STRATEGIC ASSESSMENT. Perang antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 belum juga usai. Hampir dua tahun invasi Moskow dilakukan kepada negara tetangganya tersebut.
Dalam kabar terbaru, hubungan antara negara-negara Eropa dengan Rusia semakin memanas. Terbaru, Moskow mengecam penutupan perbatasan yang dilakukan negara NATO, Finlandia, dan memperingatkan bahwa ketegangan bisa timbul jika pasukan dikerahkan di wilayah tersebut.
Di sisi lain, Rusia juga masih tegang dengan Ukraina. Para menteri luar negeri NATO dan pejabat Ukraina diketahui bertemu di Brussels Rabu untuk membahas perang dan cara untuk terus mendukung Kyiv.
Berikut update lain terkait perang antara dua negara tetangga tersebut, seperti dikutip dari CNBC International.
Rusia mengecam keputusan Finlandia. Ini akibat penutupan semua titik perlintasan perbatasannya dengan Rusia.
Negeri Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa keputusan tersebut tidak dapat dibenarkan. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut penutupan hingga 13 Desember adalah tindakan berlebihan.
“Finlandia tidak terancam oleh siapa pun atau apa pun, dan dalam hal ini, tentu saja, ini merupakan tindakan yang sangat berlebihan untuk menjamin keamanan perbatasan, karena tidak ada ancaman di sana dan pada kenyataannya tidak ada ketegangan,” kata juru bicara Kremlin kepada wartawan, yang dimuat oleh kantor berita negara TASS, Rabu waktu setempat.
Finlandia mengambil keputusan untuk menutup perbatasannya pada Selasa. Berulang kali negeri itu menuduh Rusia dengan sengaja mengirim migran tidak berdokumen melalui titik-titik penyeberangan negaranya.
Negara ini menyebut Moskow berupaya menciptakan ketidakstabilan di Finlandia. Helsinki juga melihat “operasi serangan hibrida,” seperti yang digambarkannya, sebagai pembalasan atas bergabungnya mereka dengan NATO awal tahun ini.
Rusia menyangkal hal itu. Namun tuduhan serupa juga dialamatkan ke Rusia oleh Estonia dan Latvia.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan dukungan yang sangat kuat untuk Ukraina akan terus berlanjut. Hal ini disampaikan saat para menlu NATO bertemu dengan pejabat Kyiv di Brussels untuk membahas perang, Rabu.
“Saya harus memberitahu Anda, mendengarkan semua rekan kami di meja perundingan, setiap orang menyatakan dukungan kuatnya terhadap Ukraina,” katanya kepada wartawan.
“Beberapa pihak mempertanyakan apakah Amerika Serikat dan sekutu NATO lainnya harus terus mendukung Ukraina saat kita memasuki musim dingin kedua kebrutalan Putin. Namun jawabannya di NATO saat ini sudah jelas dan tidak tergoyahkan: Kita harus dan akan terus mendukung Ukraina,” jelasnya.
Banyak pertanyaan yang muncul mengenai jangka panjang dukungan Amerika terhadap Ukraina mengingat pemilu 2024 mendatang. Termasuk munculnya ketidakpuasan di kalangan Partai Republik terhadap bantuan militer yang terus berlanjut.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan negaranya akan meningkatkan dukungan militer bagi Ukraina. Hal ini muncul di tengah keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Jerman yang menolak penggunaan dana sisa Covid-19 untuk hal lain, yang membuat Berlin harus mengerem utang dan keuangannya.
“Kami tidak hanya mempertahankan dukungan militer kami untuk pertahanan diri Ukraina, namun kami meningkatkannya sebesar 8 miliar euro,” kata Baerbock, Selasa.
“Keamanan dan perdamaian di Ukraina juga merupakan jaminan bagi perdamaian di Eropa,” tambahnya.
