Oleh : Toni Ervianto
STRATEGIC ASSESSMENT-Ketegangan antara Rusia dengan Ukraina akhirnya diteruskan dengan invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 dengan mengirim kurang lebih 190.000 tentara. Invasi ini mengingatkan invasi Rusia ke Georgia tahun 2008, Suriah tahun 2013 dan Crimea tahun 2014 yang semuanya dimenangkan oleh Rusia.
Invasi Rusia ke Ukraina mendapatkan kecaman dari masyarakat global, karena dikhawatirkan akan dapat menyulut perang dunia ketiga, terutama jika Vladimir Putin mendeklarasikan perang nuklir. Tekanan terhadap Rusia tidak hanya di sektor ekonomi yang dilakukan oleh beberapa negara Barat termasuk AS, melainkan diantara “juara dan runner up negara dengan kekuatan militer terkuat seantero jagat” ini juga diwarnai saling pengusiran diplomatnya.
Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengusir Sergey Trepelkov, diplomat top Rusia di Washington sejak 23 Februari 2022. Pengusiran itu dilakukan sebagai pembalasan atas pengusiran Rusia terhadap Wakil Kepala Misi AS di Moskow, Bart Gorman, pertengahan bulan ini. Rusia menuduh AS telah mengobarkan ‘perang visa’.
Biden bersumpah akan mengubah Presiden Rusia Vladimir Putin menjadi “seorang paria” di panggung dunia sebagai pembalasan atas invasi Moskow ke Ukraina. “Agresi Putin terhadap Ukraina pada akhirnya akan merugikan Rusia – secara ekonomi dan strategis,” kata Biden dalam pidatonya dari Gedung Putih. “Kami akan memastikan bahwa Putin akan menjadi paria di panggung internasional,” imbuhnya seperti dilansir dari USA Today, Jumat (25/2/2022). U.S. President Joseph Biden called the attack “unprovoked and unjustified” and promised that Moscow would be held accountable, not just by the United States, but by the rest of the world.
Sementara itu, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyatakan, tindakan balasan terhadap negara-negara yang memusuhi Rusia pasti akan dilakukan. “Seberapa simetris atau asimetris pembalasan itu akan tergantung pada analisis, batasan-batasannyajuga belum dianalisis,” imbuhnya. Sedangkan, mantan Presiden Dmitry Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Kepala Dewan Keamanan Rusia tegas menyatakan Moskow akan memilih keluar dari kesepakatan senjata nuklir terakhir dengan Amerika Serikat (AS), memutuskan hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat, dan membekukan aset mereka.
Presiden Rusia, Vladimir Putin geram dan di berbagai media internasional mengancam negara yang ikut campur Rusia vs Ukraina. Putin threatened “consequences they have never seen” for any country that seeks to intervene in the ongoing conflict.
Disisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui Al Jazeera (25/2/2022) menyampaikan bahwa merasa telah diabaikan oleh Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) di tengah invasi Rusia.
Sedangkan, kondisi di Rusia juga tidak kalah bergejolak, menurut OVD-Info bahwa polisi Rusia menangkap hampir 1.400 orang dalam protes anti-perang yang digelar di kota-kota di seluruh negeri setelah Presiden Vladimir Putin melancarkan invasi ke Ukraina. Menurut data OVD-Info, lebih dari 700 orang ditangkap di Moskow dan sekitar 340 orang di kota terbesar kedua Saint Petersburg.
Hasil sementara invasi Rusia ke Ukraina sampai 27 Februari 2022 yaitu Rusia telah kehilangan 4.300 prajurit selama invasi mereka ke Ukraina. Menurut Menteri Pertahanan Ukraina, Hanna Malyar, jumlah tersebut masih diklarifikasi. Reuters melansir, Malyar lewat laman Facebook miliknya mengatakan bahwa pasukan Rusia juga kehilangan sekitar 146 tank, 27 pesawat, dan 26 helikopter tempur dalam periode yang sama.
Di lain pihak, Angkatan Bersenjata Rusia mengklaim telah menghancurkan 975 fasilitas militer Ukraina sejak Moskow pertama kali melancarkan serangan ke negara tetangganya tersebut pekan ini. Ratusan objek yang diserang tentara Moskow itu antara lain terdiri atas 23 pos komando dan pusat komunikasi Angkatan Bersenjata Ukraina.
Ada juga tiga pos radar; 31 sistem rudal antipesawat S-300, Buk M-1 dan Osa, 48 stasiun radar. 8 pesawat tempur, 7 helikopter, 11 kendaraan udara tak berawak, dan 2 rudal taktis Tochka-U,” kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen Igor Konashenkov, Minggu (27/2/2022), seperti dikutip kantor berita Sputnik.
Presiden AS, Joe Biden Presiden Rusia, Vladimir Putin
Tulisan singkat ini mencoba untuk memprediksi apakah jadi atau tidak perang Rusia-Ukraina berdasarkan beberapa teori seperti yang tertulis dalam berbagai buku seperti “What causes war?” yang ditulis Greg Cashman, Just War Theory yang ditulis Thom Brooks, Management and War How Organisations Navigate Conflict and Build Peace yang ditulis Joanne Murphy dan termasuk beberapa data dan ulasan berdasarkan Forecast series : Putin’s Likely Course of Action in Ukraine. Strategic Misdirection: An Alternate Framework For Understanding Russia’s Play In Ukraine.
Prediksi sementara dari penulis bahwa kekuatan militer Russia nomor 2, sedang Ukraina hanya posisi 22. Jadi perang akan singkat jika NATO tidak terlibat. Jika pihak NATO terlibat, maka perang dunia ketiga berpotensi terjadi, termasuk perang nuklir.
