STRATEGIC ASSESSMENT. Israel terpojok setelah ratusan pejabat Amerika Serikat (AS), Inggris dan Eropa menentang kebijakan menndukung Zionis. Sebanyak 800 pejabat AS, Inggris dan Uni Eropa (UE) telah merilis surat terbuka yang ditandatangani menentang dukungan terhadap Israel pada perang di Gaza.
Menurut para pejabat dan eks pejabat yang mempelopori atau mendukung inisiatif ini, surat itu menandai pertama kalinya para pejabat dari negara sekutu Israel di seberang Atlantik bersatu untuk mengkritik pemerintah mereka atas perang itu. Para pejabat menegaskan bahwa mereka berbicara karena sebagai pegawai negeri, merupakan tugas mereka untuk menolong meningkatkan kebijakan dan membantu kepentingan negaranya.
Selain itu, mereka juga lantang berbicara karena percaya pemerintahan negaranya perlu untuk mengubah arah perang. “Kebijakan pemerintah kami saat ini melemahkan moral mereka dan melemahkan kemampuan mereka untuk membela kebebasan, keadilan, dan hak asasi manusia secara global,” bunyi surat tersebut dilansir dari Anadolu Agency.
Surat itu menambahkan ada risiko yang masuk akal bahwa kebijakan pemerintah mereka berkontribusi atas pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional, kejahatan perang dan pembersihan etnis atau genosida. Dokumen itu sendiri dilaporkan melindungi identitas dari pejabat yang menandatanganinya.
Menurut salah satu inisator surat terbuka yang bekerja lebih dari 20 tahun di Departemen Luar Negeri AS, mereka tak mengungkapkan identitas karena takut adanya pembalasan. Namun, sekitar 800 pejabat saat ini telah memberikan persejuan terhadap surat tersebut, yang diam-diam beredar di kalangan pegawai tingkat nasional di berbagai negara.
Upaya ini mengungkap sejauh mana kebijakan pro-Israel di kalangan pemimpin AS, Inggris dan Eropa telah memicu perbedaan pendapat di kalangan pegawai negeri. Salah satu penyelenggara mengatakan bahwa sekitar 80 orang yang menandatangani perjanjian ini berasal dari lembaga-lembaga AS, terbesar dari Departemen Luar Negeri. Sedangkan, otoritas pemerintahan yang paling diwakili di antara para penandatangan adalah lembaga-lembaga kolektif UE diikuti Belanda, dan AS.
Tentara IDF kembalikan 80 mayat warga Palaestina yang seblumnya dikumpulkan. Namun, kondisi mayat memilukan. Mayat yang dikembalikan dalam kondisi tak utuh dan organ dalam sudah hilang. Tentara Israel atau IDF baru saja mengumpulkan dan mengembalikan 80 jenazah warga Palestina ke Gaza dalam kondisi yang memprihatinkan. Bagaimana tidak, sejumlah mayat dikembalikan dalam kondisi organ tubuh yang telah hilang. Bahkan beberapa bagian tubuhnya hilang bak dimutilasi. Dilansir dari Al Jazeera, sebagian besar kondisi jenazah sudah membusuk.
Disebutkan, jenazah-jenazah tersebut telah dibawa ke pemakaman Tal as-Sultan di Rafah dengan menggunakan truk kargo untuk dimakamkan secara massal. Tidak ada anggota keluarga dan kerabat yang hadir untuk memberikan pemakaman yang layak bagi mereka karena jenazah-jenazah tersebut belum teridentifikasi. Al Jazeera mengungkap asal jenazah yang dikembalikan oleh Israel.
Dikatakan, sebagian besar jenazah adalah mayat-mayat yang dikumpulkan dari jalan-jalan dan rumah-rumah tempat mereka dibunuh. Di samping itu, mayat itu berasal dari kuburan yang dipindahkan oleh Israel dalam beberapa minggu terakhir. Jenazah dibawa ke lokasi-lokasi yang tidak teridentifikasi di Israel.
Ini adalah ketiga kalinya mayat yang disimpan oleh militer Israel dikembalikan untuk dimakamkan di dalam Jalur Gaza. Pertama kali terjadi di Khan Younis di Rumah Sakit Nasser dan yang kedua terjadi di Rafah. Namun, beberapa jenazah yang dikembalikan Israel dilaporkan berada dalam kondisi tidak utuh lantaran organnya diduga telah diambil oleh penjajah.
Pengembalian jenazah korban kebiadaban Israel itu dikonfirmasi oleh sumber-sumber Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza. Menurut laporan Anadolu Agency, pihak yang bertanggung jawab atas penguburan di kuburan massal Rafah adalah Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Palestina.
“PBB telah memberi tahu kami sebelumnya tentang kedatangan sejumlah syuhada ke Jalur Gaza, diperkirakan sekitar 80 jenazah,” kata Direktur Rumah Sakit Mohamed Yousef El-Najar di Kota Rafah, Marwan Al-Hams. Ketika mayat-mayat itu tiba, Al-Hams mengatakan beberapa berada dalam kondisi tidak utuh lagi, bahkan ada yang sudah membusuk.