STRATEGIC ASSESSMENT. Marsinah merupakan simbol perjuangan untuk memerdekakan klas pekerja “working class” menuju negara sejahtera atau welfare state. Demikian disampaikan Presiden Partai Buruh Said Iqbal dalam acara nonton bareng dan diskusi/bedah film Marsinah yang diselenggarakan Sinema Hall, Gedung Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (18/8).
Menurut Said Iqbal, bertepatan dengan peringatan May Day tanggal 1 Mei yang lalu, Partai Buruh sudah menetapkan Marsinah sebagai Pahlawan Buruh Nasional.
“Karenanya, dalam momentum peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia, Partai Buruh kembali mengenang Marsinah sebagai simbol perjuangan untuk memerdekakan klas pekerja menuju negara sejahtera,” ujarnya.
“Partai Buruh hadir untuk memastikan tidak ada Marsinah-Marsinah lain ketika buruh berjuang untuk kenaikan upah. Tidak ada lagi petani yang ditangkapi dan dipenjara ketika mempertahankan tanahnya. Tidak ada lagi penggusuran yang menimpa rakyat miskin kota,” tambah Said Iqbal.
Perjuangan tersebut, tambahnya, akan semakin kuat dilakukan ketika Partai Buruh berhasil masuk ke parlemen.
Disampaikan, saat ini Partai Buruh sudah masuk dalam tahap verifikasi administrasi. Di mana hasilnya akan diumumkan pada tanggal 14 September 2022. Setelah itu, tahapan berikutnya adalah verifikasi faktual. Pada saatnya nanti, di bulan Desember, KPU akan mengumumkan partai mana saja yang akan ikut Pemilu 2024.
“Partai Buruh optimis bisa ikut pemilu dan lolos parementary threshold. Jumlah buruh formal Indonesia mencapai sekitar 56 juta orang. Apabila menghitung dengan keluarga (ibu dan anak 1 yang bisa menggunakan hak pilih), jumlah pemilih bisa mencapai sekitar 70 juta. Angka tersebut sudah cukup menjadi market bagi Partai Buruh,” ujarnya.
“Angka batas parlemen 4 persen akan berada pada kebutuhan sekitar 5,6 juta suara bila total suara mencapai sekitar 140 juta. Oleh karena itu, Partai Buruh seharusnya bisa memperoleh suara untuk memenuhi ambang batas parlemen dengan kekuatan yang ada,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Majelis Rakyat Sonny Pujisasono mengatakan, film Marsinah dipilih untuk mengingat kembali betapa sulitnya perjuangan kaum buruh untuk mendapatkan keadilan. Karena itu penting bagi buruh untuk ikut dalam politik, agar tidak ada lagi kebijakan yang merugikan kepentingan buruh.
“Film juga menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat luas,” tegasnya.