STRATEGIC ASSESSMENT. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melontarkan ide menggunakan rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS) untuk menginvasi balik jauh ke dalam wilayah Rusia. Itu diklaim sebagai taktik untuk memaksa Moskow mengakhiri perang.
Ide Zelensky itu berbahaya, karena bisa mendorong Rusia menerapkan doktrin nuklirnya. Doktrin nuklir Rusia yang berlaku saat ini adalah Moskow akan menggunakan senjata nuklir jika eksistensinya sebagai negara sudah terancam.
Zelensky mengatakan bahwa dia akan menyampaikan rencananya—rincian lengkap yang tidak dia ungkapkan kepada publik—kepada Presiden AS Joe Biden dan dua calon penggantinya; Donald Trump dan Kamala Harris. Zelenskyy mengatakan bahwa serangan tiga minggu yang dilakukan Kyiv ke wilayah Kursk, Rusia, merupakan bagian dari rencananya. Namun, rencana itu juga mencakup langkah-langkah lain di bidang ekonomi dan diplomatik.
Idenya, kata Zelensky—yang mendesak Washington agar mengizinkan pasukannya menggunakan rudal jarak jauh yang dipasok AS untuk menyerang jauh ke dalam Rusia—adalah untuk memaksa Moskow mengakhiri perang.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, menganggap remeh gagasan Zelensky. “Ini bukan pertama kalinya kami mendengar pernyataan seperti itu dari perwakilan rezim Kyiv. Kami menyadari sifat rezim Kyiv ini,” kata Peskov kepada wartawan ketika ditanya tentang rencana Zelensky. “Kami melanjutkan operasi militer khusus kami dan akan mencapai semua tujuan kami,” lanjut dia, menggunakan narasi resmi pemerintah Rusia untuk perangnya di Ukraina, seperti dikutip dari Reuters.
Rusia saat ini terlibat dalam upaya memukul mundur serangan Ukraina di Kursk yang dimulai pada 6 Agustus, dan terus maju dengan serangannya sendiri di wilayah Donetsk di Ukraina timur. Peskov juga mengatakan bahwa Rusia mendukung pandangan India tentang perlunya penyelesaian damai, tetapi mengatakan bahwa “sudah sangat jelas” bahwa tidak ada dasar untuk perundingan saat ini.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengatakan, dia telah memberi tahu Presiden Rusia Vladimir Putin melalui panggilan telepon bahwa dia mendukung penyelesaian awal yang damai untuk konflik Ukraina, beberapa hari setelah Modi mengadakan perundingan dengan Zelensky di Kyiv.