STRATEGIC ASSESSMENT. Dari Anas r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda kepada Ubaiy bi Ka’ab r.a, sabdanya, ‘_Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membaca (Al Qur’an), yakni suat Al Bayyinah’._ Ubaiy sampai bertanya, ‘Allah sampai menyebut namaku ?’ Beliau menjawab, ‘Ya.’ Seketika itu Ubaiy lalu menangis karenanya'”.
Dari Abu Hirairah r.a, ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, _”Sukakah kamu, bila kamu pulang ke rumahmu lantas kamu mendapati tiga ekor unta yang sedang bunting dan gemuk-gemuk ?”_ Kami menjawab, “Tentu ya Rasulullah”. Beliau bersabda, _”Membaca tiga ayat dalam shalat lebih bagus nilainya dari ketiga unta bunting itu”
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa ia mendengar Nabi Saw. bersabda, “Allah tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, seperti perhatian-Nya terhadap Nabi ketika beliau melagukan Al Qur’an dengan suaranya yang ibdah dan keras”.
Dari Abu Musa Al Asy’ari r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Qur’an adalah seperti perumpamaan jeruk manis. Baunya harum dan rasanya manis. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al Qur’an adalah seperti buah kurma, tidak ada baunya sama sekali namun rasanya manis. Dan perumpamaan orang munafik yang membaca Al Qur’an ialah seperti kemangi, baunya harum tetapi rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al Quran, ialah seperti buah paria yang tidak ada baunya sama sekali dan rasanya pahit”.
Dari Asiyah r.a, sesungguhnya Nabi Saw. bersabda, “Apabila kamu mengantuk ketika dalam melakukan shalat, maka tidurlah dahulu sampai hilang kantukmu. Sebab apabila salah seorang kamu mengantuk dalam shalat, maka bisa saja ia bermaksud berdoa akan tetapi yang terjadi malah mencaci maki dirinya sendiri”.
Dari Abdullah bin Umar r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang hafal Al Qur’an ialah seperti onta yang ditambatkan. Jika ia tetap diawasi, ia akan tetap tertambat, tetapi jika dibiarkan, maka ia akan hilang”.
Dari Abu Musa r.a, bahwa beliau bersabda, “Sering-seringlah kamu membaca Al Qur’an, karena demi Allah, ia lebih cepat lepas daripada onta di tambatannya”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. mempunyai sehelai tikar yang dibentangkannya di malam hari, sehingga merupakan tabir sebuah kamar tempat beliau shalat. Lalu orang banyak shalat pula mengikuti beliau. Pada suatu malam mereka berkumpul pula. Maka Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka : “Hai orang banyak, kerjakanlah amal ibadah itu sekedar kemampuanmu, (agar kamu dapat mengerjakannya secara tetap). Sesungguhnya Allah tidak pernah bosan memberi pahala, sehingga akhirnya kamulah yang bosan mengerjakan ibadahmu. Dan sesungguhnya amal ibadah yang dicintai oleh Allah adalah yang dikerjakan secara tetap (rutin), walaupun sedikit. Dan keluarga Muhammad Saw. jika mengerjakan suatu amalan, maka mereka akan tetap terus melestarikannya”.
Dari Abu Musa r.a, dari Nabi Saw., bahwa beliau bersabda, “Perumpamaan rumah yang yang disebut nama Allah di dalamnya, dengan rumah yang tidak pernah disebut nama Allah di dalamnya, ialah seperti perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah kamu jadikan rumahmu itu menjadi kuburan. Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat Al Baqarah”.
Dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah Saw. pernah ditanya orang : “Amalan apakah yang paling disukai oleh Allah ?” Rasulullah Saw. menjawab, “Amalan yang tetap walaupun sedikit”.
Dari Ali bin Abu Thalib r.a, ia berkata: “Pada suatu malam, Nabi Saw. mendatangi rumah kami yakni rumahku bersama Fatimah seraya berkata : ‘Apakah kalian tidak shalat ?’ Jawabku : ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya diri kami di tangan Allah. Jika Allah berkehendak membangunkan kami, tentu Dia akan membangunkan kami’. Mendengar jawaban tersebut, serta merta Rasulullah Saw. pergi. Kemudian sembari meninggakan tempat dan menepuk pahanya sendiri. Ali mendengar beliau bersabda, ‘Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah'”.