Potret negara-negara pemilik senjata nuklir (Sumber : Aljazeera)
Konsep teori dan realita empiris
The idea of a just war is often premised on two normative conditions. The first is the idea of a jus ad bellum, or the justification for engaging in war. This is most often defended in terms of a state’s right to self-defence analogous to individuals. The argument is that individuals are justified i n engaging in self-defence against unjust aggressors. The second normative condition of a just war is its jus in bello, or the justice arising within war.
This relates to the justification of how states engage in war. The fact that a state may possess a just cause for war does not entail that this state would be justified in fighting the war however it might choose. Instead, there are normative constraints on how just wars should be fought if the military action is to be considered a ‘just war’.
Pernyataan diatas dikemukakan oleh Thom Brooks dalam buku Just War Theory (2013). Intisarinya bahwa ide “hanya perang” disebabkan karena dua kondisi yaitu justifikasi melakukan peperangan sebagai kondisi normatif pertama, dan pentingnya keadilan dalam perang sebagai kondisi normatif kedua.
Kondisi normatif pertama menggambarkan bahwa melakukan perang adalah hak negara untuk melindungi warga negaranya melawan kelompok agressor. Kondisi normatif kedua tetap mengungkapkan alasan mengapa negara harus memilih untuk perang atau alasan-alasan “keadilan” mengapa negara harus melakukan military action.
Berdasarkan teori just war ini, maka jika perang Rusia vs Ukraina terjadi maka mereka menggunakan prinsip normatif yaitu “a jus ad bellum, or the justification for engaging in war.”
Berdasarkan teori empiris yang menyebabkan peperangan disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadi perang seperti ukuran luas geografi sebuah negara, jumlah penduduk, perkembangan teknologi, kekuatan militer dan stabilitas politik.
Geographic size—as measured in square miles. Population size—as measured by numbers of citizens. Technological development—as measured by yearly iron and steel production and/or energy consumption. Military strength—as measured by the number of men and women in armed forces and/ or by annual defense spending. Political stability—as measured by the number of months since the last unconstitutional change of regime. Konsep teori ini diperkenalkan oleh J David Singer.
Menelaah pendapat J David Singer ini, maka Rusia bukanlah lawan sepadan buat Ukraina. Dari sudut kekuatan militer (military strength) saja, maka militer Rusia menurut Global Fire Power Rusia secara umum berada di peringkat dua dunia dalam hal kekuatan militer. Hanya kalah dari AS, skor PwrIndx Negeri Beruang Merah ada di 0,0501. Total personel militer Rusia berjumlah 1,35 juta orang. Terdiri dari 850.000 personel aktif dan 250.000 personel cadangan.
Di matra udara, Rusia menguasai total 4,173 unit pesawat (nomor dua dunia). Di antaranya terdapat 772 unit pesawat tempur (nomor tiga dunia), 445 unit pesawat angkut (nomor dua dunia), dan 1,543 unit helikopter (nomor dua dunia). Di matra darat, Rusia memliki 12.420 unit tank (nomor satu dunia). Ditambah 30.122 kendaraan lapis baja (nomor tiga dunia), dan 3.391 unit pelontar roket (nomor satu dunia). Di matra laut, total aset Rusia berjumlah 605 (nomor dua dunia). Di antaranya terdapat satu unit pengangkut pesawat (nomor tiga dunia), 15 unit kapal penghancur (nomor empat dunia), 70 unit kapal selam (nomor dua dunia), dan 59 unit kapal patroli (nomor 15 dunia).
Tentara Rusia
Peralatan tempur Rusia
Sedangkan kekuatan militer Ukraina berada di peringkat 22 dunia dengan skor PwrIndx 0,3266. Ukraina bahkan kalah dari Indonesia yang menempati rangking 15 (0,2322). Total personel militer Ukraina berjumlah 500.000. Terdiri dari 200.000 personel aktif, 250.000 personel cadangan, dan 50.000 paramiliter. Di matra udara, total aset Ukraina berjumlah 318 unit (peringkat 31 dunia).
Di antaranya terdapat 69 unit jet tempur (nomor 32 dunia), 32 unit pesawat angkut (nomor 22 dunia), dan 112 unit helikopter (nomor 34 dunia). Di matra darat, Ukraina memiliki 2.596 unit tank (nomor 13 dunia). Ditambah ada 12.303 kendaraan lapis baja (nomor enam dunia) dan 490 unit peluncur roket (nomor 12 dunia). Di matra laut, total aset Ukraina berjumlah 38 unit (nomor 53 dunia). Ukraina hanya memiliki masing-masing satu unit frigate dan corvette ditambah 13 unit kapal patroli dan satu unit perangkat ranjau laut.
Personil Spetsnaz ‘Fatal Beauty’ milik Rusia
Mantan Kepala Pertahanan Anggota NATO Estonia, Riho Terras mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin saat ini tengah mengamuk. “Putin sangat marah. Dia pikir seluruh perang akan mudah dan semuanya akan selesai dalam waktu 1 hingga 4 hari,” cuit Terras di Twitter seperti dikutip dari New York Post. Menurut dia, Rusia harus mengeluarkan 20 miliar dolar AS atau setara Rp 287 triliun per hari untuk biaya perang. Putin dikabarkan akan segera mengirim pasukan khusus Spetsnaz untuk segera memenangkan peperangan dengan Ukraina.
Glavnoye Razvedyvatelnoye Upravlenie atau GRU, dinas intelijen militer Rusia. GRU hidup lebih lama dari KGB ketika Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 dan banyak kekuatan barat takut bahwa unit itu berkembang hari ini. Selain agen, unit intelijen militer ini juga memiliki unit komando sendiri yang disebut Spetsnaz yang dibentuk tahun 1949. Misinya adalah untuk melakukan pengintaian dan
sabotase.
