STRATEGIC ASSESSMENT. Deputi Asisten Utusan Khusus Presiden (UKP) RI , Achmad Yakub, mengatakan bahwa kondisi layanan alam saat ini terus berubah seiring perubahan iklim. Dampak langsung di sektor pertanian adalah banjir atau kekeringan yang ekstrem yang mengakibatkan gagal panen.
“Untuk itu, perlu strategi mitigasi dan adaptasi atas kondisi-kondisi akibat perubahan iklim. Salah satunya ada melalui teknologi Internet of Things (IoT),” kata Yakub.
Dengan IoT, petani dapat melakukan pertanian yang presisi, mangatur debit air yang dibutuhkan, kontrol atas kualitas tanah serta sensor cuaca. Hal itu berlaku di lahan kering maupun lahan basah.
Seiring dengan itu, diperlukan ketersediaan benih yang berkualitas, asupan organik tanah dan tanaman, serta perlakuan dari masa persiapan tanam, perawatan, sampai dengan panen dilakukan dengan presisi. “Isu lainnya adalah food loss dengan teknologi panen dan pascapanen, pemrosesan komoditas dapat mengurangi food loss,” katanya.
Teknologi pascapanen, katanya, diperlukan oleh keluarga petani dalam memproses, menyimpan, dan mendistribusikan hasil panennya. Hal itu secara positif akan membangkitkan industri pengolahan pangan, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan petani.
Sementara, Periset Pengelolaan Sumber Daya Air Pertanian BRIN, Popi Rezekiningrum, mengatakan dukungan sumber daya air diperlukan untuk mengatasi permasalahan pertanian.
“Teknologi adaptasi untuk mengantisipasi perubahan iklim global di wilayah tropis seperti sistem pertanian berbasis inovasi teknologi kini ditemukan. Inovasi teknologi menjadikan lahan yang semula kering hampir sepanjang tahun menjadi dapat ditanami,” kata Popi dalam keterangan tertulis di Jakarta.