STRATEGIC ASSESSMENT. Kota Sudza di wilayah Kursk, Rusia kini begitu santer ‘bau kematian’. Aroma kematian itu datang dari mayat-mayat yang membusuk di jalan dan gedung-gedung yang hancur berantakan.
Suasana semakin mencekam usai wilayah Rusia semakin jauh diserbu pasukan Ukraina. Kota Kota Sudzha pun diklaim oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berada di bawah kendali pihaknya.
Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memulai perang dengan Ukraina tahun lalu, ia tak menyangka akan menerima serangan balik.
Belokan menuju Sudza ditandai dengan salib Kristen Ortodoks yang sangat besar, yang bertuliskan “Tuhan selamatkan dan lindungi kami”. Beberapa meter dari sana, tergeletak reruntuhan dua tank dan persenjataan lain dari pertempuran sengit beberapa hari silam.
Jalanan kota sebagian besar koson, namun bergema dengan badai yang mengamuk di sekitarnya. Tembakan senjata ringan dan artileri memecah kesunyian, namun dari kejauhan.
Militer Ukraina yang mendampingi CNN mengatakan bahwa drone penyerang Rusia yang telah merusak perbatasan Ukraina sangat aktif dalam pertempuran di perbatasan tersebut untuk mengganggu pasukan Kyiv hingga Kota Sudza.
Ketidakhadiran mereka yang mencolok, dan kekuatan udara Rusia, menunjukkan kemungkinan peningkatan kemampuan Ukraina untuk melakukan serangan mendadak tersebut. Banyaknya kendaraan lapis baja yang dipasok oleh Negara Barat di jalan-jalan menuju Rusia menunjukkan bahwa Ukraina mengerahkan sumber daya yang selama ini diklaim tidak cukup untuk menghadapi pertempuran ini.
Namun Kota Sudzha tak sepenuhnya sepi senyap. Di sebuah bangunan besar, di luar pintu masuk ruang bawah tanah, sebuah papan besar bertuliskan, “Di sini ada orang-orang yang damai di ruang bawah tanah, tidak ada militer.”
Inna (68), tampak duduk di luar. Ia mengatakan kepada CNN bahwa ada sebanyak 60 warga sipil lainnya di lantai bawah.
“Mereka membawa banyak kotak, makanan mereka,” katanya tentang pasukan Ukraina.
Ruang bawah tanah itu disebut adalah pemandangan menyedihkan yang telah disaksikan di puluhan kota di Ukraina selama dua tahun terakhir, dan masih sama menyedihkannya di Rusia.
Di pintu masuk tempat penampungan itu ada warga lain, Stanislav, yang mengelus janggutnya yang sudah beruban ketika ditanya bagaimana kehidupannya.
“Lihat, ini bukan kehidupan. Ini ada. Ini bukan kehidupan,” ujar dia.
Di dalam gelap, di bawah tanah, ada orang-orang yang lemah, terisolasi, dan kebingungan. Seorang wanita tua, masih dengan wig dan gaun musim panas berwarna merah terang, bergoyang-goyang kecil saat ia bernyanyi.
Sejumlah kota dan desa di Rusia diklaim berhasil direbut Ukraina, dalam ‘invasi’ balik Kyiv yang diluncurkan sejak 6 Agustus lalu.
Panglima militer Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengatakan sebanyak 82 permukiman Rusia telah berada di bawah kendali Kyiv. Bukan cuma itu, Ukraina bahkan telah mendirikan kantor komandan militer di Sudzha “untuk menjaga hukum dan ketertiban serta memenuhi kebutuhan prioritas penduduk di wilayah yang dikuasai.”
Sudzha terletak di sebelah terminal gas Rusia, titik utama untuk memasok gas dari Rusia, melalui Ukraina, ke Eropa. Perebutan Sudzha pun memicu spekulasi bahwa salah satu tujuan Kyiv adalah untuk membatasi sumber pendanaan yang menguntungkan Rusia.
Terlepas dari itu, bagaimana sebetulnya kekuatan militer Rusia?
Dilansir dari Global Fire Power, kekuatan militer Rusia masih berada di lima besar dunia meski sejumlah wilayahnya ‘diinvasi’ Ukraina.
Kekuatan militer Rusia berada di urutan dua setelah Amerika Serikat dengan nilai PwrIndx 0,0702. Skor ‘sempurna’ PwrIndx adalah 0.0000. Dari 141.698.923 populasi Rusia, Kremlin memiliki jumlah personel militer sekitar 3.570.000 orang. Mereka tersebar di berbagai unit baik Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Berdasarkan catatan Global Fire Power, Rusia memiliki persediaan pesawat sebanyak 4.255. Dari jumlah itu, sebanyak 809 di antaranya merupakan pesawat tempur. Sekitar 730 pesawat merupakan pesawat serangan khusus. Sebanyak 552 lainnya merupakan pesawat latih, kemudian 145 pesawat misi khusus, 19 tank udara, 1.547 helikopter, dan 559 helikopter serang.
Rusia juga memiliki tank-tank sebanyak 14.777. Di samping itu, sebanyak 161.382 kendaraan merupakan lapis baja.
Artileri self-propelled Rusia juga tercatat sebanyak 6.208. Artileri-artileri lainnya seperti artileri tarik (towed artillery) dan artileri roket (MLRS) masing-masing sebanyak 8.356 dan 3.065.
Di wilayah laut, Rusia juga memiliki total 781 aset militer. Kapal induk Rusia tercatat sebanyak satu kendaraan. Kemudian kapal perusak sebanyak 14 kendaraan.
Kapal fregat sebanyak 12 kendaraan. Korvet sebanyak 83 kendaraan. Kapal selam sebanyak 65 kendaraan. Kapal patroli sebanyak 122 kendaraan dan kapal penyapu ranjau sebanyak 47 kendaraan.