Spetsnaz sangat aktif selama masa Soviet, dan bahkan mempelopori invasi di Afghanistan pada 1979. Kata Spetsnaz diterjemahkan sebagai “penunjukan khusus” dan diterapkan pada unit militer elite di Rusia. tahun 2008 Spetsnaz membuka penerimaan anggota perempuan. Para prajurit wanita Rusia memang telah dikenal sebagai pasukan tempur yang tangguh. Total 650.000 pasukan wanita Rusia terlibat dalam PD II dan di medan perang mereka bertempur bahu membahu bersama para prajurit pria.
Sebanyak 1000 prajurit wanita Rusia bahkan dilatih untuk mengawaki pesawat tempur, pengebom dan transportasi, termasuk ribuan sniper perempuan anggota Spetsnaz, salah satunya yang terkenal yaitu Lyudmila Pavichenko, sniper paling terkenal di dunia karena berhasil membunuh 309 pasukan Nazi dalam PD II.
Menurut BBC, pasukan komando di unit khusus Spetsnaz berjumlah antara 1.500 dan 2.000. Unit ini dikendalikan oleh Layanan Keamanan Federal. Mereka telah digunakan oleh Rusia dalam operasi internasional besar
Hanya kekuatan militer Amerika Serikat yang dapat menandingi kekuatan militer Rusia.
Saat ini AS memiliki 1,83 juta personel militer, terdiri dari 1,39 juta orang personel aktif dan 442.000 personel cadangan. Di matra udara, AS menguasai total 13.247 unit pesawat, terbanyak di dunia. Dari jumlah tersebut, di antaranya terdapat 1.957 unit pesawat tempur (nomor satu dunia), 982 unit pesawat angkut (nomor satu dunia), dan 910 helikopter (nomor satu dunia). Di matra darat, AS memiliki 6.612 unit tank (nomor dua dunia). Kemudian ada 45.193 unit kendaraan lapis baja (nomor satu dunia) dan 1.366 unit peluncur roket (nomor empat dunia).
Di matra laut, AS memiliki 484 unit alau utama sistem persenjataan (nomor tiga dunia). Di antaranya ada 11 kapal pengangkut pesawat (nomor satu dunia), sembilan kapal pengangkut helikopter (nomor satu dunia), 92 kapal perusak (nomor satu dunia), 68 unit kapal selam (nomor tiga dunia), dan 10 unit kapal patroli (nomor 48 dunia).
Seorang pejabat di lingkaran dalam pemerintah Amerika Serikat (AS) kepada NBC News bahwa Rusia siap untuk mengerahkan 70% kekuatan militernya untuk melakukan invasi skala besar ke Ukraina. Dalam hitungan minggu, diperkirakan korban luka bahkan nyawa bisa mencapai 50.000 orang. Dalam hitungan hari, Rusia ‘diramal’ mampu menguasai ibu kota Kyiv, mungkin hanya butuh dua hari (48 jam). Plus, sekitar 5 juta orang diperkirakan terpaksa mengungsi jika perang terjadi. Pihak militer Ukraina yang bisa mengalami luka atau kehilangan nyawa diperkirakan 5.000-25.000 orang.
Intelejen AS melaporkan Rusia sudah menerjunkan 83 batalyon yang masing-masing beranggotakan hingga 1.000 personel di perbatasan Ukraina. Batalyon itu dipersenjatai dengan artileri berat dan mortar. Sebanyak 14 batalyon tambahan dikabarkan segera menyusul.
Menurut kajian AS, 120 batalyon sudah cukup untuk melancarkan serangan maksimal. Tidak hanya di darat, Rusia pun disebut-sebut sudah menyiagakan jet tempur, peluru kendali, helikopter, kapal perang, dan kapal selam. Jika ‘ramalan’ ini terbukti, maka serangan dalam kekuatan penuh akan terjadi pada 15 Februari 2022. Sebelum itu, Rusia akan berusaha membenarkan serangan dengan dalih meredakan huru-hara di Ukraina.
“Rusia terus memperkuat pasukannya untuk serangan skala penuh di Ukraina. Semakin hari semakin jelas bawa Rusia siap jika friksi ini terus tereskalasi. Negara-negara barat sepertinya harus bersiap,” sebut Keir Gilles, Konsultan Senior di lembaga think-tank Chatham House yang berbasis di London (Inggris).
Sementara itu, dari faktor stabilitas politik dalam negeri, maka jelas politik dalam negeri Rusia jauh lebih stabil dari Ukraina. Rusia adalah Putin dan Putin adalah Rusia, demikian banyak pakar hubungan internasional menyatakan hal ini untuk menggambarkan betapa hegemoninya kekuasaan yang dimiliki oleh Putin di Rusia.
Dari aspek struktur pemerintahan, Rusia dikenal sebagai bukan negara demokratis. Pemilu hanya sekadar prosedur untuk memperkuat pemimpin politiknya untuk berkuasa secara terus-menerus. Rusia salah satu negara yang menggunakan cara-cara demokratis demi melanggengkan kekuasaannya.
Sikap keras Putin terhadap Ukraina perlu dipahami dalam kerangka upaya Rusia mempertahankan pengaruh strategisnya di negara bekas Uni Soviet itu. Kecenderungan Putin bersikap keras kepada negara-negara bekas Uni Soviet, termasuk Ukraina selain dengan beberapa negara tertangga seperti Armenia, Azerbaijan, Belarus, Estonia, Georgia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Latvia, Lithuania, Moldova, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan yang dikenal dengan istilah “near abroad”.
Dominasi pemikiran Putin masuk ke dalam sistem politik Rusia dan membuat struktur politik domestik yang tersentral di tangan Putin, partai-partai politik tidak mampu membendung pengaruh mantan pemimpin FSB atau kelanjutan dari KGB. Pengaruh kekuasaan dan kelompok-kelompok pendukung Putin telah memungkinkan dominasi politik itu mengakar dari struktur pusat ke regional dan lokal di Rusia.