Dari Jabir r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Apabila salah seorang kamu melakukan shalatnya di masjid, maka jangan lupa untuk shalat pula di rumahnya sendiri. Karena sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan dari shalatnya di rumahnya”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Barangsiapa yang menegakkan (shalat pada malam) Ramadhan, karena iman dan karena Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Pada suatu malam di bulan Ramadhan, Rasulullah Saw. shalat di masjid, lalu diikuti oleh beberapa orang sahabat. Kemudian ( pada malam kedua) beliau diikuti oleh lebih banyak orang, yaitu satu kabilah. Kemudian pada malam yang ketiga atau keempat, mereka semua sama berkumpul. Tetapi Rasulullah Saw. rupanya belum juga keluar menemui mereka. Pagi-pagi beliau bersabda, ‘Saya melihat apa yang kamu lakukan. Kalau saya enggan keluar menemui kalian, itu lantaran saya merasa khawatir jika sampai shalat itu menjadi diwajibkan atas kalian’. Beliau bersabda itu pada bulan Ramadhan'”.
Dari Jabir r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. pernah ditanya mengenai shalat yang bagaimanakah yang paling utama itu ?” Beliau menjawab, “Yang berdirinya cukup lama”.
Dari Jabir r.a, ia mendengar bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sesungguhnya pada waktu malam itu ada saat tertentu, dimana apabila seorang muslim kebetulan mendapatinya seraya memohon kebajikan urusan dunia dan akhirat kepada Allah, niscaya Allah akan memperkenankannya. Begitulah halnya setiap malam”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala turun setiap malam ke langit dunia, yaitu kira-kira sepertiga malam yang akhir. Dia berfirman : ‘Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku penuhi permohonannya. Dan barangsiapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya'”.
Dari Ibnu Umar r.a, ia berkata : Rasulullah Saw. bersabda, “Witir adalah shalat malam yang terakhir”.
Dari Ibnu Umar r.a, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Shalat malam itu dua-dua. Bila kamu melihat waktu Shubuh sudah hampir tiba, maka lakukanlah shalat Witir satu rakaat. Lalu ada yang bertanya : ‘Apa artinya dua-dua ?’ Jawab Umar : ‘Yaitu, memberi salam setiap dua rakaat'”.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy r.a, bahwa Nabi Saw. bersabda, “Shalat Witirlah kamu sebelum Shubuh”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. senantiasa shalat malam dan selalu mengakhiri shalatnya dengan shalat Witir”.
Dari Asiyah r.a, ia berkata : “Rasulullah Saw. pernah shalat malam, sedang ia (Aisyah) tidur melintang di hadapan beliau. Ketika beliau hendak shalat Witir, dbangunkannya Aisyah, untuk diajak shalat Witir”.
Dari Ibnu Umar r.a, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw. mengenai shalat malam. Nabawi Saw. menjawab, ‘Shalat malam itu dua-dua. Apabila salah seorang kamu khawatir akan shalat Shubuh, maka hendaklah ia shalat satu rakaat saja sebagai shalat Witir'”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah melakukan shalat dalam keadaaan duduk, dan membaca juga dalam keadaan duduk. Jika membacanya masih tiga puluh atau empat puluh ayat, maka beliau berdiri dan membaca dalam berdiri, kemudian ruku’, kemudian sujud. Dan setelah itu rakaat kedua beliau lakukan seperti itu pula”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Ketika memasuki usia tua dan sudah merasa berat, Rasulullah Saw. jadi sering melakukan shalat dalam keadaan duduk”.
Dari Hafshah r.a, ia berkata : “Saya tidak pernah melihat Nabi Saw. shalat dengan duduk, melainkan kira-kira setahun sebelum meninggal. Ketika itu beliau shalat sunnat sambil duduk dan membaca surat dengan tartil (bagus) sehingga bacaannya itu menjadi cukup lama sekali”.
Dari Aisyah r.a, dari Nabi Saw. , beliau bersabda, “Dua rakaat shalat sunnat fajar lebih baik dari dunia dan seluruh isinya”.
Dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah Saw. di dalam shalat dua rakaat beliau membaca surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas”.
Dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata : “Dalam rakaat sunnat fajar, Rasulullah Saw. pernah membaca ayat : ‘Katakanlah, kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami’, dan membaca ayat yang berada pada surat Ali Imran yang berbunyi : ‘Marilah pada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu'”.
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata : “Orang yang saya cintai yakni Rasulullah Saw. mewasiatkan kepada saya akan tiga amal yang tidak pernah saya tinggalkan selama hidup saya : ‘Puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan shalat Witir sebelum tidur'”.
Dari Ibnu Umar r.a, bahwa Hafshah Ummu Mukminin mengabarkan kepadanya bahwa apabila mu’adzdzin telah selesai adzan Shubuh, Rasulullah Saw. shalat lebih dahulu dua rakaat sebelum qamat”.
Dari Aisyah r.a, ia berkata : “Sesungguhnya tidak ada suatu shalat sunnatpun yang begitu dijaga beliau daripada shalat dua rakaat sebelum shalat Shubuh”.