STRATEGIC ASSESSMENT. Mesir telah mengusulkan rencana ekstensif untuk gencatan senjata dan situasi pascaperang di Gaza yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan pembentukan pemerintahan teknokratis baru di Gaza dan Tepi Barat.
Usulan tersebut, yang dilaporkan oleh beberapa media, menguraikan penghentian permusuhan multi-tahap yang pada akhirnya akan menyebabkan penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza dan pemerintahan bersatu Palestina yang mengawasi daerah kantong tersebut.
Rencananya mencakup beberapa pertukaran tawanan. Tahap pertama adalah Hamas dan kelompok bersenjata Palestina melepaskan semua tawanan sipil yang ditahan di Gaza dengan imbalan sejumlah warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel melalui negosiasi. Hasilnya adalah gencatan senjata dan jeda pertempuran antara tujuh hingga 10 hari.
Kemudian pada tahap kedua, Hamas akan membebaskan seluruh tentara perempuan Israel yang ditawan, dan Israel akan kembali membebaskan tahanan Palestina lainnya.
Tahap kedua akan mencakup jeda tambahan dalam pertempuran selama satu minggu. Tahap terakhir akan mencakup pertukaran tawanan terakhir – Hamas akan membebaskan sisa tawanan dan Israel akan membebaskan lebih banyak warga Palestina yang ditahan.
Hal ini akan terjadi setelah “perundingan diadakan selama jangka waktu satu bulan”, dan fase ini juga akan menyebabkan Israel menarik pasukannya kembali ke perbatasan Gaza dan juga terus menghentikan semua serangan udara di Jalur Gaza. Hamas juga akan menghentikan tindakan bersenjata apa pun terhadap Israel. Rencana tersebut disampaikan kepada Israel, Hamas dan AS.
Usulan Mesir juga akan membuat Kairo, bersama Doha dan Washington, terlibat dalam negosiasi untuk membentuk pemerintahan teknokratis untuk memimpin Gaza dan Tepi Barat yang diduduki. Usulan tersebut merupakan rencana gencatan senjata yang paling luas dan terperinci sejak perang di Gaza dimulai pada bulan Oktober. Namun tampaknya rencana tersebut tidak akan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang bertikai.
Kabinet perang Israel dijadwalkan membahas usulan tersebut pada Senin malam.
Namun seorang diplomat Barat mengatakan kepada Associated Press bahwa kabinet Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan tidak akan menerima usulan tersebut secara keseluruhan.
Belanja pertahanan atau militer Israel tahun depan bertambah setidaknya 30 miliar shekel atau US$ 8,3 miliar atau setara Rp 128 triliun (kurs Rp 15.424). Bengkaknya biaya itu seiring dengan berlanjutnya perang melawan Hamas. Dalam sebuah dokumen yang disampaikan Kementerian Keuangan Israel kepada parlemen, keseluruhan anggaran tahun 2024 kemungkinan berjumlah 562 miliar shekel. Biaya itu membengkak dibandingkan rencana awal 513 miliar shekel.
“Proyeksi tersebut menggarisbawahi tingginya biaya finansial perang bagi Israel yang telah mengerahkan ratusan ribu pasukan cadangan untuk operasi darat melawan Hamas di Jalur Gaza,” tulis Bloomberg.
Selain belanja militer, Kementerian Keuangan Israel mengatakan tambahan 10 miliar shekel akan dibutuhkan untuk evakuasi sekitar 120.000 orang dari wilayah perbatasan utara dan selatan Israel. Selain itu, anggaran yang lebih tinggi juga diperlukan untuk polisi dan layanan keamanan lainnya, serta rekonstruksi permukiman yang hancur selama perang.
Konflik dengan Hamas membuat pengeluaran Israel meningkat tajam untuk membiayai kebutuhan militer, memberikan kompensasi kepada keluarga korban hingga sandera yang disandera oleh Hamas. Pada saat yang sama, penerimaan pajak juga melambat.
Akibatnya, Israel mengalami defisit anggaran 22,9 miliar shekel pada Oktober 2023. Jumlah itu melonjak dari bulan sebelumnya 4,6 miliar shekel sekaligus meningkatkan defisit pada tahun sebelumnya menjadi 2,6%.
Sedikitnya 100 orang tewas dalam rentetan serangan mematikan Israel terhadap Jalur Gaza pada malam Natal. Banyaknya korban tewas menjadikan serangan pada Minggu (24/12) malam hingga Senin (25/12) sebagai salah satu malam paling mematikan di Jalur Gaza sejak perang berkecamuk pada awal Oktober lalu.
Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, sedikitnya 70 orang tewas akibat serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Maghazi yang terletak di pusat wilayah Jalur Gaza. Salah satu warga bernama Ibrahim Youssef menuturkan istrinya dan empat anaknya, termasuk seorang bayi berusia empat bulan, terjebak reruntuhan usai serangan udara Israel menghantam tempat tinggal mereka di area kamp pengungsi Maghazi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qidra, menyebut kebanyakan korban tewas di area kamp pengungsi Maghazi adalah perempuan dan anak-anak.
Sedikitnya delapan orang lainya, menurut pejabat kesehatan Gaza, tewas ketika pesawat dan tank Israel melancarkan puluhan serangan terhadap rumah-rumah dan jalanan di dekat area al-Bureij dan al-Nusseirat.
Sementara laporan terpisah petugas medis di Jalur Gaza menyebut serangan udara Israel juga menghantam area Khan Younis yang ada di bagian selatan daerah kantong Palestina itu pada periode waktu yang sama. Sedikitnya 23 orang tewas akibat serangan di Khan Younis tersebut.
Israel mengklaim telah menewaskan lebih dari 100 anggota Hamas dalam operasi militer di area kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza bagian utara. Disebut juga oleh Tel Aviv bahwa pasukannya menemukan markas bawah tanah Hamas di area tersebut.
“Markas bawah tanah Hamas di kamp Jabalia, terungkap dan dihancurkan dalam operasi (militer Israel). Operasi itu mencakup pertempuran sengit yang menewaskan lebih dari 100 teroris dan ratusan senjata ditemukan, disita, dan dihancurkan,” sebut juru bicara militer Israel, Peter Lerner, dalam pernyataannya seperti dilansir Al Arabiya.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengumumkan bahwa salah satu komandan seniornya tewas akibat serangan Israel di wilayah Suriah. Teheran pun bersumpah untuk membalas dan membuat Israel “membayarnya”.
Seperti dilansir Al Arabiya, Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya menyebut bahwa Brigadir Jenderal Seyed Razi Mousavi tewas dalam “serangan rudal” Israel di wilayah Damaskus, Suriah. Mousavi disebut sebagai “penasihat senior IRGC di Suriah”. “Israel pasti akan menanggung akibatnya atas kejahatan ini,” tegas Garda Revolusi Israel dalam pernyataannya.
Mousavi, menurut pernyataan IRGC, bertugas memberikan “dukungan logistik kepada poros perlawanan di Suriah”. Poros perlawanan merujuk pada jaringan kelompok militan regional yang didukung oleh Iran dan terdiri atas Hamas, Hizbullah di Lebanon, berbagai milisi di Irak dan Suriah, serta Houthi di Yaman.
Pernyataan IRGC menambahkan bahwa Mousavi merupakan “pendamping” komandan IRGC mendiang Qassem Soleimani yang tewas dibunuh. Soleimani yang merupakan mantan kepala Pasukan Quds, sayap operasi luar negeri IRGC, tewas dalam serangan udara Amerika Serikat (AS) di Irak tahun 2020.