Bagi Rusia, urgensi untuk mempertahankan pengaruh kekuasaan itu penting mengingat Rusia memiliki pusat-pusat pertahanan strategis di negara-negara “near abroad”. Rusia melalui kesepakatan Commonwealth of Independent States (CIS) di antara 11 negara, meliputi Armenia, Azerbaijan, Belarus, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Moldova, Russia, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Salah satu jaminan Rusia adalah kecenderungan para pemimpin di negara-negara itu mendukung Putin. Salah satu negara anggota CIS itu adalah Ukraina.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky harus menyelesaikan politik dalam negeri khususnya untuk menyelesaikan krisis di Donbass–dua wilayah timur; Donetsk dan Lugansk.
Ukraina sendiri menyebut bahwa pengajuannya kepada NATO adalah untuk mendapatkan bantuan dari pakta pertahanan pimpinan AS itu untuk melawan pasukan separatis lainnya di wilayah Donbass dan Luhansk agar tidak lepas lagi seperti Krimea dahulu. Diketahui, dua wilayah yang berada di timur negara bekas Uni Soviet itu masih dikuasai milisi yang didukung Kremlin.
Skenario dan Forecast
Forecast jangan dibingungkan dengan prediksi. Prediksi mengacu kepada kemunculan beberapa event secara pasti, sedangkan forecast adalah pernyataan kemungkinan atau probabilitas. Sebuah prediksi mungkin dapat dilihat sebagai batasan kasus yang diforecast, karena tidak jarang forecast diambil dari beberapa prediksi.
Forecast mungkin mengacu tidak hanya terkait kejadian atau sebuah kecenderungan, dan perubahannya perlu diverifikasi agar forecast menjadi berarti. Sebagai konsekuensinya, forecast agar bermakna maka seringkali harus diformulasikan dengan indikator-indikator yang pasti. Jika memungkinkan, indikatornya adalah sosial dan politik yang bernilai dan obyektif untuk dinilai.
Sedangkan, scenario. A narrative, timeline estimate of one significant path or development that may be followed by opposing or friendly strategic forces, offering key indicators for intelligence and actionable threats or opportunities for supported decision makers. Skenario diperlukan untuk menentukan threat scenario atau scenario ancaman. A sequence of events that when completed represent an unambiguous threat; provides the basis for the formulation of an indicator list.
Terkait dengan perang Rusia vs Ukraina, maka dapat disajikan setidaknya 3 skenario yang bakalan terjadi antara lain :
Pertama, skenario “teman berlatih perang atau war sparing partner”. Jika perang antara Rusia vs Ukraina dibiarkan berlangsung hanya diantara kedua negara, maka jelas Ukraina bukanlah lawan sepadan bagi Rusia. Gejala atau indikasi bahwa beberapa negara tidak ingin turut campur dalam perang ini termasuk diantaranya dari beberapa negara NATO masih mungkin terjadi.
Jika hal ini terjadi, maka perang dengan Ukraina akan dinilai Rusia sebagai “war sparing partner” saja yang akan dapat diselesaikan dalam waktu singkat seperti Rusia menaklukan Georgia dan Crimea.
Setidaknya Turki melalui Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, Inggris melalui Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, James Heappey dan Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly enggan berperang dengan Rusia karena akan merugikan negaranya.
Turki menyatakan negaranya tak bisa menghentikan akses kapal perang Rusia yang melewati selatnya untuk menuju Laut Hitam. Menurut Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan meskipun Turki menerima permintaan Ukraina untuk menutup selat bagi kapal perang Rusia, Ankara hanya bisa mencegah kapal-kapal itu dicgah bepergian ke arah lain, jauh dari pangkalan mereka, menuju Mediterania.
Dalam Konvensi Montreux 1936, Turki memiliki kendali atas selat Dardanelles dan Bosphorus. Dengan kewenangan itu, Turki bisa membatasi kapal saat perang atau saat merasa terancam melewati kedua selat itu. Ukraina telah meminta Turki untuk menghalangi pergerakan kapal Rusia ke dua selat tersebut, yang mana mengarah ke Laut Hitam.
Inggris menyatakan bahwa aliansi NATO tak boleh berperan aktif di perang antara Ukraina dan Rusia karena bisa terjadi salah perhitungan yang berdampak parah. “Di sini, kita harus mengerti bahwa pasukan Inggris dan NATO tidak boleh dan tidak seharusnya berperan aktif di Ukraina,” ujar Menteri Angkatan Bersenjata Inggris, James Heappey, seperti dikutip Reuters, Jumat (25/2) seraya menambahkan, kita harus mengetahui dengan jelas risiko salah perhitungan yang dapat terjadi, dan bagaimana itu dapat berubah dengan cepat bila orang salah perhitungan dan keadaan di sana meningkat.
Tidak ada satupun negara di Eropa yang ingin terlibat pertempuran militer secara langsung dengan Rusia. Bahkan Amerika Serikat (AS) juga tak mau berperang langsung dengan Rusia yang menjadi rivalnya sejak lama. Seperti dilansir kantor berita Rusia, TASS News Agency, Sabtu (26/2/2022), penegasan itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly dalam wawancara radio pada Jumat (25/2) seraya menjelaskan bahwa tidak ada negara yang ingin berperang dengan Rusia karena Rusia merupakan negara nuklir.
Kedua, perang berlangsung lama, dunia kacau balau bahkan dapat terjadi perang dunia ketiga (long term war, chaotic everywhere). Dalam perkembangan terakhirnya, beberapa negara dikabarkan siap mengirimkan peralatan militernya membantu Ukraina. Beberapa negara itu antara lain Amerika Serikat mengirimkan bantuan peralatan militer ke Ukraina. Bantuan tersebut berupa amunisi, senjata dan peralatan militer lainnya.