Menteri Luar Negeri Hongaria Péter Szijjártó mengatakan negaranya tidak akan pernah mengirim senjata ke Ukraina. Menurutnya semakin banyak senjata yang dikirim, semakin lama perang akan berlangsung.
Szijjártó menambahkan bahwa Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban bertemu dengan Presiden Putin pada Oktober untuk melihat apakah ada ruang bagi perdamaian dalam konflik yang sedang berlangsung. Meskipun menjadi anggota Uni Eropa, Hongaria tetap menjaga hubungan baik dengan Rusia.
Diketahui Hungaria juga menentang sanksi Eropa terhadap Moskow serta menentang upaya untuk mengekang impor minyak dan gas Rusia. Hongaria membela kelanjutan kerja sama energinya dengan Rusia, dengan mengatakan pihaknya perlu menjaga pasokan energi dan memerangi inflasi.
Pemimpin Muslim Chechnya Ramzan Kadyrov mengatakan akan menambah pasukan ke Ukraina. Sekitar 3.000 pejuang Chechnya akan membantu tentara Rusia di sana.
“Untuk menyelesaikan tugas yang ditetapkan oleh Panglima Tertinggi kami Vladimir Putin, kami tidak akan menyia-nyiakan upaya atau sumber daya apa pun,” kata Kadyrov di Telegram.
“Posisi ini juga dimiliki oleh tiga ribu tentara Chechnya lainnya yang mulai bertugas sebagai bagian dari unit baru Kementerian Pertahanan Rusia dan Garda Nasional Rusia,” tegasnya.
Dia mengatakan dua resimen baru di bawah kementerian pertahanan Rusia telah dibentuk. Mereka disebut AKHMAT-Rusia” dan “AKHMAT-Chechnya”.
Kadyrov mengatakan sebagian besar pasukannya memiliki pengalaman bertempur. Mereka juga memiliki peralatan terbaik serta senjata modern.
“Selain itu, para pemain sangat agresif dan sangat termotivasi untuk mencapai hasil,” katanya.
Pejuang Chechnya mempunyai reputasi yang kuat. Salah satunya diperoleh dalam dua perang melawan Rusia pada tahun 1990-an dan awal tahun 2000-an ketika Republik Chechnya berusaha memperoleh kemerdekaan dari Rusia.
Namun, zaman telah berubah sejak saat itu. Kadyrov pun adalah seorang loyalis Putin.
Di sisi lain, dalam update terbaru Kamis pagi, NATO berjanji untuk mengembangkan peta jalan Ukraina bersama dengan militer blok tersebut. Kyiv dilaporkan menyambut baik pengumuman tersebut.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan, aliansi Barat mengatakan bahwa mereka sedang “mengembangkan peta jalan untuk transisi Ukraina menuju interoperabilitas penuh dengan NATO”. NATO mendefinisikan “interoperabilitas” sebagai penggunaan senjata dan peralatan bersama, taktik dan doktrin, serta standar terminologi dan komunikasi, untuk memungkinkan negara-negara anggota dan mitra mereka untuk beroperasi di medan perang bersama-sama.
“Kami secara de facto menjadi tentara NATO, dalam hal kapasitas teknis, pendekatan manajemen, dan prinsip-prinsip menjalankan tentara,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba seperti dikutip RT.
Namun pernyataan itu tidak menyebutkan Ukraina akan bergabung dengan NATO dalam waktu dekat. Sebaliknya, mereka memuji komitmen Kyiv terhadap paket reformasi politik dan militer, dan mengatakan bahwa perubahan ini akan membantu Ukraina “dalam perjalanannya menuju keanggotaan NATO di masa depan.”
Kyiv sendiri telah terikat dengan reformasi ini sejak NATO mengatakan pada 2008 bahwa Ukraina “akan menjadi” anggota pada waktu yang belum ditentukan di masa depan. Negara ini belum menerima tanggal keanggotaan dalam 15 tahun sejak itu.
www.cnbcindonesia.com