STRATEGIC ASSESSMENT. Agresi militer Zionis Yahudi terus berlanjut. Bahkan pada saat kaum Muslim Gaza tengah merayakan Hari Raya Idul Fitri kemarin, militer Zionis masih melancarkan serangan mematikan. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan setidaknya 84 orang, termasuk 17 anak-anak, telah tewas, serta lebih dari 480 lainnya terluka dalam serangan saat lebaran lalu.
Militer Yahudi juga meluaskan wilayah serangan mereka hingga ke sejumlah daerah di Libanon dan pinggiran Damaskus, Suriah. Mereka menyasar sejumlah kawasan milisi yang melakukan perlawanan terhadap entitas Yahudi. Serangan itu mengenai Kedutaan Iran dan menewaskan 16 orang. Tidak berapa lama, Iran melancarkan serangan balasan dengan menembakkan 300 rudal dan drone ke wilayah Zionis Yahudi. Namun, Pemerintah entitas Yahudi menyatakan mereka bisa menangkal mayoritas serangan Iran tersebut.
Kemunafikan Barat dan Pemimpin Arab
Para pemimpin Barat seperti AS, Inggris, Jerman dan Kanada ramai-ramai mengecam serangan Iran dan terus menyatakan dukungan terhadap entitas Yahudi. Namun, mulut para pemimpin Barat itu bungkam menyaksikan serangan militer Zionis ke wilayah Libanon dan Damaskus. Mereka juga tutup mulut terhadap genosida yang dilakukan entitas Yahudi terhadap warga Gaza. Para pemimpin Barat itu juga mendiamkan pemblokiran bantuan pangan dan obat-obatan untuk warga Gaza. Mereka pun diam terhadap penghancuran semua rumah sakit serta pembunuhan terhadap tenaga medis dan dokter di kawasan tersebut.
Agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejauh ini telah menewaskan 33.360 warga, sebagian besar anak-anak dan perempuan, dan melukai lebih dari 75.993 warga. Saat ini lebih dari 2,3 juta orang di Gaza tak punya rumah. Berbagai fasilitas umum telah hancur-lebur. Suplai makanan dan kebutuhan pokok mereka pun tak pernah cukup.
Serangan balasan Iran terhadap entitas Yahudi juga hanya gertak sambal yang telah dibicarakan dengan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, pada Minggu, 14 April 2024, mengatakan Teheran telah memberi tahu negara-negara regional tentang serangan terhadap Israel 72 jam sebelumnya, bahwa serangan itu bersifat terbatas. Iran juga menyebutkan balasan mereka hanya untuk menghukum rezim Israel serta tidak menargetkan Amerika dan pangkalan mereka di wilayah tersebut. Dengan demikian pihak Zionis dan Amerika Serikat telah bersiap mengantisipasi serangan tersebut sehingga tidak menimbulkan kerusakan berarti di pihak Zionis.
Sikap lebih buruk lagi diperlihatkan oleh para pemimpin Arab. Alih-alih ikut membela perlakuan militer Yahudi terhadap warga Gaza, Raja Yordania malah membantu entitas Yahudi untuk menangkal serangan drone dan rudal Iran. Sikap serupa juga dilakukan oleh sejumlah pemimpin Arab seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Mesir. Mereka memberikan informasi intelijen ihwal serangan Iran tersebut. Artinya, mereka membantu negeri Zionis dan Amerika Serikat dalam menghadang tindakan balasan rezim Teheran terhadap negeri Yahudi.
Begitulah sikap para pemimpin Arab dan Dunia Islam. Mereka mengelabui rakyatnya seolah memberikan pembelaan terhadap Gaza. Kenyataannya, mereka bersekutu dengan Zionis Yahudi dan negara-negara pendukungnya, seperti Amerika Serikat.
Jihad Melawan Zionis
Di tengah penderitaan rakyat Gaza akibat tindak genosida Zionis, justru terus dikampanyekan seruan perdamaian atau gencatan senjata seraya menyalahkan perlawanan yang dilakukan oleh warga Palestina, khususnya Hamas. Dengan dalih kemanusiaan dan rasa kasihan terhadap kondisi rakyat Gaza, muncul seruan perdamaian dan solusi dua negara.
Pandangan ini jelas bertentangan dengan hukum syariah dan realita kekejaman kaum Zionis. Secara hukum syariah, telah ada perintah bagi kaum Muslim untuk melakukan jihad difâ’i, yakni berjihad membela negeri mereka yang diserang musuh. Allah SWT telah berfirman:
فَمَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ
Siapa saja yang menyerang kalian, seranglah dia seimbang dengan serangannya terhadap kalian (TQS al-Baqarah [2]: 194).
Allah SWT juga memerintahkan untuk mengusir siapapun yang telah mengusir kaum Muslim:
وَاقْتُلُوهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوهُمْ وَأَخْرِجُوهُم مِّنْ حَيْثُ أَخْرَجُوكُمْ
Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 191).
Karena itu seruan perdamaian bertentangan dengan hukum syariah, juga menyebabkan agresi militer kaum Zionis kian merajalela.
Namun demikian, menyerahkan perlawanan terhadap Zionis Yahudi hanya pada warga Gaza juga suatu kemungkaran. Faktanya mereka membutuhkan banyak bantuan untuk menghadapi serangan militer bertubi-tubi yang dilakukan entitas Yahudi yang dibantu negara-negara Barat. Syariah Islam juga telah menetapkan bahwa kewajiban jihad difâ’i ini meluas kepada kaum Muslim di sekitar Palestina.