Tak hanya mengirimkan bantuan amunisi, senjata, serta berbagai peralatan lainnya, AS juga berencana mengerahkan sekitar 8.500 tentaranya ke Eropa jika diperlukan Kementerian Luar Negeri Belanda menyatakan, satu-satunya persenjataan mematikan yang akan dikirim pemerintah Belanda ke Ukraina terdiri dari 100 senapan sniper dengan 30.000 butir amunisi.
Belanda juga akan memasok 3.000 helm tempur dan 2.000 rompi berlapis baja. Belanda selanjutnya akan memasok 30 detektor logam, dua robot untuk mendeteksi ranjau laut, dua radar pengawasan medan perang dan lima radar lokasi senjata yang membantu pasukan mengetahui dari mana datangnya tembakan.
Jerman kata Kanselir Olaf School akan mengirimkan 1.000 senjata antitank dan 500 rudal, sedangkan Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen mengatakan, akan mengirimkan peralatan perang dan boikot ekonomi ke Rusia.
Kepala NATO Jens Stoltenberg (26/2/2022) kepada AFP mengatakan aliansi tersebut diterjunkan untuk memperkuat pertahanan Ukraina dari invasi Rusia. Pasukan NATO dan kekautan udara sebanyak 100 jet tempur diterjukan di sisi timur Ukraina. Ribuan tentara NATO bahkan sudah bersiaga di darat, laut dan udara.
Dilansir Sky News, aliansi NATO memiliki 40.000 tentara, pelaut dan penerbang yang siap secara permanen untuk dimobilisasi dalam krisis. Pasukan Respons NATO atau NRF sekitar 8.500 tentara dalam status ‘kewaspadaan tinggi’ untuk dikerahkan ke Eropa.
NATO juga memiliki pasukan yang beroperasi di sisi timur dan tenggaranya, baik di darat, di laut dan di udara untuk mencegah agresi Rusia. Ada empat kelompok penting masing-masing dengan sekitar 1.000 tentara berbasis di Estonia, Latvia dan Lituania, dan Polandia.
Pada 2 Februari 2022, AS telah mengerahkan sekitar 2.000 tentara Divisi Lintas Udara untuk membantu melawan invasi Rusia. Adapun dari jumlah itu, sekitar 1.700 tentara AS bersiap siaga di Polandia, sementara sisanya disiagakan di Jerman, yang menjadi markas pasukan AS di Eropa. Kemudian, AS kembali mengirim 3.000 tentara tambahan ke Polandia. Tentara tersebut berasal dari Divisi Lintas Udara ke-82, yang merupakan pasukan reaksi cepat utama dalam militer AS, telah ditempatkan dalam kondisi siaga sejak akhir Januari lalu atas permintaan Presiden Joe Biden.
Jika Amerika Serikat dan Jerman serius melihat dan “ikut terlibat” dalam perang Rusia-Ukraina, maka tulisan Mike Whitney berjudul The crisis in Ukraine is not about Ukraine, its about Germany di UNZ Review tanggal 11 Februari 2022 dapat dibaca di link https://www.unz.com/mwhitney/the-crisis-in-ukraine-is-not-about-ukraine-its-about-germany/
Krisis Ukraina tidak ada hubungannya dengan Ukraina.
Ini tentang Jerman dan, khususnya, sebuah pipa gas alam baru yang menghubungkan Jerman dengan Rusia yang disebut Nord Stream 2. Washington melihat pipa gas itu sebagai ancaman terhadap superioritasnya di Eropa dan telah berupaya menyabot proyek itu pada setiap kesempatan. Meski begitu, Nord Stream 2 terus berlangsung dan kini sudah jadi dan siap digunakan.
Begitu otoritas Jerman memberikan sertifikasi akhir, pengiriman gas akan dimulai. Rumah tangga dan industri Jerman akan memiliki sumber energi bersih dan murah yang dapat diandalkan sementara Rusia akan menyaksikan peningkatan yang signifikan ke atas pendapatan gas alam mereka. Ini adalah situasi sama-sama menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Kalangan penentu Kebijakan Luar Negeri AS tidak senang dengan perkembangan ini. Mereka tidak ingin Jerman menjadi lebih tergantung pada gas Rusia karena perdagangan membangun kepercayaan dan kepercayaan membawa pada perluasan perdagangan. Ketika hubungan menjadi lebih hangat, lebih banyak hambatan perdagangan akan dihilangkan, peraturan dilonggarkan, perjalanan dan pariwisata meningkat, dan arsitektur keamanan baru berkembang.
Pada dunia di mana Jerman dan Rusia adalah teman dan mitra dagang, tidak diperlukan pangkalan militer AS, tidak perlu senjata dan sistem rudal buatan AS yang mahal, dan tidak diperlukan NATO. Juga tidak perlu melakukan transaksi energi dalam Dolar AS ataupun menimbun Surat Utang (Treasury bonds atau T-bonds) AS untuk keperluan menyelesaikan pembayaran transaksi. Transaksi di antara mitra bisnis dapat dilakukan dalam mata uang mereka sendiri yang akan mengakibatkan penurunan tajam nilai dolar dan pergeseran dramatis dalam kekuatan perekonomian.
Inilah sebabnya mengapa pemerintahan Biden menentang adanya pipa gas Nord Stream 2. Ini bukan hanya sekadar pipa gas alam, ini adalah penghubung ke masa depan; sebuah masa depan di mana Eropa dan Asia menjadi lebih dekat satu sama lain di dalam zona perdagangan bebas skala masif yang meningkatkan kekuatan dan kemakmuran bersama mereka sementara meninggalkan AS di luar menyaksikan ke dalam.
