STRATEGIC ASSESSMENT. Gaza saat ini sudah hancur lebur. Perang saat ini paling berdarah, korban meninggal dunia dari Palestina mencapai 38.000 dan luka-luka mencapai 88.000. Jalur Gaza sudah tidak layak huni karena 80% bangunannya sudah hancur. Perang Gaza harus melahirkan solusi dengan berdirinya Palestina dengan ibukota Jerussalem Timur.
Demikian dikemukakan Dr. Mustafa Abdul Rahman dalam web talks bertema “Prospek Perdamaian Timur Tengah : Kemerdekaan Palestina” melalui zoom meeting yang diselenggarakan LP3ES Jakarta seraya menambahkan, gerakan intifadhah Al Aqsa adalah bentuk perlawanan rakyat Palestina dengan cara melempari batu yang membuat terjadinya kesepakatan damai di Oslo.
“Perang besar selalu menjadi harga sebelum ada kesepakatan damai Israel dan Arab. Perang Gaza jika dibiarkan saja tidak akan menghentikan sengketa Palestina vs Israel. Perang akan terus terjadi sebelum cita-cita kemerdekaan Palestina terwujud,” ujar Wartawan senior Kompas berbasis di Kairo, Mesir 1991-2023 ini.
Menurut pria lulusan pasca sarjana di Yaman ini, solusi 2 negara adalah ideal dan realistis, tapi untuk mewujudkannya tidak mudah karena problem besar Israel adalah keamanan nasional, sehingga tidak mungkin Israel menyetujui Palestina merdeka penuh, apalagi koalisi pemerintahan di Israel saat ini sangat radikal dan anti Palestina.
Menurut doktor lulusan Beirut University ini, perlu rumusan baru terkait definisi negara yang akan diterapkan ke Palestina yaitu negara yang tidak berdaulat penuh, namun berada diatas wilayah otonomi.
“Kalau perdamaian terwujud di Timteng akan sangat menguntungkan Israel karena Israel bisa membuka hubungan diplomatik dengan negara-negara OKI sebanyak 54 negara. Israel memiliki keunggulan teknologi maka akan menguasai dunia Arab dan ekonomi dunia,” urainya seraya menjelaskan, Tel Aviv, Shenzen, Singapore dan Bengalore adalah pusat teknologi di Asia.
“Bahrain dan Uni Emirat Arab mau tanda tangan Abraham Accord karena ingin mendapatkan teknologi Israel. Bahkan Iran akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika ada perdamaian di Timteng,” ujarnya.
Jadikan perang Gaza menjadi momentum mewujudkan perdamaian abadi di Timteng, jelas Mustafa Abdul Rahman seraya menyatakan, aksi boikot terhadap produk Israel memiliki dampak serius di beberapa negara.
Sementara itu, Dr. Bambang Susanto, MA yang juga Konsul Jenderal RI Hamburg Jerman 2018-2020 sebagai host mengatakan, negara-negara Arab dimana Mesir dan Iran menjadi leading masalah Timteng.
“Sejak perjanjian Camp David agreement tahun 1978 berujung dengan terbunuhnya Anwar Sadat, dilanjutnya konferensi Madrid di tahun 1991 dengan tumbalnya terbunuhnya PM Izak Rabin. Presiden Iran yang tewas juga menjadi fenomena menarik soal Palestina,” ujar dan Dosen Hubungan Internasional UPNVJ.
Menurut Associate Peneliti Senior LP3ES Jakarta ini, resolusi PBB nomor 2735 tahun 2024 diharapkan mewujudkan permanent cease fire yang didukung Indonesia melalui pernyataan Presiden terpilih Prabowo Subianto, walaupun Rusia abstain terkait resolusi PBB ini. “PBB memblack list Israel juga fenomena menari,” ungkapnya.