STRATEGIC ASSESSMENT. Sebuah kapal perang Amerika Serikat menembak jatuh 14 drone di Laut Merah dan sebuah kapal perusak Angkatan Laut Inggris menembak jatuh drone lain. Drone tersebut menargetkan kapal-kapal komersia. Pemberontak Houthi di Yaman telah melancarkan serangkaian serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, salah satu rute pelayaran tersibuk di dunia. Mereka meluncurkan drone dan rudal yang menargetkan kapal yang berhubungan dengan Israel, sebagai dukungan pada pejuang Hamas.
Komando Pusat AS mengatakan bahwa kapal perusak USS Carney berhasil menyerang 14 sistem udara tak berawak yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.
Sedangkan Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan bahwa HMS Diamond menembakkan rudal Sea Viper dan menghancurkan sebuah drone. Aksi ini adalah pertama kalinya Angkatan Laut Kerajaan Inggris menembak jatuh sasaran udara sejak Perang Teluk tahun 1991.
Shapps mengatakan serangan terhadap kapal komersial di arteri perdagangan global oleh pemberontak Houthi Yaman yang didukung oleh Iran, merupakan ancaman langsung terhadap perdagangan internasional dan keamanan maritim. HMS Diamond dikirim ke wilayah tersebut dua minggu lalu bergabung dengan kapal-kapal dari Amerika, Prancis dan negara-negara lain. Pengiriman global melalui kapal telah menjadi target selama perang antara Israel dan Hamas.
Sebelumnya kapal perang jenis fregat canggih milk Angkatan Laut Prancis, Languedoc, berhasil mencegat dan menghancurkan dua drone di Laut Merah. Drone penyerang terdeteksi mengarah ke fregat tersebut setelah ditembakkan dari pantai Yaman.
Kewalahan jika mengandalkan kekuatan tentara Israel sendiri, Israel dilaporkan banyak menggunakan tentara bayaran untuk menghadapi pejuang Palestina.
Tidak sedikit para tentara Israel itu yang berasal dari Afrika. Oleh karena itu, Afrika Selatan yang sangat vokal mendukung kemerdekaan Palestina berusaha meminimalisir hal tersebut.
Pemerintah Afrika Selatan mengatakan warga negaranya yang bekerja di IDF dapat menghadapi tuntutan di negara Afrika Selatan.
Pretoria mengatakan mereka sangat prihatin jika ada warga negaranya ikut berperang melawan Pejuang Palestina.
Dan mereka menyatakan Israel telah melakukan kejahatan internasional, dan mengatakan warga negara Afrika Selatan yang dinaturalisasi bisa dicabut kewarganegaraannya.
Warga Afrika Selatan yang ikut berperang untuk Israel di Gaza dapat menghadapi tuntutan di dalam negeri, pemerintah memperingatkan pada hari Senin, ketika Presiden Cyril Ramaphosa sekali lagi mengecam konflik di wilayah Palestina sebagai genosida.
Kementerian luar negeri mengatakan pihaknya sangat prihatin dengan laporan bahwa beberapa tentara Israel yang juga warga negara Afrika Selatan telah bergabung dengan IDF untuk berperang di Gaza, atau sedang mempertimbangkan untuk melakukannya.
Sejumlah pemantau perang telah menyatakan dan mengecap pasukan militer Israel (IDF) kalah perang melawan Hamas.
Hal itu dibuktikan dengan IDF menarik sejumlah batalyon perang dari lokasi perang di Gaza. Bahkan, Batalyon 13 Israel tak mampu menguasi kawasan Shujayea, Kota Gaza karena kuatnya pertahanan Hamas. Bahkan, sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, sudah 44 tentara tewas di kawasan tersebut.
Tak hanya itu, IDF juga paling takut dengan aksi penyergapan oleh Hamas, yang telah menyebabkan 9 tentaranya tewas.
