STRATEGIC ASSESSMENT. China menuduh salah satu pegawai di kementerian mereka menjadi mata-mata untuk Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (Central Intelligence Agency/CIA). Kementerian Keamanan Negara (Ministry of State Security/MSS) China mengumumkan pekerja pemerintah bernama Hao itu sedang dalam penyelidikan.
Rilis MSS juga menyebut Hao sempat berkenalan dengan seorang karyawan Kedutaan Besar AS saat mengajukan permohonan visa. Ketika itu, dia masih belajar di Jepang.
“[Hao mengembangkan] hubungan dekat dengannya,” demikian pernyataan MSS yang dikutip AFP.
Karyawan kedubes itu lalu memperkenalkan Hao kepada kolega lain, yakni seorang dari agen dari CIA. Agen itu kemudian membujuk Hao agar mulai menjadi mata-mata untuk badan intelijen AS saat dia akan kembali ke China.
Hao akhirnya menandatangani kontrak dan menerima pelatihan dari AS. Ia kemudian mendapatkan pekerjaan di pemerintahan China.
“[Hao] menjalin sejumlah kontak rahasia dengan personel CIA dalam negeri untuk memberikan data intelijen dan mengumpulkan dana spionase,” demikian pernyataan MSS.
Hao bukan orang pertama yang dituduh terkait spionase. Pada pertengahan Agustus lalu, China berhasil membongkar operasi CIA yang melibatkan salah satu warganya bernama Zeng.
Keterlibatan Zeng berawal saat di menempuh studi di Italia. Di sana, dia bertemu seorang agen CIA yang ditempatkan di Kedutaan Besar AS di Roma.
Agen CIA itu meyakinkan Zeng agar memberikan “informasi sensitif tentang militer China.” Ia disebut mendapatkan imbalan dalam jumlah besar, termasuk bantuan bagi Zeng dan keluarga untuk pindah ke AS.
Di bawah undang-undang baru China, menggunakan organisasi spionase dan memperoleh dokumen, data, materi, serta barang terkait keamanan dan kepentingan nasional secara tidak sah bisa dianggap sebagai pelanggaran mata-mata.