Hubungan yang lebih hangat antara Jerman dan Rusia menandakan berakhirnya tatanan dunia “unipolar” yang telah dikontrol AS selama 75 tahun terakhir. Aliansi Jerman-Rusia mengancam untuk mempercepat kemerosotan Negara Adidaya yang saat ini semakin mendekati tepi jurang. Inilah sebabnya mengapa Washington bertekad untuk melakukan segala cara untuk menyabotase Nord Stream 2 dan mempertahankan Jerman tetap berada di dalam orbitnya. Ini masalah keberlangsungan hidup.
Di situlah peran Ukraina muncul. Ukraina adalah ‘senjata pilihan’ Washington untuk torpedo Nord Stream 2 dan menempatkan pengganjal di antara Jerman dan Rusia. Strategi tersebut diambil dari halaman satu Buku Pegangan Kebijakan Luar Negeri AS di bawah rubrik: Memecah Belah dan Menguasai (Divide and Rule).
Washington perlu menciptakan persepsi bahwa Rusia merupakan ancaman keamanan bagi Eropa. Itulah tujuannya. Mereka perlu menunjukkan bahwa Vladimir Putin adalah seorang agresor yang haus darah dengan karakter yang mudah jadi pemarah yang tidak bisa dipercaya.
Pembayaran untuk gas alam Rusia yang melewati Laut Baltik langsung ke Jerman melalui pipa Nord Stream 1 dilakukan dalam mata uang Euro, demikian juga pembayaran untuk gas dari pipa Nord Stream 2.
Pembayaran untuk gas alam Rusia via pipa gas lama eks-Soviet yang transit melalui wilayah Ukraina ke Eropa diselesaikan dalam mata uang USD. Rusia setahunnya mesti membayar fee berkisar 2-3 miliar dolar ke Ukraina sebagai biaya penggunaan pipa gas tersebut.
Ketiga, solusi damai dan diplomasi. Rusia menyatakan masih membuka pintu dialog dengan Ukraina terlepas dari invasi ke negara pecahan Uni Soviet itu sejak Kamis (24/2). Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan syarat utama pintu dialog terbuka adalah jika tentara Ukraina bersedia menyerah. Skenario dan forecast ketiga ini sudah dilakukan beberapa kepala negara sebelum datangnya invasi seperti dilakukan Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki, Reccep Tayeb Erdogan, namun semuanya menemui jalan buntu.
Disamping itu, beberapa negara juga memanggil Dubes Rusia dan berakhir dengan “panas” seperti kejadian Duta Besar Rusia untuk Inggris, Andrei Kelin diusir keluar dari Kemenlu Inggris setelah pertemuan “panas” dengan Menlu Inggris, Liz Truss pada 27 Februari 2022. Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengusir Sergey Trepelkov, diplomat top Rusia di Washington sejak 23 Februari 2022. Pengusiran itu dilakukan sebagai pembalasan atas pengusiran Rusia terhadap Wakil Kepala Misi AS di Moskow, Bart Gorman.
Dampak
Baik scenario forecast pertama ataupun kedua, perang adalah perang yang tidak menghasilkan keuntungan apapun, karena “yang kalah menjadi arang, yang menang menjadi abu”. Invasi Rusia ke Ukraina jelas akan berdampak buruk terhadap beberapa negara termasuk Indonesia. Harga minyak mentah dunia jika perang berlangsung lama akan menyentuh level di atas 100 dollar AS per barrel. JP Morgan Chase & Co bahkan sempat memproyeksi rata-rata harga minyak mentah mungkin akan berada di level 110 dollar AS per barrel pada kuartal II-2022, dimana harga minyak setinggi ini belum diprediksi dalam APBN Indonesia tahun 2022, sehingga kenaikan BBM di Indonesia jelas akan merupakan keniscayaan.
Energi global, regional dan nasional juga akan terpengaruh. Hal ini mengingat Rusia memproduksi sekitar 10% dari pasokan minyak global, atau sekitar 10,5 juta barel per hari; Rusia pengekspor utama gas alam dengan menyumbang sekitar 38% dari impor gas alam Uni Eropa atau mencapai 167,7 miliar meter kubik menurut BP Statistical; Rusia adalah raja gas alam dunia dengan 26,2% pangsa ekspor di seluruh dunia dengan jumlah 197,7 miliar meter kubik, menurut data BP Statistical. Rusia juga merupakan produsen gas alam terbesar kedua di dunia dengan kontribusi mencapai 16,6% produksi gas alam atau 638,5 miliar meter kubik. Cadangannya mencapai 1.320,5 miliar meter kubik, setara dengan 19,9% cadangan dunia.
Badan Uni Eropa untuk Kerjasama Regulator Energi menunjukkan pasokan beberapa negara bisa collapse energi jika terjadi pembekuan atau embargo gas Rusia. Hal ini karena Jerman mengimpor sekitar setengah dari gasnya dari Rusia; Perancis memperoleh seperempat dari Rusia; 46% gas Italia berasal dari Rusia. Ketergantungan pasokan gas Finlandia dan Latvia terhadap gas dari Rusia bahkan berada di atas 90%. Sementara Serbia memasok 89% gas alamnya dari Rusia. Ketergantungan terhadap gas alam Rusia terjadi di Belanda, Rumania, Georgia, dan Irlandia.
Data dari S&P Global Platts, pemasok minyak mentah terbesar di dunia saat ini adalah Arab Saudi dan Rusia. Keduanya memproduksi minyak mentah dengan kapasitas 10,08 juta barrel per hari. Jika melihat dari total produksi minyak harian, keduanya mengambil porsi 47,8 persen (masing-masing dengan proporsi 23,9 persen).
Menurut data Kantor Administrasi Informasi Energi Amerika Serikat (EIA), sebagian besar dari total ekspor minyak Rusia (5 juta barel per hari) ditujukan untuk pasar Eropa dengan proporsi 48 persen. Sementara menurut Eurostat, ekspor gas alam Rusia ke Eropa memenuhi kebutuhan gas alam Eropa sebesar 41,1 persen. Sekitar 24 persen lainnya dipasok oleh Norwegia.