Kantor berita Al Jazeera, melaporkan bahwa, para pejuang Palestina terlibat dalam peperangan jarak dekat di kota Gaza,
Hal itu sebagai upaya mereka untuk melawan IDF dan Hamas mengklaim kemenangan ketika sebuah batalion Israel ditarik keluar dari wilayah Palestina untuk “beristirahat”, menurut lembaga pemantau perang.
Ketika pasukan Israel berupaya membersihkan wilayah Jabalia di Gaza utara, para pejuang Palestina bersembunyi dan melakukan penyergapan dengan senjata kecil dan granat. Hal itu dikemukakan oleh lembaga pemikir yang berbasis di AS, The Institute for the Study of War (ISW) dan Proyek Ancaman Kritis (CTP).
Pejuang Palestina melakukan perlawanan paling keras di lingkungan Sheikh Radwan di Jabalia, kata ISW dan CTP dalam laporan situasi terbaru mereka.
“Serangan yang hampir terjadi setiap hari terhadap pasukan Israel di lingkungan Sheikh Radwan, menunjukkan bahwa wilayah tersebut adalah salah satu wilayah dengan kemampuan pertahanan milisi Palestina yang signifikan di Jalur Gaza utara”, kata para pemantau. Kelompok bersenjata Palestina terus berperang di Jalur Gaza tengah dan di selatan, dan dicap sebagai kekalahan ketika Israel memindahkan Batalyon ke-13 Brigade Golani dari Gaza.
Alasan yang tidak masuk akal dikemukakan IDF bahwa tujuannya untuk “bernafas” selama 48 jam setelah 21 hari pertempuran sengit di Jalur Gaza.
Kemiskinan di Israel meningkat di tengah perang dengan Gaza. Kemiskinan tersebut juga diakibatkan dari gerakan boikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Dampak perang tak hanya dirasakan oleh warga Gaza saja, penduduk Israel juga turut merana. Mereka kini kesulitan mendapatkan bantuan ekonomi, karena pemerinta mengalihkan semuanya untuk pendanaan perang. Selain itu masyarakat semakin selit membeli kebutuhan pokok sehari-hari.
Tingkat kemiskinan Israel dilaporkan melonjak di tengah gejolak perang. Menurut catatan tahunan yang dirilis perusahaan riset Alternative Poverty Report 19,7 persen warga Israel kini kehilangan pendapatan imbas agresi perang.
Tak hanya itu, dalam laporannya Alternative Poverty Report juga mengungkap dampak perang telah mendorong pemerintahan Tel Aviv untuk melakukan pemangkasan bantuan ekonomi- sosial pada sejumlah lembaga amal.
“Dampak perang, badan amal yang didedikasikan untuk mendukung masyarakat miskin kini tak lagi menerima bantuan dari pemerintah Israel sejak dimulainya invasi, Padahal saat ini terjadi peningkatan jumlah permintaan bantuan,” jelas Alternative Poverty Report dikutip dari Middle East Monitor.
Israel bahkan mulai menelantarkan warganya yang biasa mendapatkan santunan dengan dalih untuk menekan pembengkakan negara di tengah situasi perang di jalur Gaza, yang mengkhawatirkan imbas dari pemangkasan tersebut 81,8 persen penerima bantuan tengah terlilit utang.
Sementara 81,6 penerima bantuan lanjut usia hidup dalam kemiskinan dan 31,5 persen warga Israel menghadapi kerawanan pangan yang parah.
Impak lain yang ditimbulkan dari perang sebanyak 79,3 persen warga Israel menderita penyakit kronis lantaran kesulitan mendapatkan akses perawatan kesehatan gratis.
Bahkan tak sedikit pula masyarakat yang mengurangi porsi makan hingga memaksa anak-anaknya untuk berpuasa karena kesulitan untuk membeli kebutuhan pokok.
Selain karena dampak perang, para ekonom memperkirakan lonjakan kemiskinan yang dialami warga Israel terjadi buntut dari gerakan Boycott, Divestment, Sanctions (BDS) terhadap perusahaan Israel dan para pendukungnya.
Seruan boikot yang dilakukan oleh generasi muda melalui jejaring media sosial awalnya diterapkan sebagai sanksi bagi Israel.