Hal ini sebagaimana penjelasan Syaikh Said bin Ali Wahf al-Qahthani dalam kitab Al-Jihâd fî SabîlilLâh: ”Jika musuh telah memasuki salah satu negeri kaum Muslim maka fardhu ’ain atas penduduk negeri tersebut untuk memerangi musuh dan mengusir mereka. Juga wajib atas kaum Muslim untuk menolong negeri itu jika penduduknya tidak mampu mengusir musuh. Hal itu dimulai dari yang terdekat kemudian yang terdekat.” (Al-Qahthani, Al-Jihâd fî SabîlilLâh Ta’âla, hlm. 7, Maktabah Syamilah).
Sesungguhnya kekalahan kaum zionis telah tampak di depan mata. Tentara Zionis yang kalap, karena tak mampu mengalahkan perlawanan milisi Hamas, melampiaskan serangan mereka dengan menembaki warga sipil, perempuan, lansia, hingga anak-anak. Namun, yang terjadi kemudian ribuan tentara mereka menderita gangguan stres pasca-trauma dengan pejuang Hamas. Sejak serangan ke Jalur Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, sekitar 30.000 tentara Yahudi telah menghubungi saluran layanan kesehatan mental. Sekitar 200 tentara diberhentikan dari angkatan darat karena masalah psikologis akibat perang.
Kalaupun saat ini mereka masih bertahan, itu karena support dari negara-negara Barat yang terus mempertahankan eksistensi negara Yahudi di kawasan Timur Tengah. Mereka terus menggelontorkan bantuan keuangan dan militer. Mereka pun meminta para penguasa boneka di kawasan Timur Tengah untuk mendukung eksistensi kaum Zionis dan tidak memberikan dukungan terhadap perlawanan warga Gaza.
Mustahil Tanpa Khilafah
Karena itu mustahil dapat mengenyahkan entitas Yahudi dari tanah Palestina tanpa kekuatan besar. Menyerahkan sepenuhnya perlawanan terhadap entitas Yahudi pada rakyat Gaza juga merupakan tindak pengecut dan tidak bertanggung jawab. Pada titik inilah umat harus menyadari bahwa mereka membutuhkan eksistensi Negara Khilafah untuk melindungi Palestina dan menyingkirkan entitas Yahudi dari tiap jengkal tanah Palestina.
Ada tiga alasan mengapa umat membutuhkan Khilafah untuk mengusir Zionis Yahudi. Pertama: Ketidakmampuan lembaga-lembaga internasional untuk melindungi Palestina. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengaku bahwa badan dunia itu tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan perang rezim Zionis di Gaza dan menyerukan kepada mereka “yang berkuasa untuk melakukan hal itu”.
Apalagi sejarah memperlihatkan PBB juga telah mengakui eksistensi negara Zionis. Padahal jelas Zionis Yahudi tersebut adalah penjajah kejam yang bukan saja menduduki wilayah Palestina. Mereka juga mengusir dan membantai penduduk aslinya. PBB telah dikendalikan oleh negara-negara anggota tetap Dewan Keamanan seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.
Kedua: Para pemimpin negara-negara Arab dan Dunia Islam bukan saja berdiam diri. Sebagian dari mereka malah menyokong negara Zionis dan bekerjasama dengan induk semangnya, yakni Amerika Serikat dan Inggris. Serangan main-main Iran ke negeri Zionis adalah sebagian dari politik kotor para pemimpin Dunia Islam terhadap nasib Gaza. Apalagi sikap penguasa Yordania yang terang-terangan menyokong entitas Yahudi.
Ketiga: Hanya negara Khilafah yang akan sanggup memobilisasi kekuatan umat untuk mengusir entitas Yahudi. Negara Khilafah akan menghapus belenggu nasionalisme yang telah merantai umat dari memberikan pertolongan terhadap saudara mereka yang teraniaya seperti di Gaza, Palestina. Khilafah akan mengembalikan sense of ukhuwah islamiyah ke tengah umat sehingga mereka akan merasakan lagi layaknya satu tubuh.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِى تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal kasih sayang bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam (HR Muslim).
Khilafah akan membuat perhitungan dengan entitas Yahudi dan negara-negara Barat sebagai sponsornya. Bukan saja mengusir kaum Zionis Yahudi, Khilafah pun akan menghilangkan semua fasilitas negara-negara penjajah di wilayah kaum Muslim seperti pangkalan militer asing. Khilafah juga akan menutup pelabuhan dan jalur pelayaran serta penerbangan agar tidak lagi dilalui kapal dan pesawat asing yang akan mengirimkan bantuan pada entitas Yahudi.
Alhasil, umat ini masih memikul tanggung jawab atas nasib saudara mereka yang teraniaya oleh kaum penjajah, seperti di Gaza Palestina. Hal itu tidak akan dapat dilakukan secara sempurna tanpa eksistensi Khilafah. Terbukti hingga hari ini tak ada satu pun di antara negeri-negeri Islam yang mau mengusir entitas Yahudi. Padahal mayoritas penduduknya Muslim dan dipimpin oleh Muslim. Jelas, umat membutuhkan jihad dan Khilafah untuk mengusir Zionis Yahudi dari tanah Palestina.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []
—*—
Hikmah:
Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلَّذِينَ يُقَٰتِلُونَ فِى سَبِيلِهِۦ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنْيَٰنٌ مَّرْصُوصٌ
Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (TQS ash-Shaff [61]: 4).