Pasokan gas Rusia ke Eropa disalurkan melalui beberapa jalur pipa utama, yaitu: Nord Stream 1. Seiring dengan dihentikannya proses sertifikasi Nord-Stream-2 oleh Jerman, harga gas alam di Eropa mulai menanjak naik. Melihat dari data tersebut, Rusia merupakan pemain utama dalam pemenuhan kebutuhan minyak dan gas alam di Eropa.
Selain minyak dan gas yang “terganggu”, maka harga pangan global, regional dan nasional juga akan terimbas dari perang Rusia vs Ukraini. Observatory of Economic Complexity, pada tahun 2019, Rusia dan Ukraina bersama-sama mengekspor lebih dari seperempat (25,4 persen) gandum dunia. Selama ini gandum dilihat sebagai bahan baku penting untuk membuat roti, pasta dan makanan pokok lainnya. Posisi Rusia dan Ukraina dalam rantai pasokan kebutuhan global tidak dapat dipandang sebelah mata. Ukraina memproduksi gandum, jelai dan gandum hitam yang banyak diandalkan Eropa. Negara itu juga salah satu penghasil jagung terbesar.
Produksi jagung Ukraina pada tahun 2021 mencapai 42 juta ton. Ini merupakan rekor tertinggi yang dicapai Ukraina dan angkanya telah bertumbuh 10 kali lipat sejak awal tahun 2000-an.
Sementara produksi gandum Ukraina tercatat 33 juta ton pada tahun 2021. Saat ini, Ukraina menyumbang 16% dari ekspor jagung dan 12% gandum global. Ukraina diproyeksi menjadi pengekspor jagung terbesar ketiga di dunia pada musim 2021/22 dan pengekspor gandum terbesar keempat, menurut data Dewan Biji-bijian Internasional. Timur Tengah, Asia dan Afrika juga bergantung pada gandum dan jagung Ukraina, termasuk China.
Uraina juga merupakan pemain utama ekspor tanaman sereal seperti posisi pertama di dunia sebagai eksportir bunga matahari mentah. Kemudian posisi ke-2 di dunia sebagai eksportir bisa colza, serta posisi ke-3 di dunia sebagai eksportir frozen fowls dan eksportir madu alami nomor 5 dunia terbesar di dunia.
Sektor keuangan dan saham juga akan mengalami gonjang ganjing. Amerika Serikat, Inggris, Eropa dan Kanada pada Sabtu (27/2) malam sepakat untuk memblokir akses Rusia pada SWIFT, jaringan sistem pembayaran terbesar di dunia. Sanksi ini bertujuan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menggunakan US$630 miliar yang tersimpan dalam bentuk cadangan mata uang asing, serta untuk semakin membuat nilai rubel merosot.
Bagi Indonesia, nilai tukar mata uang Rupiah pun tidak kebal melawan fluktuasi nilai akibat ketidakpastian dan spekulasi pasar akan langkah selanjutnya dari Rusia ke Ukraina, sehingga perang Rusia-Ukraina berpotensi melemahkan nilai tukar rupiah. Hal itu disebabkan ancaman dikeluarkannya Rusia dari sistem pembayaran global SWIFT, sehingga berdampak pada penarikan dana Rusia menyebabkan volatilitas nilai tukar. Saham juga demikian nasibnya akibat perang Rusia-Ukraina, karena banyak yang terkoreksi.
Ekspor dan impor juga dalam alarm tanda bahaya akibat Rusia vs Ukraina. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia ke Rusia mencapai US$176,5 juta atau setara Rp2,52 triliun (kurs Rp14.300 per dolar AS) per Januari 2022. Angka tersebut tumbuh hingga 58,69 persen dibandingkan nilai ekspor per Desember 2021 yang hanya US$111,2 juta. Nilai ekspor Indonesia ke Rusia periode Januari 2022 juga jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2021 yang naik 60,29 persen.
Mayoritas komoditas yang diperdagangkan Indonesia dengan Rusia, antara lain lemak dan minyak hewan, karet, hingga barang dari karet. Selain itu, komoditas ekspor lainnya adalah alas kaki dengan nilai US$7,8 juta dan barang-barang lainnya mencapai US$47,9 juta. Oleh karena itu, lamanya perang akan membuat sektor usaha lemak dan minyak hewan, karet, barang dari karet, alas kaki, kaki, kertas dan barang sejenisnya serta kakao dan olahannya bersiap untuk tersendat ekspornya.
Last but not least, konflik Rusia vs Ukraina jika berlangsung dalam jangka panjang, maka beberapa pasokan sumber daya alam dan rantai produksi yang terkait dengannya baik di tingkat global, regional dan nasional juga akan terganggu karena Ukraina memiliki sumber daya alam yang tidak dapat dipandang remeh seperti mineral logam (Posisi ke-7 di dunia dalam ekstraksi besi: 39 juta ton dan 2,4% dari produksi global (setelah Australia, Cina, Brasil, India, Rusia, dan Afsel); Posisi ke-8 di dunia dalam ekstraksi mangan: 651 ribu ton dan 3,6% dari output global (setelah Afsel, Australia, Cina, Gabon, Brasil, Ghana, dan India); Posisi ke-6 di dunia dalam ekstraksi titanium: 431 ribu ton dan 6,3% dari produksi global (setelah China, Afsel, Australia, Kanada Mozambik); Posisi kedua di dunia dalam ekstraksi galium: 9 ton dan 2,9% dari output global (setelah China); Posisi ke-5 di dunia dalam ekstraksi germanium: 1 ton dan 1% dari output global (setelah Cina, Rusia, AS, dan Jepang).
