STRATEGIC ASSESSMENT. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencari utang baru pada 3 bulan terakhir 2023 ini. Kementerian Keuangan AS menyebut nilai utang baru tersebut sebesar US$ 776 miliar atau setara Rp 12.314 triliun (kurs Rp 15.856).
Kebutuhan pinjaman pemerintah AS itu sedikit menurun dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini disebut sebuah perkembangan yang mungkin penting selama masa penuh gejolak pasar obligasi global.
Dikutip dari CNBC, Selasa (31/10/2023) Kuartal sebelumnya, pemerintah AS mengambil utang baru berkisar US$ 1,01 triliun pada periode Juli hingga September. Angka itupun disebut jumlah tertinggi yang pernah ada.
Tingkat pinjaman baru yang akan datang sedikit di bawah ekspektasi Wall Street. Ahli strategi JPMorgan Chase mengatakan mereka memperkirakan pengumuman tersebut akan berjumlah sekitar $800 miliar.
Selain di bawah prediksi ekonom, utang baru yang akan diambil di bawah pada priode Januari hingga Maret. Pinjaman di priode itu US$ 816 miliar.
Angka tersebut berada di atas perkiraan Wall Street, karena JPMorgan mengatakan pihaknya memperkirakan dana sebesar US$ 698 miliar.
Rekor pinjaman triwulanan terjadi pada periode April hingga Juni 2020, ketika pinjaman mencapai hampir US$ 2,8 triliun pada masa awal pandemi Covid-19.
Sebelumnya, pemerintah AS mengatakan defisit anggaran fiskal 2023 akan mencapai sekitar US$ 1,7 triliun. Jumlah tersebut meningkat sekitar US$320 miliar dari tahun sebelumnya.
Ringkasan perekonomian menunjukkan bahwa pertumbuhan tetap kuat sementara inflasi mereda, meskipun angka tersebut jauh di atas target Federal Reserve. Namun, pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan kemungkinan akan melambat tajam, turun menjadi 0,7% pada kuartal keempat dan hanya 1% pada keseluruhan tahun 2024.