STRATEGIC ASSESSMENT-Jakarta. “Mengecewakan, menjemukan, tidak berpola dan tidak berkualitas” itulah kata-kata yang dapat dipakai untuk menilai gaya permainan Timnas sepakbola Indonesia kala menghadapi “tim underdog” Bangladesh di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Jawa Barat, dimana Timnas dipaksa bermain imbang 0-0 dengan tim dari Asia Selatan tersebut. Lagi-lagi coach Shin Tae yong gagal mempersembahkan kemenangan didepan ribuan pasang mata yang hadir di stadion megah di daerah Soreang tersebut, dan “permainan menoton, tidak berpola dan tidak agresif/spartan” yang dimainkan Marc Klok dan kolega juga mengecewakan jutaan pemirsa yang menyaksikan langsung pertandingan tersebut di Indosiar pada 1 Juni 2022 yang bertepatan dengan Hari Lahir Pancasila.
Sekali lagi, permainan Timnas senior masih diwarnai oleh kesalahan elementer yang seharusnya tidak dilakukan oleh pemain sepakbola profesional. Kesalahan elementer tersebut antara lain salah operan atau wrong passing alias operan tidak akurat, terlambat mengambil keputusan apakah mendrible bola, mengoper/mengumpan ke teman atau melakukan shoot ke gawang lawan, sering ceroboh dalam mengantisipasi crossing lawan, memandang remeh lawan, bermain-main atau ceroboh di jantung pertahanan sendiri, kerjasama yang tidak jalan, serta banyak pemain yang belum layak masuk ke Timnas senior, atau mungkin sebenarnya coach Shin Tae yong belum mengenal karakter dan gaya main anak didiknya, atau salah dalam memilih pemain.
Beberapa pemain yang permainannya mengecewakan saat melawan Bangladesh antara lain Fachruddin Ariyanto, Rachmat Irianto, Irfan Jaya, dan M. Rafli. Shin Tae yong tampaknya perlu memanggil Ilija Spasojevic atau Alberto Goncalves untuk menggantikan M. Rafli, Fabiano Beltrame atau Otavio Dutra untuk menggantikan Fachruddin Ariyanto, jika tidak maka dengan gaya main yang seperti ditunjukkan Timnas saat melawan Bangladesh, tentu Timnas datang ke Kuwait hanya untuk “dihajar” oleh Kuwait dan Jordania dalam kualifikasi Piala Asia di Kuwait, karena kualitas Kuwait dan Jordania jelas jauh diatas Indonesia maupun Bangladesh. Ditambah lambatnya proses naturalisasi Shayne Pattinama, Jordi Amat dan Sandy Walsh, maka berat bagi Indonesia lolos ke Piala Asia yang digelar tahun ini jika ketiga pemain tersebut harus absen.
Terus terang saja, dengan waktu yang semakin mepet dengan babak kualifikasi Piala Asia dan gaya main Timnas yang belum dapat dibanggakan serta belum jelas pola permainannya baik dalam bertahan apalagi menyerang, maka jangan berharap banyak kepada Timnas untuk lolos jika tidak secepat kilat berbenah. Proses naturalisasi Jordi Amat dan Sandy Walsh yang sudah di Setneg infonya agar segera dipercepat agar mereka sudah berpaspor Indonesia sehingga dapat dibawa ke Kuwait. Dan, untuk masa depan Shin Tae yong sendiri dalam menukangi Timnas perlu dievaluasi, jika sampai Timnas gagal di Kuwait. Banyak pelatih berkualitas yang memahami karakter dan gaya main sepakbola Indonesia seperti Stefano Cugurra ataupun Luis Milla patut diberikan kesempatan menangani Timnas ke depan (Red).