Mineral non-logam (Posisi ke-6 di dunia dalam ekstraksi kaolin: 2,4 juta ton dan 5,9% dari output global (setelah Cina, AS, Jerman, India, dan Republik Ceko); Posisi ke-10 di dunia dalam ekstraksi zirkonium silikat: 26 ribu ton dan 1,9% dari output global (setelah Australia, RSA, Cina, Mozambik, Senegal, AS, Kenia, India, dan Indonesia); Posisi ke-8 di dunia dalam ekstraksi grafit: 13 ribu ton dan 1,3% dari output global (setelah Cina, Brasil, Korea Utara, India, Rusia, Kanada, dan Madagaskar).
Bahan bakar mineral (Posisi ke-13 di dunia dalam ekstraksi batubara pembangkit listrik: 18,9 juta ton dan 0,4% dari output global (setelah China, India, AS, Indonesia, Australia, RSA, Rusia, Kolombia, Kazakhstan, Polandia, Vietnam, dan Kanada); Posisi ke-12 di dunia dalam ekstraksi batu bara kokas: 5,2 juta ton dan 0,5% dari output global (setelah Cina, Australia, Rusia, AS, India, Kanada, Mongolia, Kazakhstan, Polandia, Mozambik, dan Kolombia); Posisi ke-10 di dunia dalam ekstraksi uranium: 1 ton dan 1,4% dari output global (setelah Kazakhstan, Kanada, Australia, Namibia, Niger, Uzbekistan, Rusia, Cina, dan AS).
Yang terakhir perlu dicermati adalah ternyata Ukraina sangat kaya dengan sumber daya alamnya, apakah perang dengan Rusia juga ada motif seperti ini baik dari Rusia ataupun negara-negara yang membela Ukraina untuk menguasai sumber daya alamnya di masa depan.
Ada beberapa jenis utama hubungan antara sumber daya alam/SDA dan konflik bersenjata. Pertama, dampak kutukan SDA mampu merendahkan kualitas kinerja pemerintahan dan ekonomi, sehingga meningkatkan kerentanan negara terhadap konflik (argumen ‘kutukan sumber daya’). Kedua, konflik dapat terjadi untuk memperebutkan kendali dan eksploitasi sumber daya alam dan alokasi pendapatannya. Ketiga, akses ke pendapatan sumber daya alam oleh pihak terlibat bisa memperpanjang konflik.
Referensi :
1. Buku
a. Joanne Murphy (Queen’s Management School Queen’s University Belfast, UK), Management and War How Organisations Navigate Conflict and Build Peace, Gewerbestrasse 11, 6330 Cham, Switzerland, 2020.
b. Goldman, Jan, Words of Intelligence A Dictionary, The Scarecrow Press, Inc. Lanham, Maryland • Toronto • Oxford 2006
c. Greg Cashman, What Causes War? An Introduction to Theories of International Conflict Second Edition, Rowman and Littlefield Lanham- Boulder-New York-Toronto-Plymouth, UK, 2004.
d. Frederick W. Kagan, Nataliya Bugayova, and Jennifer Cafarella, “Confronting the Russian Challenge: A New Approach for the US,” Institute for the Study of War, June 2019.
e. Forecast series : Putin’s Likely Course of Action in Ukraine. Strategic Misdirection: An Alternate Framework For Understanding Russia’s Play In Ukraine, Desember 2021.
f. J. David Singer, “Introduction,” in Explaining War: Selected Papers from the Correlates of War Project, J. D. Singer and Associates (Beverly Hills, CA: Sage, 1979), 11–20. See also David Dessler, “Beyond Correlations: Toward a Causal Theory of War,” International Studies Quarterly 35, no. 3 (September 1991): 337–55.
g. Norman, C. S. “Rule of Law and the Resource Curse”. Environmental and Resource Economics (2): 183–207.
h. Philippe Le Billon (2006), “Fuelling War: Natural Resources and Armed Conflicts”, Adelphi Paper 373, IISS & Routledge.
i. Thom Brooks (Durham University), Just War Theory : Studies in Moral Philosophy, Brill, Leiden-Boston, 2013.
2. Sumber terbuka :
a. https://www.rt.com/russia/548600-putin-macron-nato-war-crimea/ diunduh 9 Februari 2022.
b. https://carnegiemoscow.org/commentary/experts/analysis/1017?lang=en&pageOn=13 diunduh tanggal 9 Februari 2022.
c. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220208105224-4-313688/perang-dunia-iii-mulai-15-februari-siapa-menang/2) diunduh tanggal 9 Februari 2022.
d. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220208105224-4-313688/perang-dunia-iii-mulai-15-februari-siapa-menang/2) diunduh tanggal 9 Februari 2022.
e. https://www.nbcnews.com/news/world/russia-massed-70-percent-forces-needed-invade-ukraine-source-says-rcna15060 dibuka tanggal 9 Februari 2022.
f. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5932831/china-pertaruhkan-ekonominya-demi-bantu-rusia-lawan-as-eropa diunduh tanggal 9 Februari 2022.
g. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220206073935-4-313157/14-negara-bisa-lenyap-jika-perang-dunia-3-terjadi-ri-kena diunduh tanggal 9 Februari 2022.
h. https://www.cnbcindonesia.com/market/20220206122224-17-313193/ri-dapat-untung-dari-konflik-rusia-ukraina-kok-bisa-ya diunduh tanggal 9 Februari 2022
i. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220204090827-4-312801/kalau-lihat-ini-world-war-3-sepertinya-tak-akan-terjadi diunduh tanggal 9 Februari 2022.
j. https://international.sindonews.com/read/670947/42/produsen-senjata-as-raup-untung-di-balik-konflik-ukraina-rusia-1643436113 diunduh tanggal 9 Februari 2022.
k. https://www.rt.com/russia/548474-lukashenko-ukraine-union-state/ diunduh tanggal 6 Februari 2022.
l. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220224173839-532-7…