
STRATEGIC ASSESSMENT. Direktur CIA William Burns mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang mengulur waktu untuk menghabisi bos Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, yang memberontak Juni lalu. Burns menyampaikan Putin kemungkinan akan balas dendam soal pemberontakan tersebut lantaran aksi itu merusak citra sang Presiden yang telah dibangun dengan hati-hati selama ini. Balas dendam itu juga menurutnya bakal dilakukan karena pemberontakan Wagner pada 24 Juni itu telah mengungkap ‘borok’ Rusia.
“Putin adalah seseorang yang umumnya berpikir bahwa balas dendam adalah hidangan yang paling baik disajikan saat dingin,” kata Burns dalam Aspen Security Forum 2023, seperti dikutip The Independent.
“[Putin] sedang mencoba mengulur waktu sembari mempertimbangkan apa yang harus dilakukan dengan Wagner dan apa yang dilakukan dengan Prigozhin sendiri. Dia mencoba menyelesaikan masalah,” kata Burns, seperti dikutip NBC News.
Burns menuturkan Putin adalah sosok yang bakal menghukum siapa pun yang memberontak terhadapnya. Dia pun mengaku bakal sangat terkejut apabila sang Presiden tak memberikan hukuman apa pun bagi Prigozhin.
“Pertanyaannya adalah, ‘Apakah raja tak pakai baju?’ atau setidaknya ‘Kenapa raja sangat lama mengenakan pakaian?'” kata Burns, merujuk pada idiom mengenai situasi di mana seseorang takut untuk mengkritik sesuatu atau seseorang karena menganggap hal tersebut baik atau penting.
Burns juga berujar bagi elite Moskow, episode ini pada dasarnya telah membangkitkan kembali pertanyaan “tentang penilaian Putin, tentang detasemen relatifnya dari berbagai peristiwa, dan tentang keraguannya.”
“Hal paling luar biasa yang terjadi hari itu adalah bahwa Putin dipaksa untuk membuat kesepakatan dengan mantan kokinya,” kata Bruns.
“[Pemberontakan itu mewakili] serangan paling langsung terhadap Rusia dalam 23 tahun kekuasaan Vladimir Putin.”
Pada 24 Juni lalu, Prigozhin dan Wagner melakukan pemberontakan di markas militer Rusia, termasuk nyaris di Moskow.
Wagner mengklaim hendak menggulingkan para petinggi militer Kremlin karena telah menyerang markas Wagner serta merugikan mereka selama perang di Ukraina.
Putin pun melakukan negosiasi dan membuat kesepakatan dengan Prigozhin lewat mediasi Presiden Belarus Alexander Lukashenko. Dari hasil kesepakatan itu, diputuskan bahwa Wagner diizinkan pergi ke Belarus dan tak akan mendapat hukuman dari Rusia.
Kesepakatan ini tentu menjadi pertanyaan besar di antara sejumlah pengamat dan intelijen. Kepala badan intelijen Inggris MI6, Richard Moore, bahkan menilai Putin berusaha mencari aman dengan memutus bersama dengan Wagner lewat kesepakatan itu.
Dia juga menilai sikap Putin yang tak biasa itu mencerminkan betapa kacaunya situasi di Rusia saat ini.