Rasulullah Saw. menjawab : “Ya !”. Malaikat Jibril mengucap : “Bismillaahi arqiika min kulli syai-in yu’dziika min syarri nafsin au aini haasadin Allahu yasyfiika bismillaahi arqiika”. (Dengan menyebut nama Allah, aku menjampinu dari segala yang menyakitimu, dari kejahatan setiap jiwa atau mata yang dengki. Allah-lah yang memberimu kesembuhan. Dengan menyebut nama Allah, aku menjampimu)”.
Dari Anas r.a, bahwa ada seorang perempuan Yahudi datang kepada Rasulullah Saw. dengan membawa hidangan daging kambing yang diracuni. Rasulullah Saw. pun memakan hidangan itu. Lalu perempuan itu dihadapkan kepada Rasulullah Saw. Dan ketika ditanya tentang perbuatannya tersebut, dia menjawab : “Aku memang bermaksud hendak membunuhmu”. Rasulullah Saw. bersabda, “Allah tidak akan memberikan kekuasaan kepadamu untuk melakukan hal itu”. Menurut satu riwayat, ada tambahan kalimat “terhadapku”. Para sahabat bertanya : “Bolehkah kami membunuh perempuan ini ?” Rasulullah Saw. bersabda, “Jangan !”. Anas berkata : “Aku akan selalu bisa mengenali perempuan yang hendak mencelakakan Rasulullah Saw. tersebut”.
Dari Abdurrahman Al Aswad, dari ayahnya, ia berkata : Aku pernah bertanya kepada Aisyah tentang menjampi, beliau menjawab : “Rasulullah Saw. memberi izin kepada ahli rumah dari golongan Anshar, untuk menjampi dari apa saja yang beracun”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Biasanya apabila ada seorang di antara kami menderita sakit, Rasulullah Saw. mengusapnya dengan tangan beliau, kemudian beliau mengucap : “Idz habil ba’sa rabbannaasi wasyfi antasy syaafi laa syifaa-a illaa syifaa-uka syifaa-an laa yughaadiru saqaman” (Hilangkan sakit, wahai Tuhan manusia ! Berilah kesembuhan. Engkaulah Dzat yang memberi kesembuhan. Tiada kesembuhan, kecuali kesembuhan dari-Mu. Kesembuhan yang tidak menyisakan sakit). Ketika Rasulullah Saw. menderita sakit dan semakin parah, maka aku pegang tangan beliau untuk melakukan seperti yang biasa beliau perbuat. Namun beliau menarik tangan beliau dari tanganku, kemudian mengucapkan : “Allahummaghfir lii waj’alnii ma’arrafiiqil a’laa” (Ya Allah, ampunilah aku dan jadikanlah aku bersama Ar Rafiiqil A’la). Aku bergegas untuk melihat, ternyata beliau telah wafat”.
Dari Usman bin Abil Ash, ia datang kepada Nabi Saw. untuk mengadu : “Ya Rasulullah, sesungguhnya setan benar-benar selalu menghalangi di antara aku dengan shalat dan bacaanku. Dia membuatku ragu-ragu”. Rasulullah Saw. bersabda, “Itu adalah setan yang bernama Khinzab. Apabila engkau merasakan gangguannya, maka mohonlah perlindungan kepada Allah darinya dan meludahnya ke arah kirimu sebanyak tiga kali”. Setelah aku kerjakan saran beliau, ternyata Allah berkenan melenyapkan gangguan itu dariku.
Dari Jabir r.a, dari Rasulullah Saw. bahwasannya beliau Saw. bersabda, “Setiap penyakit itu ada obatnya. Karena itu, apabila obat tepat mengena pada penyakit, maka penyakitpun sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla”.
Dari Jabir bin Abdullah, ia menjenguk seseorang yang sakit kepala, Kemudian berkata : “Aku tidak akan pulang sebelum engkau mau berbekam. Sebab, aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya di dalam berbekam itu terdapat pengobatan”.
Dari Ibnu bin Abbas r.a, bahwa Nabi Saw. biasa berbekam dan memberikan upahnya kepada tukang bekam. Dan beliau juga suka menggunakan obat yang dimasukkan ke dalam hidung”.
Dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi Saw. beliau bersabda, “Demam itu berasal dari didihan api neraka Jahanam. Karena itu, dinginkanlah demam itu dengan air”.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy r.a, ia berkata : “Ada seorang lelaki datang kepada Nabi Saw., lalu ia berkata : “Sesungguhnya saudaraku merasa mual-mual perutnya”. Rasulullah Saw. bersabda, “Berilah dia minum madu !”. Setelah orang itu memberi minum madu saudaranya, dia datang lagi kepada Nabi Saw. dan melapor : “Aku telah memberinya minum madu, tetapi dia malah bertambah mulas”. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Pada kali yang keempat, Rasulullah Saw. tetap bersabda, “Berilah dia minum madu !”. Orang itupun masih saja melapor : “Aku telah benar-benar memberinya minum madu, tetapi dia malah bertambah mulas”. Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Maha Besar Allah. Dan pasti ada yang tudak beres dengan perut saudaramu itu”. Akhirnya Rasulullah Saw. sendiri yang memberikan minum madu dan sembuhlah saudara orang itu.
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Tha’un (wabah,sampar) itu adalah pertanda siksa yang ditimpakan oleh Allah Azza wa Jalla kepada sebagian manusia di antara para hamba-Nya. Karena itu, apabila kalian mendengar adanya sampar tersebut, janganlah kalian memasukinya. Dan kalau terjadi di suatu daerah, sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian lari menghindarinya”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Aku pernah bilang : “Ya Rasulullah, sesungguhnya beberapa orang dukun pernah menceritakan sesutau kepada kami dan kami rasa apa yang mereka ceritakan itu benar adanya”. Rasulullah Saw. bersabda, “Kalimat yang benar itu memang sengaja disambar dengan cepat oleh jin lalu dilemparkan ke telinga walinya, tetapi di dalamnya sudah ditambahi dengan seratus kedustaan”.