STRATEGIC ASSESSMENT. Domino’s Pizza akan menutup seluruh 142 gerainya di Rusia usai mengajukan kebangkrutan terkait cabangnya di Negeri Beruang Merah.
DP Eurasia, perusahaan pemegang hak waralaba Domino’s Pizza di Rusia, Turki, Azerbaijan, dan Georgia, mengajukan kebangkrutan untuk cabangnya di Rusia, DP Rusia pada Senin (21/8).
“Dengan lingkungan yang semakin menantang, perusahaan induk DP Rusia kini terpaksa mengambil langkah ini, yang akan menghentikan bisnis DP Rusia yang pada akhirnya juga menghentikan kehadiran bisnis ini di Rusia,” bunyi pernyataan DP Eurasia melalui pernyataan seperti dikutip CNN.
DP Eurasia menuturkan masih terlalu dini untuk memperhitungkan dampak finansial dari kebangkrutan ini.
Domino’s Pizza merupakan bisnis pizza terbesar ketiga di Rusia. Sebelum menutup usaha ini, DP Eurasia telah mengatakan pihaknya sedang meninjau ulang bisnis Domino’s Pizza di Rusia.
Saat itu, DP Eurasia juga telah mengumumkan akan menjual bisnisnya di Rusia. DP Eurasia menuturkan gerai Domino’s Pizza mungkin akan tetap beroperasi di Rusia namun dengan kepemilikan dan merek baru.
Domino’s Pizza menjadi jaringan makanan cepat saji besar asal Amerika Serikat ketiga yang menutup bisnis di Rusia sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Melalui pernyataan, induk Domino’s Pizza Inc (DPZ) yang berbasis di New York, AS memang telah mengatakan pihaknya berhenti memberikan dukungan apa pun untuk pasar Rusia.
Selain Domino’s Pizza, tahun lalu, McDonald’s dan Starbucks telah lebih dulu menutup bisnis mereka di Rusia. Kedua merek makanan itu kini juga diambil alih oleh pemain lokal dengan mengganti brand setelah perusahaan induk keluar dari Rusia.
Starbucks menjadi Stars Coffee dan McDonald’s menjadi “Vkusno i Tochka” yang diterjemahkan menjadi “Enak, titik.”
Sejak Moskow melancarkan invasi ke Ukraina, bisnis perusahaan Barat makin sulit di Rusia. Kremlin memang menerapkan sejumlah aturan yang makin “mencekik” perusahaan-perusahaan tersebut salah satunya mempersulit menjual bisnis mereka di Rusia.
Dalam beberapa kasus, Rusia bahkan mengambil alih kendali aset lokal perusahaan asing seperti yang terjadi pada perusahaan pembuatan bir Denmark Carlsberg (CABGY) dan pembuat yogurt asal Prancis Doanoe (DANOY).
Menurut para peneliti di Universitas Yale, lebih dari 1.000 perusahaan asing telah keluar atau menangguhkan operasinya di Rusia sejak Kremlin melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Sementara itu, sebanyak 378 perusahaan lainnya dari seluruh dunia terus melakukan bisnis di Rusia, meskipun sekitar setengahnya telah menangguhkan investasi baru dan mengurangi operasi mereka di negara tersebut.