STRATEGIC ASSESSMENT-Jakarta. Seorang warga Jakarta keturunan Tionghoa bernama Yulia Mareta mengaku mendukung Anies Baswedan sebagai presiden 2024. “Kita lihat sepak terjangnya selama di Jakarta. Kebetulan saya juga warga Jakarta. Jadi terlihat, selama dipimpin Pak Anies kegiatan berjalan lancar,” kata Mareta seperti dikutip dari YouTube @LAMAN TV.
Menurutnya selama pergantian pemimpin di Jakarta, baru Anies Baswedan yang menggelar kegiataan keagamaan seperti umat Kristiani di tempat-tempat umum dengan nyaman seperti kegiatan perayaan Natal, Christmas Carol di Dukuh Atas.
“Saya mendukung Pak Anies sejauh ini karena pengalaman beliau selama di Jakarta sudah tidak terjadi keributan, ekonomi berjalan lancar, semua ras semua suku agama bisa menjalankan kegiatan aktivitasnya secara normal tanpa ada gangguan apapun,” sambungnya.
Mareta menuturkan selama Anies memimpin Jakarta, perayaan nyanyi lagu natal bersama hanya dilakukan di dalam mall-mall di Jakarta. Namun di bawah pimpinan Anies Baswedan, Christmas Carol berada di tempat umum.
“Saya sendiri melihat itu program yang keren positif dan jarang sama sekali, saya berada di Jakarta di tempat umum. Bukan hanya di Mall tapi memang di tempat seperti di Kota Tua dan juga Dukuh Atas,” tandasnya.
Saat Anies Baswedan keluar sebagai pemenang Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, tudingan bahwa Jakarta bakal jadi Suriah berseliweran datang dari kubu lawan. Kini saat Anies dalam usahanya maju di Kontestasi Pilpres 2024, tudingan sejenis kembali digaungkan dengan menyebut Indonesia bakal jadi Suriah dan Khilafah jika Anies jadi Presiden.
Membantah hal tersebut, salah seorang pemuda Katolik yang juga pemerhati pendidikan, Indra Charismiadji ragu Anies bakal jadikan Indonesia seperti Suriah dengan bersandar bagaimana rekam jejak Anies di DKI Jakarta.
“Isunya itu pokoknya kalau Pak Anies Baswedan jadi Presiden, Indonesia akan jadi Suriah, bakal jadi negara Khilafah, jadi negara islam,” ujar Indra melalui kanal Youtube Cerita Orang Dalam, dikutip Kamis (2/3/23). “Saya 5 tahun tinggal di Jakarta tetap saja ke Gereja, tetap beribadah, tidak ada yang memaksa saya pindah agama,” tegasnya.
Alih-alih mendapat situasi mencekam sebagaimana yang sengaja dimainkan oleh para pembenci Anies Baswedan, Indra justru merasa kehidupan di Jakarta sebagaimana dirinya yang merupakan minoritas mendapat kehidupan yang rukun.
Kerukunan hidup beragama di era Anies Baswedan menurut Indra bukan hanya sekadar klaim blaka, tetapi berdasarkan Riset yang dilakukan oleh Nanyang Technological University (NTU). “Justru kerhidupannya rukun, nyaman, kohesivitasnya tinggi, dan itu ada riset akademis yang dibuat oleh NTU, artinya bukan asal ngomong tapi secara akademis sudah dibuktikan kondisi seperti itu,” jelasnya.
Karenanya, Indra merasa apa yang digambarkan di media sosial oleh kubu pembenci Anies sama sekali berbeda dengan apa yang seharusnya atau yang sebenarnya terjadi di Jakarta.
“Sepertinya memang dihembuskan ketakutan, nanti akan dijadikan negara islam dan pancasila akan diganti, saya juga nggak tahu kenapa arahnya ke Pak Anies. Boro-boro ganti Pancasila, ngadain Formula E saja susah banget mau ganti Pancasila lagi, itu semua hanya rekayasa yang menuurt saya ilmu yang ratusan tahun dipakai di Indonesia berhasil namanya devide et impera,” jelasnya.